“Bisa saya bertemu dingan Kinan? Kinara , Kinara Adelia” Tanya Pras dengan seorang resepsionis , yang di tanya hanya diam. Menatap Pras dengan tatapan yang berbinar.
“Maaf?” Pras membesarkan suaranya sedikit, kemudian yang di tanya akhirnya sadar
“Eh… iya pak , kalau boleh tau dengan siapanya mba Kinan?” Tanya wanita tersebut
“Dengan calon suami nya” Jawab Pras mantap, resepsionis itu nampak kecewa. Namun sesaat setelah nya ia mengangguk, kemudian mengangkat gagang telepon, menyambungkan teleponnya dengan Kinan.
“Di tunggu sebentar ya pak” Ucap wanitu itu, Pras mengangguk, semenit setelahnya Kinan muncul dari balik lift dengan keadaan yang tergesar – gesa.
“Mas… kenapa?” Tanya Kinan, ia sepertinya belum sadar jika ia meninggalkan handphone nya di mobil Pras.
“Ini nan, hp kamu, ketinggalan di mobil” Ucap Pras sembari memberikan ponsel Kinan kepada pemiliknya” Kinan langsung menepuk jidat kemudian tertawa renyah, manis sekali.
“Ahhaha maaf yaa mas, Kinan lupa” Ucap Kinan yang masih cengengesan, Pras malah ikutan tertawa. Ia mengacak rambut Kinan setelah itu ia pamit pulang, Kinan mengangguk kemudian mengantarkan Pras hingga ke lobby.
Ada satu hal yang menjadi nilai positif Pras di mata Kinan, yaitu, sifat baik Pras. Ya walaupun pria itu seperti es, namun di beberapa kondisi dia menjadi manusia yang careable, contoh saja ketika hari dimana Ibu Kinan di makamkan. Pras datang, di samping Kinan. Menepuk pundak gadis itu pelan, mengucapkan kata – kata penyemangat, atau paling tidak, dulu sewaktu masih berekolah. Pras selalu membela Kinan ketika para perempuan sengaja membully gadis itu.
*****
Pras telah sampai di depan sebuah gedung kostan bertingkat tiga dengan cat warna pink di ujung gang, letaknya tak jauh dari kantor Kinan. Ia segera turun untuk menghampiri sang calon istri. Hari ini ibunya datang dari luar kota. Semenjak ayah nya berhenti dari pekerjaannya sebagai pengusaha tambah. Ibu nya memilih untuk berpisah dari sang suami, atau ayah Pras. Alasannya karena penghasilan sebagai kades tidak akan sebanding dengan penghasilan suaminya ketika masih menjadi pengusaha tambang.
“Permisi, Kinan ada?” Tanya Pras kepada salah seorang penghuni kostan yang sedang menjemur baju, kostannya bagus, tapi tidak sehat untuk Kinan.
“Kinara?” Tanya perempuan tersebut sambil tetap melanjutkan kegiatannya
Prasetyo mengangguk
“NANNNN INI ADA YANG NYARIIN LU” Teriak wanita tersebut yang sontak membuat Pras kaget. Bisa – bisa nya Kinan tinggal di tempat seperti ini. Ucap Pras dalam hati
Beberapa menit setelahnya, Kinan muncul dengan tanktop hitam dan celana pendek se-pangkal paha yang sukses membuat Pras membulatkan matanya, Kinan kaget, Pras juga sama kagetnya dengan Kinan.
“HAH?! Mas Pras?! Sebentar mas…” Kinan memutar badannya kemudian berlari masuk kedalam kost nya, kemudian muncul lagi dengan baju yang lebih sopan di bandingkan yang tadi.
“Ikut saya ya, ibu mau ketemu sama kamu” Ucap Pras sambil memegang bahu Kinan, Kinan mengangguk walaupun napasnya masih tersenggal – senggal karena harus berlari menaiki anak tangga hingga dua kali.
“Se… sekarang mas?” Tanya Kinan. Pras melirik jam di tangan kirinya, kemudian menatap Kinan lalu mengangguk.
“Yasudah , aku ganti baju dulu” Ucap Kinan, Pras lagi – lagi mengangguk pertanda setuju.
Pras menunggu Kinan di mobil, sebenarnya Kinan meminta Pras menunggu di dalam saja. Tapi Pras tidak enak karena yang Kinan tempati adalah Kost khusus putri, aneh saja menurut Pras jika ia duduk sendirian sementara semua penghuninya adalah perempuan.
20 Menit…
30 Menit…
35 Menit…
Kinan tak kunjung muncul, Ibunya sudah di jalan menuju rumah, harusnya mereka sudah berangkat, baru saja Pras hendak menelfon Kinan. Gadis itu muncul dengan penampilan yang sangat berbeda dari biasanya, yang Pras Kinan bukanlah Kinan yang biasanya, bukan Kinan yang berpenampilan sederhana seperti yang biasa ia lihat di kampung, sekarang , dihadapannya, Kinan, Berpenampilan selayaknya gadis kota. Cantik, dandanannya sangat menawan, baju nya sangat pas di badan sehingga sedikit membuat bentuk tubuh Kinan dapat terlihat jelas.
“Maaf ya mas lama” Ucap Kinan sesaat setelah ia duduk di dalam mobil Pras, duduk di samping calon suaminya itu. saat Kinan masuk, wangi parfume nya lebih mendominasi dibanding pengharum mobil yang sengaja Pras pasang di dalam mobil, bau nya manis, pas untuk kepribadian seorang Kinara Adelia.
“Mas?” Panggil Kinan. Pras menggaruk tengkuknya yang tak gatal kemudian menatap lurus jalanan yang ada di depannya. Kaget, sekaligus malu ia rasakan bersamaan ketika Kinan mendapatinya tengah menatap mata gadis, menatapnya dengan tatapan yang begitu menunjukan kekaguman dalam dirinya.
“Kita berangkat sekarang” Ucap Pras sembari menutupi rasa malu nya. Mereka berdua akhirnya berangkat menuju hotel dimana ibu Pras menginap. Di mobil Kinan diam saja, mendengarkan lantunan musik Jazz yang mungkin merupakan kesukaan Pras. Pras juga sama, dia diam namun sesekali mengetuk etukan jari nya pada stir mobil jika lantunannya telah sampai pada bait lagu kesukaannya.
“Di hotel mas? Kok gak di rumah?” Tanya Kinan, saat mobil Pras mulai memasuki area hotel.
“Yuk turun” Ucap Pras, Kinan masih kebingungan. Ia hanya mengekor di belakang Pras sementara Pras menyerahkan kunci mobilnya kepada seorang pria yang entahlah siapa, Kinan tidak tahu. Pras berjalan masuk, ke arah restaurant hotel. Kinan melihat sosok ibu Pras yang sudah lama ia tak jumpai, penampilannya semakin terlihat Glamour . perhiasan di jari dan lehernya nampak sangat jelas , bahkan ketika dilihat dari jauh.
“Bu” Ucap Pras sembari meraih tangan ibu nya, mencium tangan wanita yang melahirkannya. Ratih berdiri memeluk putra sematawayang nya, lama , Kemudian setelah itu Kinan juga maju, meraih tangan calon mertua kemudian menciumnya. Ratih masih sama, ia masih nampak sama dinginnya dengan Pras.
“Turut berduka cita ya nan” Ucap Ratih kepada Kinan, ia memegang bahu Kinan untuk mengucapkan rasa duka nya
“Iya bu, terimakasih, ibu sehat?” Tanya Kinan. Ratih mengagguk kemudian tersenyum kepada Kinan. Pras ? Pras hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa. Setelah memesan makanan mereka hanya berbincang – bincang sedikit , Pras lebih dominan membuka percakapan di banding ibu nya. Kinan dapat melihat jelas bahwa betapa rindunya Pras akan sosok wanita di hadapannya itu.
“Bu…” Panggil Pras kepada sang ibu
Ibu nya menyahut
“Iya kenapa?”
“Pras sama Kinan mau nikah, mohon doa dan restu ibu” Ucap Pras, diluar ekspektasi Kinan, Ibu nya hanya diam. Mematung , menatap Pras dan Kinan bergantian satu sama lain. Dalam hati Kinan sudah yakin, bahwa Ibu Pras, mungkin tidak setuju dengan keputusan mereka berdua.
“Ibu ada urusan lain hari ini, Pras, nanti sore telfon Ibu” Ucap Ratih. Pras diam sejenak, kemudian mengangguk, setelahnya ia memandang Kinan.
“Maaf ya nan”