Mertua - Menantu

1886 Kata
Setidaknya ada 1 hal yang dapat membuat Kinan merasa betah di rumah ketika suaminya sedang pergi, yaitu akan adanya kehadiran asisten yang cukup membuat rumah itu sedikit ramai. Walaupun akhir-akhir ini kita juga dengan mudah hanya merasa bosan dengan ya semuanya bisa teratasi karena kehadiran Sri yang cukup membantu di rumah. Saat serial India yang mereka nonton telah selesai kita memilih untuk istirahat di kamarnya sebab tentu saja karena badannya sakit-sakit seperti ketika ia sedang berada di kantor, mungkin saja Ia baru tertidur selama beberapa menit tiba-tiba Sri datang kemudian ia membangunkan majikannya itu secara tiba-tiba "Bu bangun Bu, Maaf Bu itu ada ada ibu mertuanya ibu dibawa sama enggak tahu siapa nyariin Ibu katanya" ucap Sri sembari mengguncang pelan tubuh majikan yang sedang hamil Mendengar kata ibu mertua Kinan lantas bangun dari tidur lelap nya sebab jika saja Ia terus melanjutkan tidurnya bisa jadi ibu Pras semakin membencinya. Pikiran mengangguk kemudian ia berjalan menuju kamar mandi dan mencuci mukanya setelah itu barulah ia ke bawah untuk menemui mertuanya itu. Sesampainya di bawah ternyata Ibu mertuanya itu tidak datang sendirian, ternyata Iya datang dengan seorang gadis yang yang entah Kiran tidak tahu siapa itu tapi wajahnya terasa tidak asing baginya. Dan sebagai tuan rumah yang baik kirain langsung menyambut Ibu mertuanya dengan baik dan begitupun juga orang yang di bawah oleh ibu mertuanya. " Ibu maaf ya saya lama" ucap Kinan kepada Ibu mertuanya. Ratih hanya mengangguk tanpa membalas uluran tangan sang menantu Kinan tersenyum karena setidaknya Ibu mertuanya itu masih mau berbicara kepadanya lalu ia melirik ke samping kiri-kanan mertuanya ternyata terdapat 2 koper dengan warna yang berbeda dan Kinan memastikan bahwa Ibu mertuanya itu akan tinggal di sini lebih lama, asumsinya karena mungkin Ibu mertuanya sudah mulai luluh pelan-pelan sebab Kinan sudah hamil. " Kinan antar ke kamar ya Bu"ucap Kinan yang hanya dibalas dengan anggukan kepala lagi oleh Ratih. Jadilah Kinan berjalan duluan menuju salah satu kamar yang memang dikhususkan untuk ibu mertuanya ketika beliau datang namun diluar ekspektasi Kinan Ternyata wanita yang datang bersama Ibu mertuanya ternyata juga akan menginap di rumah itu karena Ibu mertuanya meminta kamar lebih untuk ditempati oleh wanita itu "Siapin satu kamar buat Saras dia juga mau tinggal di sini "ucap Ratih sembari menatap menantunya dengan Tatapan yang sinis. Sementara itu Kiran hanya bisa mengangguk menyanggupi permintaan mertuanya kemudian ia membawa wanita itu menuju salah satu kamar yang bisa ya tempati selama ia berada di sana Kirain mengangguk lantas mengantarkan wanita itu menuju salah satu kamar yang bisa ditempati setelah mengantarkan wanita itu tidak ada satu katapun yang diucapkan wanita tersebut selain tatapan sinis yang diberikan kepada Kinan. karena Kinan sendiri merasa aneh akan kedatangan wanita yang bukan siapa-siapa suaminya itu " Ini kamar kamu selama kamu di sini. Sebenarnya aku belum sama suami aku Tapi nggak papa mungkin kamu kerabatnya mas Pras ya? Jadi nggak papa kamu di sini dulu untuk sementara waktu " ucap Kinan sembari tersenyum menatap wanita itu walaupun ia hanya diberi sebuah tatapan sinis oleh wanita " saya bukan kerabatnya suami kamu tapi ya nanti juga jadi kerabatnya kok "jawab wanita itu sembari tersenyum sinis Kinan yang merasa aneh sendiri seketika langsung meninggalkan kamar tersebut dengan perasaan yang begitu kesal Entah kenapa ia merasa kesal padahal wanita itu hanya berkata demikian. Akhirnya setelah itu ia langsung kembali ke kamarnya dan berniat untuk beristirahat lagi-lagi baru saja ia hendak memadamkan matanya tiba-tiba seseorang membangunkan dirinya mengatakan bahwa ibu mertuanya lapar dan ingin di masakan " Kinan bangun, saya lapar saya pengen makan " ucap Ratih kepada menantunya itu Keenan bangun kemudian mengangguk yang atas ke bawah untuk meminta Sri memasakkan sesuatu untuk mertuanya. " Sri tolong masakin sesuatu buat ibu ya " ucap Kinan kepada Sri, Sri sendiri lantas mengangguk menyetujui permintaan Kinan " nggak saya nggak minta dia buat bikinin saya makanan. Saya minta kamu buat bikin saya makanan karena kamu adalah menantu saya kan? " ucap Ratih kepada Kinan Kinan sendiri Langsung mengangguk menyetujui permintaan mertuanya itu kemudian ia mulai memasarkan makanan yang untuk dimakan oleh mertuanya sebab ini adalah kali pertama mertuanya nya makan masakan Kinan jadi dengan penuh hati-hati Kinan memasakkan makanan untuk mertuanya agar mertuanya itu suka dengan apa yang dirinya masak Sekitar 20 menit masak akhirnya Kinan selesai dengan masakannya kemudian Kinan menyajikannya sendiri di atas meja makan dengan harapan bahwa mertuanya menyukai apa yang ia buat tapi di luar ekspektasi Kinan ternyata mertuanya marah-marah sebab Kinan hanya membuat makanan dengan ukuran 1 porsi yang diperuntukan khusus untuk mertuanya sendiri "Kamu ini emang nggak terdidik ya dari kecil? Kamu sudah tahu bahwa saya itu nggak datang sendiri ke sini Kenapa kamu malah cuma bikin satu porsi makanan? Bukannya kamu tahu bahwa saya kesini ini dengan orang lain? Kenapa kamu nggak bikinin juga makanan untuk orang yang itu? " ucap Ratih yang memarahi menantunya itu secara terang-terangan di hadapan Sri Kinan hanya mengelus dadanya sabar kemudian ia mengangguk lalu kembali membuat makanan khusus untuk tamu yang datang bersama ibu mertuanya itu Setelah membuat makanan Kinan kembali menyajikannya diatas meja setelah itu Iya bergabung dengan ibu mertuanya yang sedang asik makan sendirian di sana . baru saja Kinan hendak mengambil piring untuk menemani Ibu mertuanya makan tiba-tiba ia ditegur lagi oleh ibu mertuanya itu " Laras nggak kamu panggil? " ucap Ibu mertuanya sembari menatap Kinan dengan Tatapan yang tajam. Kinan lantas mengangguk kemudian ia mengikuti perintah Ibu mertuanya. Ia berdiri kemudian ia berjalan menuju salah satu kamar tamu yang ditempati oleh Laras, wanita yang datang bersama ibu mertuanya tadi Tok tok tok. Mengetuk pintu kamar Laras sebanyak 3 kali lalu wanita itu membuka pintu dan memasang wajah yang rusak seakan-akan ia tidak suka kepada Kinan. " Ada apa kamu manggil-manggil saya? " tanya Laras dengan suara yang dingin kepada Kinan sementara Kinan sendiri hanya memasang tampang yang seakan-akan tidak percaya bahwa ia diperlakukan seperti itu oleh tamunya sendiri " makan mbak " ucap Kinan yang kemudian secara langsung meninggalkan Laras karena sudah tidak tahan akan ekspresi wanita itu Saat Kinan kembali menghampiri Ibu mertuanya yang sedang makan di ruang makan tiba-tiba ibu mertuanya menatapnya dengan Tatapan yang sama sinisnya dengan Laras " Laras di mana? " tanya ibu mertuanya dengan Tatapan yang begitu sinis. Kinan berusaha menahan diri agar tidak marah padahal dalam hatinya ia sudah merasa tidak enak sejak tadi " di kamarnya Bu udah Kinan Panggil " ucap Kinan sembari tersenyum menjawab pertanyaan Ibu mertuanya. Secara tiba-tiba Ibu mertuanya membanting sendok yang sedang ia pegang kemudian matanya menatap mata Kinan dengan Tatapan yang lebih sinis daripada yang tadi " kamu nggak ngehargain tamu kami banget ya seharusnya kalau dia belum mau makanya kamu tungguin jangan ditinggalin gitu aja. Astaga ya Tuhan saya benar-benar yakin kalau anak saya itu salah pilih istri " ucap hati sembari berdiri kemudian ia meninggalkan tempat makan tersebut Mata Kinan sudah berkaca-kaca sebab Iya tidak pernah dibentak sama sekali oleh siapapun bahkan sejak kecil dan tiba-tiba saat ini yang dibentuk oleh ibu mertuanya sendiri hanya karena tamu yang datang bersamanya itu belum mau makan. Seakan mengerti dengan perasaan majikannya tiba-tiba Sri mendekati Kinan lalu mengelus punggung wanita itu dengan pelan-pelan agar Kinan merasa sabar. Kinan lantas mengangguk kemudian ia memilih untuk naik ke kamarnya saja daripada ia terus-terusan berada di bawah dan merasakan tekanan batin. Tepat setelah adzan isya berkumandang tiba-tiba Prasetyo datang dan Kinan langsung menghambur ke dalam pelukan suaminya itu. Kinan yang saat itu memang sudah sensitif karena bawaan hamil Langsung menangis di pelukan suaminya ia tidak mengadu, Ia hanya menangis di pelukan suaminya. Prasetyo yang saat itu baru pulang tiba-tiba langsung panik melihat istrinya yang menangis didalam pelukannya "Non... kamu kenapa?" ucap Pras sembari berusaha melihat wajah istrinya yang sudah sejak tadi memerah karena menangis. Jangan buru-buru menggelengkan kepalanya kemudian ia menghapus air mata yang masih membasahi pipinya. "Ada apa Non ayo cerita sama Mas"ucap Prasetyo sembari membawa istrinya menuju kasur agar mereka berdua bisa berbicara baik-baik "Kangen" ucap Kinan yang sedikit berbohong demi menutupi Bagaimana perasaan sakit hatinya terhadap perlakuan mertuanya tadi sore Prasetyo lantas tertawa kemudian menarik istrinya ke dalam pelukannya ia mengelus punggung istrinya lembut dan sesekali mengecup pipi istrinya itu dengan sayang "Ya Allah non Mas jadi kaget sendiri ngeliat kamu nangis ternyata kamu cuma kangen, tenang ini udah ada Mas kok di sini kamu jangan nangis lagi ya cantik "ucapan Setyo sembari mengelus punggung istrinya dengan sayang. Kinan hanya mengangguk, hatinya kini sedikit tenang karena mendengar suara suaminya dan setidaknya untuk beberapa jam ke depan Prasetyo ada untungnya sehingga mungkin jika mertuanya itu akan mengatakan sesuatu yang bermacam-macam Ya setidaknya kita punya Prasetyo untuk dijadikan tameng "Oh iya Mas ada ibu kamu di bawah" ucapkan Kinan yang sukses membuat Prasetyo sendiri jadi kaget. "Serius non?" Tanya Pras Kinan mengangguk, dan akhirnya mereka berdua turun ke bawah untuk menemui ibu Pras "Ibu , ibu kapan datang?" Tanya Prasetyo setelah membuka pintu kamar yang ibunya tempati titik Ratih kemudian berlari menghambur ke dalam pelukan anaknya sebab Ia juga begitu rindu dengan anak semata wayangnya itu "Tadi Mas ibu kangen banget sama kamu jadi ibu ke sini sama Laras" jawab ibunya sembari memeluk Putra kesayangannya tersebut sementara Prasetyo bingung karena untuk apa Laras datang padahal Laras tidak ada hubungan apa-apa dengan mereka semua "Sama Bu Prasetyo juga kangen sama Ibu tapi kalau Prasetyo boleh tahu Laras itu siapa ya Bu kok dari kemarin-kemarin tiap Ibu nelpon, dan ibu juga pernah ke sini lagi tapi kok sama Laras terus? Laras itu siapanya ibu? "Tanya Prasetyo kepada ibunya sendiri "Laras itu gadis yang baik banget sama ibu dan dulunya tuh Ibu pengen banget kamu nikah sama dia bukannya Ibu juga udah pernah bilang sama kamu ya? Ya udah ibu anggap aja sebagai anak kandung ibu sendiri Ya siapa tahu juga kamu bosan sama istri kamu ya udah sekali aja kamu mau nambah istri" ucap Ibu Prasetyo tanpa peduli dengan kehadiran Kinan yang ada di sana sementara Kinan hanya memalingkan wajahnya takut takut jika ia ketahuan menangis di sana. "Iya Laras baik sama ibu tapi belum tentu Laras baik sama saya . lagi pula saya udah memilih Kinan dan jadi istri saya bu nama Kinan sudah tertulis di Lauhul Mahfudz saya jadi mau Ibu bicara bagaimanapun itu tetap saja sampai akhir hayat saya bakal tetap terus sama Kinan dan Insya Allah saya nggak bakal berpaling sama wanita lain termasuk Laras sekalipun yang menurut ibu itu baik kepada ibu " ucap Prasetyo sembari menarik Kinan kedalam rangkulannya Ibunya nampak sekali bahwa ia tidak suka terhadap menantunya itu ia lantas keluar tanpa peduli dengan kehadiran Prasetyo dan Kinan yang ada di sana, sebagai anak dan menantu yang baik mereka hanya diam saja karena mereka tahu bahwa melawan pun tidak ada hasilnya untuk mereka berdua. "Tuh Mas kalau istri kamu baik Tuh harusnya dia udah nyiapin makanan sejak tadi buat kamu eh dia mah dari tadi sore juga udah di kamar terus padahal cucian piring belum selesai terus Ibu juga nggak di perlakukan baik-baik banget sama dia "ucap Ratih "Emang Mbak Sri ini ndak masak Bu?" Tanya Pras "Ya kalau ada istri ngapain ada pembantu lah Mas kamu tuh buang-buang duit aja " jawab Ratih atas pertanyaan anaknya itu "Ibu maaf ya bukan mikirin itu nggak mau kerja nggak mau bantu-bantu Aku nggak mau masakin saya tapi kan kiranya lagi hamil ibu lagi hamil muda ya fisiknya belum terlalu bisa buat kerja berat sangking nggak kuat nya tuh dia sampai resign dari pekerjaan dia jadi maaf ya Bu ibu mohon ngertiin dia "ucap Prasetyo dengan sopan mungkin kepada ibunya agar wanita paruh baya itu tidak tersinggung sama sekali atas apa yang ia ucapkan Ibunya hanya melengos pergi tidak peduli dengan apa yang anaknya katakan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN