Jelita sampai hampir berteriak saking senangnya melihat semua menu di Kafe kantor Oliver. Erin tersenyum geli karena Jelita ternyata bisa terlihat menggemaskan seperti sekarang. "Kayaknya aku pesen kebanyakan deh mbak. Bantuin abisin yah!" Jelita memasang wajah memohon yang juga menggemaskan. Erin jadi teringat adiknya yang sekarang sudah tiada. Melihat Jelita rasanya seperti melihat adik bungsunya yang sangat dia sayangi. Tapi tentu saja Erin tidak berani menganggap Jelita benar-benar seperti adiknya karena tahu siapa keluarga wanita ini. "Iya mbak, aku usahakan semampunya." Balas Erin membuat Jelita tersenyum senang. "Hmmm, ternyata ini enak banget loh. Wah...hampir semua menunya enak banget." Puji Jelita jujur. "Kalau jam istirahat atau jam pulang, Kafe ini pasti ramai banget mba