"Dinara!" Panggilan dengan suara kencang itu membuat Dinara tersadar dari lamunannya, lalu menatap nyalang Celine yang tentu saja tidak mengetahui masalah yang terjadi antara dirinya dan sang paman. Celine menganggap jika Dinara akan senang saat bertemu dengan Anwar. "Ada apa, Nara? Kenapa kamu marah saat aku menyebut Om kamu?" tanya Celine yang masih belum mengerti dengan situasi yang terjadi. Dinara membuang nafas kasar untuk mengumpulkan kesabarannya, dia tidak boleh menimbulkan kecurigaan Celine lebih jauh karena itu Dinara segera membuka suaranya. "Tidak ada apa-apa, aku hanya teringat akan pekerjaan kantor yang menyebalkan." "Benarkah begitu, Nara? Memangnya kamu bekerja di mana?" tanya Celine kembali. "Aku kerja di Bekasi menjadi sekretaris," jawab Dinara yang tak mau membeber