3. Tom And Jerry

1133 Kata
Begitu Jasmine pulang dari sekolah, di rumah sudah berkumpul beberapa anggota keluarga, termasuk kakek dan juga keluarga kecil tante Tiara, adik perempuan Anggoro. Sebenarnya Anggoro juga masih memiliki satu orang lagi adik laki-laki yang belum menikah. Tapi karena kesibukannya bekerja di luar pulau jawa dan sulitnya mendapatkan izin cuti, ia pun dengan sangat terpaksa tidak bisa pulang untuk menghadiri acara lamaran kakak laki-lakinya itu. Ia lebih memilih untuk mengajukan cuti ketika nanti Anggoro menikah, yang rencananya akan dilaksanakan sekitar enam bulan lagi. Mereka yang datang ke kediaman Anggoro, semua sudah bersiap untuk menuju ke rumah Amanda yang berada di Bandung. Keberangkatan mereka hanya tinggal menunggu Jasmine pulang dari sekolahnya. Barang-barang bawaan yang akan diberikan untuk seserahan pun sudah berjejer di atas meja ruang tamu, dan sudah dihias sedemikian rupa agar terlihat cantik dan mewah. Bahkan sebagian barang seserahan lainnya sudah dimasukkan ke dalam mobil. Merasa sudah ditunggu banyak orang, Jasmine pun segera menuju ke dalam kamarnya dan bersiap diri. Rasanya begitu menyebalkan jika harus berdandan dengan kondisi yang terburu-buru. Bahkan untuk memantaskan diri di depan cermin dan memastikan penampilannya sudah sempurna sebelum meninggalkan kamar, ia seperti tak punya waktu karena teriakan Kak Kenzo di depan pintu kamarnya sudah begitu memekakkan telinga. Tak menunggu lama dan tanpa membuang waktu, Kakek Jasmine pun memberi intruksi untuk segera berangkat. Lebih awal dari waktu yang sudah direncanakan. Hal itu untuk mengantisipasi kalau mereka sampai terjebak macet karena bertepatan dengan jam pulang kantor. Sementara acara lamaran akan dimulai pukul tujuh malam. Kalaupun nanti masih ada waktu sebelum acara dimulai, mereka bisa beristirahat terlebih dulu di guest house yang sudah disewa Anggoro. “Iih, ini apaan sih, Tante,” protes Jasmine sambil berusaha melepaskan sebuah bandana yang baru disematkan di rambutnya. Tapi dengan cepat Tiara menepisnya. “Udah deh, diem aja. Nurut sama Tante. Orang cantik begini kok,” sahut Tiara sambil menatap Jasmine dan sedikit merapikan rambut bagian depannya yang sengaja dibiarkan terurai. “Cantik apanya sih, Tante? Orang kaya lenong begini,” gerutu Jasmine sambil memanyunkan sedikit bibirnya, tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena pasti Tante Tiara akan tetap memaksanya untuk memakai bandana berwarna pink itu. Jangankan bandana, pakaian yang saat ini ia kenakan saja tante Tiara yang sudah memilihkannya, tanpa sepengetahuan Jasmine. Sebuah gaun berwarna pink selutut seperti gaun princess dengan kain tile di bagian luar. Sementara model bahunya dibuat sedikit terbuka yang menunjukkan leher jenjangnya. Bagi Tiara maupun orang yang melihatnya, tentu terlihat sangat cantik dan feminim, tapi tidak bagi Jasmine. Pakaian itu terlihat terlalu kekanak-kanakan. Apalagi bagian bawahnya sedikit menggembung. Kenzo yang duduk di kursi depan sambil memegang kendali mobil pun penasaran dan langsung menoleh ke belakang, di mana Jasmine dan tante Tiara duduk. Dan tawanya pun seketika meledak melihat Jasmine yang sudah terlihat pasrah dengan make over yang dilakukan tante Tiara. Kenzo tau betul kalau adik perempuannya itu tidak suka dengan dandanan yang macam-macam, termasuk memakai aksesoris seperti jepit rambut atau bandana. Jasmine bilang itu terlalu norak dan kampungan. “Iih! Kakak tuh nyebelin banget sih! Udah dari tadi gue diburu-buru! Tuh Pah, Kak Kenzo tuh, ngetawain Jasmine.” Begitulah Jasmine, jika Kenzo menggodanya atau membuatnya jengkel, pasti Jasmine selalu mengadukan kepada ayahnya. Tapi sebaliknya, jika Jasmine diperlakukan buruk oleh orang main, justru Kenzo lah yang berdiri paling depan untuk melindungi adiknya itu. “Ya lagian lama banget dandannya. Yang mau lamaran itu kan Papah. Kenapa jadi lo yang paling heboh dandannya.” “Sudah Kenzo … kamu ini kebiasaan. Kaya Tom and Jerry. Jangan buat adikmu kesal dong … Nanti malah dia minta pulang. Kan repot,” ucap Anggoro yang duduk di samping Kenzo. Tanpa Jasmine tahu, ia pun sebenarnya menahan tawa melihat reaksi Jasmine. Kalau urusan penampilan, Anggoro memang tidak terlalu memperhatikan. Apa pun yang dipakai Jasmine, pasti selalu terlihat bagus dan menarik di matanya. Termasuk apa yang Jasmine kenakan saat ini. Bukan karena Jasmine adalah putrinya sendiri, tapi memang seperti itu adanya. Mungkin karena bentuk tubuh Jasmine yang tinggi dan proporsional. Juga didukung dengan wajahnya yang cantik, manis, dan tidak membosankan, membuat apa pun penampilannya tidak pernah gagal. “Cantik kok, cantik …,” sahut Kenzo pada adiknya itu agar tidak marah. “Jasmine cantik kan, Pah?” kali ini ia meminta dukungan pada Anggoro untuk lebih meyakinkan Yasmin. Karena Kenzo tahu, pasti Anggoro akan selalu mengatakan kalau Jasmine adalah gadis paling cantik yang ada di bumi ini. Bisa Gawat kalau sampai mood Jasmine tiba-tiba berubah di acara sepenting ini. Tak hanya kurang enak dipandang, tapi mereka pun harus memberikan kesan yang baik dan ramah kepada semua keluarga yang hadir di sana, karena sudah pasti ia dan Jasmine pasti akan dikenalkan kepada seluruh keluarga besar Tante Amanda. “Iya dong … anak Papah kan emang paling cantik sedunia. Pokoknya ngga ada yang lebih cantik dari Jasmine. Papah yakin. Mau cari sampai ke ujung dunia juga Papah ngga bakal nemuin,” jawab Anggoro, jawaban yang tepat sesuai dengan perkiraan Kenzo. “Tuh kan … cantik. Kamu sih nggak percaya,” Tiara kembali menimpali. Ia pun mengambil cermin yang ada di dalam tas kecil berwarna hitam miliknya. Lalu mengarahkannya tepat di depan Jasmine. Refleks, Jasmine pun melihat pantulan dirinya dari cermin kecil itu untuk memastikan penampilannya tidak begitu buruk dan masih bisa dimaklumi. Yaa, okelah … Tidak begitu buruk. Masih terlihat cantik meskipun sedikit tidak nyaman, batin Jasmine sambil membetulkan rambutnya yang tergerai di bahu. “Gimana? Oke kan dandanan Tante?” tanya Tiara yang begitu membanggakan hasil karyanya. “Iya, ya … oke,” sahut Jasmine yang kini mengambil alih cermin kecil dalam genggaman Tiara. Lalu mulai sibuk memperhatikan detail riasan wajahnya. Barangkali ada yang kurang rapi atau terlalu menor. “Pah?” “Yaa … kenapa, Sayang?” tanya Anggoro yang kembali menoleh ke arah Jasmine. “Mmm … Memangnya Papah udah yakin kalau Papah mau menikah lagi? Memangnya Papah udah ngga cinta sama Mamah?” tiba-tiba saja Jasmine kembali bertanya sesuatu yang sebenarnya tidak perlu lagi ia tanyakan, seolah Jasmine memang masih belum rela ada orang lain yang masuk dalam kehidupannya, yang sudah pasti akan mengambil sebagian waktu ayahnya. Anggoro Mengerutkan keningnya. Ia pikir Jasmine sudah menyetujui keinginannya untuk menikah lagi. Lalu kenapa Jasmine masih menanyakannya hal itu? Apalagi saat ini mereka tengah dalam perjalanan untuk menuju ke tempat calon istrinya. Kalaupun memang Jasmine tidak setuju, seharusnya ia mengatakannya dari awal. “Tentu saja sayang. Memangnya kenapa? apa kamu berubah pikiran?” tanya Anggoro yang merasa khawatir. “Yaa … Ngga papa sih … Jasmine cuma iseng nanya aja,” sahut Jasmine dengan santainya. Ia masih terlihat sibuk di depan cermin. “Udah, Pah, biarin aja. Jasmine itu cuma khawatir kalau nanti di rumah dia bakal kesaing sama tante Amanda. Soalnya tante Amanda kan cantik banget.” Lagi-lagi Kenzo sengaja membuat Jasmine semakin kesal. Sehari saja tidak menggoda adik perempuannya itu, rasanya seperti ada yang kurang. “Kak Kenzooooo!!!!!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN