Mulya dan Abigail kembali duduk saling berhadapan dengan kaku di teras sebuah kedai kopi. "Aku—" "Aku—" Keduanya bicara dalam waktu bersamaan. Mulya berdehem pelan, "kamu bisa duluan." "Kamu aja, kamu yang mengajak bertemu duluan," tolak Abigail. Jika Mulya sampai ingin bertemu dengannya, artinya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. "Maaf malam itu mengacaukan dinner kalian." "Nggak perlu minta maaf, aku tau kamu sengaja." Abigail hanya menghendikkan bahu, tanpa merasa perlu menyanggah. "Jadi, apa istrimu sampai saat ini masih juga belum tahu apa-apa?" Meski berkata begitu, nyatanya Abigail mengajak melompat ke topik yang sangat Mulya benci, sekaligus topik yang memang ingin Mulya bahas. "Dia nggak perlu tahu apa-apa. Akan mudah dia tetap tidak tahu, daripada menjelaskan aku yang