Jianina dan Chann terbang begitu tinggi, melambung dan membebaskan jiwa mereka dalam sebuah keindahan yang menyilaukan, layaknya Icarus yang terbang dengan sayap buatan Daidalos yang membuatnya terpesona dengan kemampuannya terbang layaknya burung, serta kekagumannya terhadap pemandangan yang menghampar, sesuatu yang belum pernah dilihatnya dan membuainya, lalu membuatnya lupa bahwa ia terbang terlalu tinggi, hingga mendekati matahari yang bisa membinasakan dirinya. Jianina berada dalam pelukan Chann, sisa peluh masih berberkas di tubuhnya, dan mereka berdua layaknya Adam dan Hawa yang berada di Firdaus. Chann masih berada di dalam tubuh Jian, dan Jian merasakan pahanya basah oleh cairan cinta kental yang menetes. Tubuhnya berpeluh dan terasa lelah, namun sisa kenikmatan masih menjalar