Je't aime, moi non plus

1800 Kata
Matahari mulai tinggi, sinar hangatnya menembus tirai yang menyelubungi jendela kaca lebar kamar Jian, tapi, meski kamar itu kini bermandikan cahaya matahari yang terangnya cukup menyilaukan, Jian belum terjaga sama sekali. Jam dinding sudah menunjuk angka delapan, waktu di mana seharusnya Jian sudah siap berangkat menuju butik Feé Marraine yang dikelolanya bersama Sonya. Meski butik itu adalah butik milik Jian dan Sonya, tapi Jian dan Sonya sepakat bahwa jam kerja harus ditetapkan dengan ketat, sebagai bentuk profesionalitas. Biasanya, Jian sudah mempersiapkan sarapan, lalu sudah berada di kamar mandi, untuk membasuh diri sebelum berangkat bekerja, dan sudah sibuk membuka jadwal pesanan gaun atau pakaian lain, bukannya masih tergolek di ranjang dan tenggelam dalam tidur yang lelap. Namun kali ini Jian masih lelap meski matahari sudah tinggi, semalam Jian menunggu Skylar pulang, dan setelahnya, ia dan Skylar bergumul dalam hasrat, hingga Jian merasa kelelahan dan jatuh tertidur hingga hari telah terang, perempuan itu belum juga terjaga. Jian mulai terjaga saat, sesuatu menyentuh wajahnya, kenyal dan lembab, Jian membuka matanya perlahan dan menemukan Skylar, sedang tersenyum menatapnya, lalu mengecup wajahnya lagi, membuat Jian merasakan kembali sentuhan kenyal dan lembab yang sebelumnya ia rasakan. "Jam berapa sekarang?" tanya Jian dengan suara serak-- khas seseorang yang baru terbangun dari tidur, sambil menggeliatkan tubuhnya di balik selimut. "Hampir jam sembilan." "Hah? Jam sembilan? Kamu tidak membangunkan aku? Aku sudah terlambat, Sonya pasti akan mengomel karena hal ini." Jian segera bangkit dari posisi berbaringnya, lalu menggelung rambutnya asal. "Maaf Sky, aku akan memesan sarapan untukmu, sepertinya aku tidak akan sempat memasak," ucap Jian sambil terburu-buru hendak beranjak dari ranjang. "Tenanglah." Skylar menarik tubuh Jian ke dalam dekapannya. "Sky! Aku terlambat!" protes Jian di dalam dekapan hangat Skylar. Aroma tubuh Skylar dan pelukannya sangat membuat Jian nyaman, tapi Jian tidak ingin terlambat dan membuat semua jadwal kerjanya berantakan. "Ya aku tahu, kamu tidur terlalu nyenyak hingga matahari meninggi kamu masih lelap. Aku sudah menelpon Sonya, aku mengatakan padanya kamu akan terlambat, atau kamu tidak akan datang untuk menjahit hari ini." "Tapi, aku sedang mengerjakan gaun untuk bridal shower yang dipesan Rachel, putri walikota yang akan menikah bulan depan, dan itu hal yang penting." "Aku sudah mengatakan pada Sonya, agar dia mengerjakan semua pekerjaanmu." "Sonya pasti mengomel." "Tentu saja." Skylar tertawa. "Sonya selalu judes." "Baiklah, kalau kamu sudah menelpon Sonya, aku punya waktu untuk memasak untukmu. Kamu berangkat jam berapa? Aku akan membuat sarapan secepat mungkin," kata Jian sambil melepaskan diri dari pelukan Skylar, tapi Skylar kembali menarik Jian ke dalam pelukannya. "Hari ini, aku ingin kita menghabiskan waktu bersama. Belakangan ini aku sibuk dan aku merasa bersalah. Aku terlalu sering mengabaikanmu, jadi hari ini aku ingin melewatkan hari bersamamu." Skylar mengecup perlahan dahi Jian, beralih ke hidung, lalu mengecup bibir Jian, sebelum memperdalam kecupan itu menjadi ciuman yang intens, dan mendalam. Skylar membuai Jian dengan usapan lembut tangannya di punggung Jian yang terbuka. Jian yang mendapatkan serangan begitu mendadak hanya bisa pasrah, mengikuti kehendak Skylar yang menuntunnya membangkitkan hasrat. Skylar mencumbu bibir Jian, tenang namun penuh hasrat, jari jemarinya membelai tubuh polos Jian dengan sensual, membuat Jian bergerak gelisah karena tubuhnya merasakan sesuatu yang menggelitik, memacu syaraf-syarafnya menjadi tegang, dan membuat bagian intim dan otot perutnya terasa tegang. Skylar mengecupi leher Jian membuat rasa geli tercipta, sekaligus libido Jian terlecut oleh rangsangan yang diciptakan Skylar lewat bibir dan lidahnya. Tangan Skylar menyusuri lengan sampai telapak tangan Jian, lalu menyatukan jemari mereka, dan bersamaan dengan itu, Skylar menyentuh bagian sensitif tubuh Jian dengan lidahnya dengan gerakan memutar yang membuat Jian mendesah pelan karena terangsang. Skylar terus menggunakan mulutnya untuk menyentuh tajuk ranum milik Jian, dan bergerak perlahan menyusuri tubuh Jian, mengecup perut Jian dan terus merayap turun hingga pangkal paha. Skylar berada di sana, di tempat pribadi Jian, dan menggunakan jemarinya untuk menyentuh bagian itu dengan intens, hingga Jian melengkungkan punggungnya, dan meloloskan sebuah desah yang kemudian dibungkam Skylar dengan kecupan mendalam. "Kamu suka?" tanya Skylar, wajah Jian memerah, dan deru nafasnya bisa Skylar dengar. Jian mengangguk. "Aku janji akan membuatmu puas." "Biarkan aku memuaskanmu, sayang." Skylar tersenyum pada Jian dan sebelum Jian menanggapi, pria itu sudah kembali berada di bagian pribadi Jian, memuja tubuh Jian seperti manusia purba, menyentuh dengan mulut panas dan lidah liatnya, menyapu dan menyecap dengan agresif dan membuat Jian terperangkap dalam gelombang renjana yang dahsyat. Jian mendesah keras. Pemujaan Skylar kepadanya benar-benar membuat Jian didera candu yang luar biasa nikmat. Otot-otot Jian begitu tegang, menuntut pelepasan. Skylar terus menyesap tubuh Jian, sementara jemarinya berkelana di tubuh Jian dengan sentuhan erotis dan menambah desahan tak terkendali lolos dari bibir mungil Jian, Skylar benar-benar menyeretnya ke dalam kenikmatan dunia. Semakin lama, Jian merasa bagian bawahnya terasa basah dan berat, tubuhnya panas, sementara Skylar masih memujanya, dengan mulut dan jemari lihai yang membuat Jian semakin bergelora dalam arus asmara. "Kamu siap?" tanya Skylar saat merasa bahwa Jian telah siap menerimanya. Pria itu menatap Jian dengan manik mata kecoklatan yang membuat Jian merasa jantungnya berdebar. Jian mengangguk yakin dan Skylar melepas kain yang masih melekat di tubuhnya, membuat dirinya layaknya patung dewa Yunani yang dipahat oleh Michaelangelo. Kulit cerahnya seperti pualam dan otot-ototnya benar-benar membuat Jian menahan nafas. Ia sudah sering melihat bagian paling seksi dan sensual dari Skylar, tapi tetap saja ia merasa berdebar saat Skylar mencumbu dan merayunya. Skylar berada di hadapannya, mempesona seperti mahakarya David yang disimpan di Florence, pria itu memulai perlahan, bersiap dan kemudian melesakkan perlahan, diiringi desahan nikmat yang lolos dari bibir Jian. Skylar bergerak pelan, dan setelah miliknya masuk sepenuhnya ke tubuh Jian, Skylar bergerak enerjik, menghentak-hentak tubuh Jian, membuat sentuhan dalam titik rahasia tubuh Jian yang menciptakan rasa nikmat yang menjalar, mengikat seluruh tubuh. Peluh mengaliri tubuh Jian, seiring dengan tubuhnya yang bergerak hebat mengikuti tempo rancak yang Skylar ciptakan. Skylar mengambil tangan Jian, menyatukan kedua tangannya di atas perut Jian dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain bergerak kurang ajar di bagian sensitif Jian, dan Skylar bergerak semakin keras dan liar, datang dan pergi tanpa belas kasihan. Jian mendesah keras, meneriakkan nama Skylar. Kenikmatan yang dirasakannya benar-benar membuat Jian kehilangan akal, menggapai kenikmatan duniawi. Jian menatap Skylar yang begitu indah dan perkasa di hadapannya, pria itu benar-benar suami yang sempurna di dalam benak Jian. Bagi Jian, Skylar adalah bagian terbaik dalam hidupnya yang awalnya, ia kira akan selamanya menyedihkan. Skylar adalah seseorang yang membuat Jian merasa bahwa ia tidak diabaikan dan Skylar membuatnya percaya bahwa kebahagiaan itu masih ada. Lihat saja bagaimana Skylar memberikan semua yang terbaik bagi Jian, Skylar membuat Jian hidup bahagia bagai di nirwana, memberikan kepuasan, jiwa dan raga. Tak ada yang bisa Jian teriakkan selain, "Oh, oui, Je't aime, oh, yes! Aku mencintaimu. Sky, aku mencintaimu, yes, deep, faster, Sky, oui, je't aime." Tubuh Jian lemas, seluruh otot-ototnya terasa tegang secara serempak, sebuah gelombang tanpa nama namun membawa sejuta rasa menyerbu tubuhnya, membuat dirinya terasa basah kuyup, dan diselubungi rasa nikmat yang nyaman, tubuh Jian melemah, ia tidak kuat lagi bertahan, tapi Skylar, sang dewa Yunani itu, masih terus berada dalam dirinya dan menjajah dengan keperkasaannya. Pria itu berpindah ke belakang Jian, memeluk Jian erat pinggang ramping Jian dan mendatangi Jian, masuk ke dalam tubuh Jian dengan stamina yang masih tinggi, dan membuat Jian kembali meloloskan kidung tanpa nada yang mewakili rasa candu yang Skylar berikan terus menggerus kewarasannya. Jemari panjang Skylar mulai merayu dan menyerbu titik-titik erotis yang Jian miliki, sementara bibir panasnya mengecup bagian belakang tubuh Jian dan mengirimkan sinyal yang seolah memberikan efek kejut di tubuh Jian. Jian kembali tersesat dalam sebuah gelombang yang menyeretnya ke dalam sebuah pelepasan yang dalam dan berarus dahsyat. Nafas Jian tersengal, pendek-pendek, dan kepalanya tertarik ke belakang, matanya terpejam, meresapi tubuhnya yang dijalari kenikmatan, Skylar Wistara, benar-benar memberikan kepuasan yang paripurna bagi dirinya. "Sky, oh Skylar...," racau Jian, meneriakkan nama Skylar di antara deru nafasnya. Skylar menanggapi Jian yang memanggil namanya dengan sebuah french kiss yang begitu menggairahkan, sementara bagian bawah tubuhnya menghentak semakin cepat, menumbuk tubuh Jian semakin dalam hingga Skylar merasakan tubuhnya sendiri mengejang, karena pelepasannya menjelang. Bersama-sama dengan Jian yang berada dalam puncak yang berkobar, Skylar berada di sana, melepaskan cairan cinta memenuhi rahim Jian, hingga perempuan itu merasakan lelehannya di antara pahanya. Begitu basah, hangat dan memenuhi dirinya hingga meluber, seperti perasaan cinta dan bahagia yang saat ini dirasakannya bersama Skylar. Jian berbaring dalam pelukan Skylar, masih dengan peluh membasahi tubuh keduanya, Skylar mengecup dahi Jian perlahan." "Kamu menyukainya?" "Tentu saja. Kamu selalu memberikan semua hal terbaik yang tidak pernah aku bayangkan, Sky." Jian mengusap wajah Skylar, mengingat bagaimana pria itu memberikan perhatian-perhatian kecil yang kemudian merebut seluruh hatinya. Skylar tersenyum. "Apa kamu ingin melakukannya sekali lagi?" Jian memukul Skylar dengan pukulan kecil yang bagi Skylar sama sekali tidak menyakitkan. "Aku harus pergi, jika tidak, Sonya akan...." "Lupakan soal Sonya," potong Skylar lalu melumat bibir Jian, seakan tidak pernah puas, bahkan setelah sesi panas yang baru saja mereka lewatkan. Jian menarik wajahnya setelah ia berciuman dengan Skylar selama beberapa waktu dengan ciuman basah yang penuh godaan, Jian mengusap wajah tampan Skylar, menatap wajah itu dalam-dalam. "Skylar, je't aime," bisik Jian, tampak jelas bahwa Jian begitu memuja Skylar. Skylar mengecupi kecil bibir Jian sebagai tanggapan kata-kata Jian. "Je't aime," balas Skylar lalu melumat bibir Jian lagi dengan penuh gairah. "Moi non plus...?" Ungkapan yang terbersit di benak Skylar. Je't aime, moi non plus, aku mencintaimu, aku tidak. Perasaan yang membawa Skylar ke dalam kegamangan yang membayangi kehidupannya. Tidak ada yang salah pada Praya Jianina, dan seharusnya tidak ada alasan bagi Skylar untuk tidak mencintai Jian, istrinya. Ia sendiri yang memilih Jianina sebagai pendamping hidupnya, tidak ada pemaksaan, dan pernikahannya bukanlah perjodohan. Namun kini, separuh hati Skylar merasa bahwa ia mencintai Jian, dan separuh lainnya merasa bahwa ia tidak mencintai Jian. Perasaan paradoks yang saling tolak menolak layaknya kutub yang sama. Skylar tidak pernah berpikir untuk mengakhiri pernikahan dengan Jian, ia mencintai Jian, perempuan itu adalah seorang istri yang sempurna, cantik, lemah lembut, tidak pernah menuntut dan memberikan kepuasan ragawi pada Skylar. Pernikahannya dengan Jian adalah sebuah pernikahan yang sempurna dan harmonis, tetapi, Skylar tidak bisa menghindari sebuah pengkhianatan yang dibangun oleh kenangan usang dari masa lalu yang belum usai. Skylar menyesali semua yang telah terjadi, beserta keputusan yang diambilnya selama ini, namun semua telah terjadi, dan semakin lama, Skylar merasa ia semakin tersesat dalam sebuah labirin yang rumit, ia tidak tahu bagaimana caranya bisa membebaskan diri dari labirin ini. Je't aime, moi non plus. Aku mencintaimu, aku tidak. Skylar terombang-ambing dalam perasaan tak menentu kepada Jian, perempuan yang bersamanya mengucapkan janji, tak kan berpisah selamanya. "Sky...?" Suara Jian yang memanggil namanya membuyarkan lamunan Skylar. "Kamu baik-baik saja?" "Iya. Aku tidak apa-apa." "Aku mencintaimu, Jianina. Mencintaimu." Skylar kembali menyentuh tubuh Jian sebagai persembahan cinta, dan di antara deru desah nafas yang tercipta, Skylar menyembunyikan perasaannya yang terbagi. Rasa cinta untuk Praya Jianina, dan juga cinta yang lain untuk seorang perempuan yang begitu menyukai mawar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN