Suara bel yang cukup nyaring dan terdengar berkali-kali, membuat Jian tersentak dari tidurnya yang lelap. Ia membuka matanya enggan, lalu mengucek mata yang masih terasa lengket digelayuti rasa kantuk yang parah, beranjak dari ranjang dan membetulkan piyama tidurnya yang berantakan, sembari berjalan ke pintu. Semalam, ia pulang ke rumah dengan rasa marah dan sedih yang tak tertanggung, lalu menghabiskan malam dengan meminum alkohol, mencoba mengenyahkan segala rasa sesak yang memenuhi batinnya. Rasa benci, kecewa, sedih, iri dan marah yang merajai batinnya saat melihat Nathania mendapatkan begitu banyak kebaikan, bayi yang lahir dengan sehat dan selamat, juga perhatian dari Chann meski Thania sudah berkhianat. Saat sampai di depan pintu, ia mengintip siapa yang ada di depan pintu sepag