2. The Key

1233 Kata
Seperti apa yang telah mereka rencanakan malam itu, hari ini Steven, Lyodra dan Brighteen pergi ke ruangan Mr. Reind dengan niat ingin mengambil bagian kunci ruangan rahasia itu. Mereka tahu kalau hal ini pasti tidak akan mudah, akan ada konsekuensi setiap apa yang telah diperbuat. Namun, mereka tidak peduli akan hal itu, mereka ingin agar rencana mereka bisa berhasil yaitu mengungkap misteri kampus yang begitu janggal. Sebuah misi yang mengharuskan mereka ikut campur dalam permasalahan ini, tanpa orang lain tahu pun kalau mereka memang sedari dulu ingin agar misteri ruangan rahasia di dalam perpustakaan kampus itu bisa terungkap. Dibalik setiap kesuksesan, pasti ada misteri di baliknya. Maka hal itulah yang akan mereka ungkap. Mereka mencoba berjalan seperti biasa dan menyapa beberapa dosen yang lewat dengan senyuman serta anggukan kepala, akan sangat berbahaya jika mereka terlihat gugup. Percaya atau tidak, salah satu dosen di sini bisa membaca gerak-gerik tubuh yang begitu aneh. Jika mereka ingin semuanya berjalan dengan mulus, maka mereka harus bersikap biasa. Mereka tadi sudah menyusun rencana bagaimana dan apa yang akan mereka katakan pada Mr. Reind nantinya, semua sudah mereka atur dan berharap kalau Mr. Reind sama sekali tidak curiga. “Sekarang apa kita harus masuk?” tanya Brighteen merasa ragu. “Kau ini bagaimana? Tentu saja kita harus masuk, bodoh! Untuk apa kita berdiri di sini terus tanpa berniat masuk?” balas Lyodra begitu kesal dengan pertanyaan Brighteen. “Shutt … berhenti berdebat, nanti ada yang mendengar,” ujar Steven melerai pertengkaran yang akan dimulai oleh Lyodra dan Steven. Keduanya ini memang suka sekali bertengkar hanya masalah kecil dan Steven lah orang yang biasanya melerai, kadang Steven juga heran dengan kedua temannya itu. “Dengar apa yang dikatakan Steve.” Brighteen menjulurkan lidahnya mengejek Lyodra yang terlihat kesal. “Ayo kita masuk!” Steven mengetuk pintu ruangan itu, setelah mendengar suara Mr. Reind yang meminta mereka masuk barulah mereka masuk ke dalam ruangan itu satu persatu. “Permisi, Pak! Selamat siang!” sapa Steven dengan canggung membuat Mr. Reind yang sedang sibuk dengan buku tuanya pun menoleh, sedikit terkejut dengan kehadiran ketiga orang mahasiswanya. “Selamat siang, silakan duduk!” Mereka patuh, duduk tepat di hadapan Mr. Reind. “Jadi, ada keperluan apa kalian kemari?” tanya Mr. Reind sambil membenarkan letak kacamatanya. Mereka saling pandang, seakan mengkode siapakah yang akan mulai berbicara. Steven menghela napas ketika tatapan Brighteen dan Lyodra yang mengarah padanya, ia sudah sangat yakin pasti ia lagi yang dijadikan sasaran. “Hmm … jadi begini, Mr. Kami ingin ikut dalam kontes yang diadakan oleh pusat kota mengenai reporter dengan tema kampus, apakah Mr. bisa membantu kami?” Untunglah memang benar adanya kontes itu, jika saja tidak ada bisa gawat nantinya. “Sepertinya kontes itu sangat menarik, akan sangat bagus jika para mahasiswa di sini mengikuti kontes yang diadakan pusat kota itu. Baik, saya akan membantu kalian. Jadi apa yang bisa saya bantu?” Steven berpikir sejenak, kira-kira apa yang akan ia katakan ya. “Mr. bisa membantu kami dengan buku-buku tua mengenai asal usul kampus ini, ya sepertinya itu akan sangat menarik. Jika wawancara langsung sudah sangat biasa, maka kami akan wawancara melalui tulisan di dalam buku-buku tua itu. Sekiranya apakah Mr. bisa membantu kami?” “Bukankah buku-buku mengenai asal-usul kampus sudah ada di perpustakaan? Mengapa kalian harus memintanya lagi pada saya?” Pertanyaan dari Mr. Reind membuat mereka gelagapan, takut-takut kalau hal ini hanya sebuah alasan saja. “Ah itu Mr. sejarah kampus di sana tidak terlalu lengkap, kata Mrs. Rose, Mr. Reind memiliki buku tebal yang sangat lengkap mengenai hal itu. Makanya kami menemui Mr. Reind, apakah buku tebal itu memang ada? Kalau tidak ada tidak apa-apa, kemungkinan kami hanya akan mencari di buku-buku yang ada di perpustakaan saja. Yahh walaupun resiko kami akan kalah sangat besar, mengingat kalau saingan kami cukup besar.” Steven berpura-pura sedih seakan kalau ia tidak rela akan kalah dalam kontes itu. “Ah iya saya memiliki buku itu, pokoknya kalian harus berusaha menenangkan kontes itu supaya nama kampus kita semakin dikenal oleh banyak orang. Sebentar, saya akan mengambilkan bukunya dulu, ya?” Ketiganya mengangguk, membiarkan Mr. Reind pergi sebentar. “Aku tadi melihat kalau bagian kunci itu dijadikan kalung oleh Mr. Reind, jadi apa yang harus kita lakukan?” tanya Lyodra. “Iya, aku juga melihatnya. Sepertinya kita memang harus memakai rencana terakhir, kau bawa kan yang aku minta?” tanya Steven pada Brighteen yang langsung mengangguk. “Iya, tentu saja aku membawanya.” Steven mendesah lega mendengarnya. “Baguslah kalau begitu, nanti kalau Mr. Reind kembali kau harus memberikan itu padanya. Minta agar dia segera meminumnya dan jangan sampai kau gugup dalam melakukannya, kau paham?” Brighteen mengangguk paham. “Iya, aku akan berusaha untuk itu.” Tak lama kemudian Mr. Reind kembali dengan sebuah buku tebal di tangannya, Mr. Reind duduk di singgasananya sambil menaruh buku tebal yang terlihat usang itu di atas meja. “Ini bukunya, kalau sudah selesai kalian bisa mengembalikannya,” ujar Mr. Reind sambil mendorong pelan buku itu. “Terima kasih banyak Mr.” Steven mengambil buku itu sambil tersenyum. “Ah iya, apa Mr. ingin mencoba sebuah ramuan?” tanya Brighteen. “Ramuan apa? Sepertinya saya tidak terlalu memerlukan ramuan apapun,” ucap Mr. Reind membuat Steven dan teman-temannya agak sedikit kecewa, tetapi tentu saja ia tidak akan menyerah dengan mudah. “Yah, sayang sekali. Padahal ini adalah ramuan awet muda Mr. nenek saya meminum ramuan ini sekali bisa terlihat sepuluh tahun lebih muda dari umurnya, ramuan ini dibuat dari bahan-bahan herbal yang sangat jarang ditemukan di hutan-hutan sini. Kami menawarkannya pada Mr. karena kami pikir Mr. membutuhkannya, kami ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa terima kasih kami pada Mr. yang telah berbaik hati meminjamkan buku ini, kalau memang Mr. tidak berminat ya sudah tak mengapa. Akan saya simpan atau mungkin saya berikan pada orang yang membutuhkan,” ucap Brighteen sambil mengambil ancang-ancang akan menyimpan ramuan yang telah ia bawa. “Jangan! Berikan ramuan itu pada saya saja,” ucap Mr. Reind sambil merebut ramuan itu dari tangan Steven. “Akan lebih baik kalau ramuan itu segera diminum Mr. karena menurut apa yang nenek saya katakan, ramuan itu akan bekerja pada saat meminumnya di tengah hari seperti ini.” Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun, Mr. Reind meminum ramuan itu hingga tandas. “Apa saya kini terlihat lebih awet muda?” tanya Mr. Reind membuat ketiganya mengulum senyum dan diam-diam menghitung dalam hati. “Tentu saja Mr. kini terlihat awet muda,” jawab Lyodra. 1 … 2 … dan 3 … obat itu sudah bekerja. “Cepat ambil kunci itu dan ganti dengan tulang palsu yang kita bawa sebelum Mr. Reind bangun! Ramuan itu hanya bekerja satu menit saja!” teriak Steven membuat Lyodra dengan cepat mengambil kalung iti, mengambil setengah bagian kunci jari tengkorak itu kemudian menggantinya dengan palsu. Satu menit kemudian Mr. Reind kembali sadar, Mr. Reind mengerjap pelan dan melihat kalau Steven, Lyodra dan Brighteen masih ada di hadapannya dengan senyuman. “Kami sama sekali tidak berbohong, Anda terlihat sangat awet muda, Mr. kalau begitu bolehkah kami pamit sekarang? Kami ingin memulai mengerjakan untuk kontes itu,” ucap Steven. “Baik, terima kasih atas ramuannya!” Steven mengangguk sambil tersenyum kemudian pergi disusul Lyodra dan Brighteen. “Lebih baik kita pulang sekarang, kita akan membahasnya di rumah saja.” Steven berbisik pelan pada Lyodra dan Brighteen. “Iya, kau benar kita harus segera pergi dari sini.” Mereka berjalan keluar dari area kampus dengan perasaan sedikit lega, sebentar lagi mereka akan melihat rahasia itu. Rasanya tak sabar menunggu malam hari tiba agar mereka bisa pergi ke perpustakaan untuk membuka ruangan rahasia itu karena dua bagian kunci pintu ruangan ini sudah mereka dapatkan, tinggal satu langkah lagi menuju petualangan di dunia yang penuh dengan keajaiban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN