Rissa : "Bos hari ini saya belum bisa turun kerja. Saya masih sakit."
Begitu isi pesan Rissa satu jam yang lalu. Sebenarnya aku kasian kalau dia sakit. Tetapi kalau sakitnya karena urusan pribadi menyangkut rumahnya tangga dengan suaminya, maaf aja. Aku gak respect.
Aku yakin, saat ini Rissa bukan sakit fisik. Tetapi sakit karena hal lain. Terakhir yang aku lihat dia kan bermasalah sama suamianya di rumah sakit waktu itu.
Aku menghela napas panjang. Bisa-bisa hari ini aku kerja keras lagi. Apalagi kalau sudah kasir nggak turun. Kalau begini terus-terusan aku tidak bisa mentoleransi keadaan Rissa.
Meskipun dia mantan.
Aku terpikir untuk membalasnya..
Keenan : "Saya izinin sampai hari ini. Besok harus turun."
Send.
"Kuenya ini doang?"
Aku langsung mengangkat wajahku. Tidak ku sangka ternyata si b******k itu kemari. Kok tumben? Tapi yang bikin aku kaget lagi disebelanya ada Rissa.
Hm, apalagi sekarang..
"Menu dan varian rasa hari ini ada di etalase ini, Kak."
Aku mendengar suara salah satu karyawanku yang sedang melayaninya. Sementara Rissa terlihat tidak enak terhadap situasi sambil menggendong putranya.
Dih, katanya sakit. Kenapa malah jalan-jalan sama si b******k itu? Jalannya kesini pula! Ini sengaja apa gimana?
"Kelihatannya biasa aja sih. Gak ada varian lain apa? Bahkan saya meragukan kualitas rasanya."
Dasar monyet! Pengen kubejek aja nih orang. Aku mencoba untuk sabar sambil berdiri didepan kasir. Seolah-olah tidak memperdulikan hal itu. Padahal ini sudah masuk ke ranah penghinaan!
"Maaf Kak, untuk rasa dan varian lain besok baru ready. Sistem kue kami disini selalu random setiap hari untuk varian dan jenis nya."
"Tapi saya maunya hari ini. Ck, toko kue macam apa ini?! Nyesel saya kesini."
"Ansel, ayo kita pulang."
Suara Rissa terdengar memohon kepada si b******k itu. Ntah semakin tidak enak sama aku atau dianya yang pengen pulang.
"Sayang kok pulang? Bukannya hari ini kamu ngidam pengen jalan-jalan? Hm?"
Aku mengepalkan tanganku. Bahkan aku yakin saat ini wajahku sudah memerah. Bisa-bisanya mereka berlaku seperti itu didepanku. Bener-bener terniat banget pengen manas-manasin. Dih, sorry ya, nggak ngaruh!
Aku sedikit melirik ke arah Rissa. Jujur, penampilan dia memang cantik dan anggun hari ini. Pertama kalinya dia pakai syar'i tertutup dan rapi. Wajahnya juga berpoles dan terlihat manis.
Cantik banget. Sayang istri orang.
Ah paling juga semua itu akal-akalan suaminya. Dia pikir bikin Rissa seperti itu aku bakal cemburu apa? Yang ada aku makin kasian.
"Sayang, aku mau ini. Putra kita juga mau ini."
Tunggu.
Apa? Sayang? Rissa manggil suaminya sayang? Nggak salah nih???
"Mau yang keju yank? 1 atau 2? Istriku yang cantik ini penyuka keju kan?"
"Em, berapa ya? Aku jadi bingung."
"Ah atau kita beli aja semuanya. Kalau perlu sama tokonya. Paling harganya nggak seberapa sih sama gaji kamu yang rendah. Biaya gaji kamu seharga makanan anjing tetangga sebelah."
Ck, sebenarnya dia yang lebih anjing dari peliharaan tetangganya.
Rasanya aku pengen pergi meninggalkan kasir ini. Tapi aku mikir, kalau aku pergi nanti di kira akunya baper. Padahal kenyataannya aku menyebut kedua orang ini adalah toksin.
Butuh waktu sekitar 10 menit aku menunggu semuanya sampai akhirnya Rissa sendiri berdiri di hadapanku bersiap membayar semuanya. Karena yang aku lihat, si b******k itu malah keluar menerima panggilan.
"Berapa totalnya?" tanyanya padaku.
Saat ini, aku sudah kehilangan respect sama dia. Sikonnya udah nggak nyaman.
"150.000."
"Ini.. "
Aku menerima uang pas itu tanpa harus melihat wajahnya. Setelah itu aku menarik struk pembelian miliknya kemudian menatapnya datar dengan perasaan marah yang tidak akan mungkin terlampiaskan padanya.
"Ini uangmu."
"Uang saya pas. Kenapa ada kembalian?"
"Ini bukan uang kembalian. Tapi Sisa gajimu."
"Maksud Boss?"
"Besok kamu tidak perlu lagi bekerja. Kamu saya berhentikan."
****
Rissa pasti kaget banget?
Maksih ya udah baca. Maaaf kmrin gak update. Aku usahain rajin up ya ??
With Love, Lia
Instagram : lia_rezaa_vahlefii