Kamar mandi...
Sudah tiga puluh menit Disa berada disini, duduk menyendiri dibawah pancuran air. Shower itu tidak menyala jadi dirinya tidak kenapa-kenapa. Kakinya ia lipat dan menumpukan kepalanya diatas tumit. Sedari tadi Disa terus berdiam sambil menghembuskan nafasnya seperti orang lelah.
Dor
Dor
Dor
"Kamu mandi apa bersemedi." Kata Adryan dari luar sembari menunggu jawaban Disa. Disa menuju ke arah pintu ia tidak berbuat apa apa selain menjawab dengan malas.
" dua duanya, kenapa sih?"
" keluar, jangan kebanyakan melamun di kamar mandi. Aku takut kamu akan melakukan bunuh diri karena memiliki suami seperti ku."
Disa menegakkan kepalanya alis terangkat dan bibirnya menyungging kesal, maksudnya? Siapa yang mau memiliki suami seperti dia, bahkan ingin mati karena dekat dengan dia? Sungguh pede sekali lelaki tua satu ini. Dengan kesal Disa berdiri ia mendekati pintu dan meraih handle nya kemudian terbukalah pintu memperlihatkan Adryan dengan senyumnya berdiri di sana.
" kenapa belum mandi? Apa tunggu aku mandikan. Kalau mau aku mandi kan bilang..."
Disa memutar bola matanya jengah ia melipat kedua tangannya di d**a dan tidak menjawab ia hanya melirik mata Adryan yang menurutnya sangat memuakkan.
Adryan tidak mau kalah dengan tatapan Disa ia harus bisa membuat wanitanya takluk di bawahnya. Jika ia terus membangkang seperti ini Adryan akan kewalahan ke depannya nanti. Tatapan Adryan yang tadinya ingin bersahabat berubah menjadi dingin bibirnya kembali datar. ia masukan kedua tangannya di Kantung dan terbalik pergi.
" kamu istriku, mandilah dan cepat pakai pakaian. Kita akan keluar." Andri langsung pergi ke keluar dari kamar dan Disa menutup pintu kamar mandi kembali.
???
Setengah jam kemudian Disa sudah berpakaian rapi dan juga sudah nampak cantik. Ia menuruni anak tangga untuk sampai ke bawah hal yang dilihatnya adalah rumah yang sudah seperti biasa tidak ada dekorasi pernikahan ataupun acara Kedukaan padahal kedua kejadian itu baru saja terjadi tadi siang dan sekarang sudah malam 07.00.
Adryan yang sedang duduk bersama kedua orang tuanya langsung berdiri ia mendatangi Disa dan meraih tangannya, malam ini mereka akan pergi keluar kota. Kota yang akan ditempati nya sekaligus perusahaan Adryan di sana.
Mata Disa beralih ketika sepasang koper sudah berada di depan pintu lalu terdapat pula dua buah tiket yang tergeletak di meja. Desa menatap Adryan namun laki itu hanya tersenyum dan tidak menjawab. Tangan Adryan mengusap lengan lebih tepatnya Telapak tangan wanita itu untuk memperlihatkan ke kedua orang tuanya kalau mereka baik baik saja.
" malam ini kami akan pergi, papa dan mama bisa tinggal di sini. Aku ingin mencari suasana baru agar bisa melupakan kejadian yang tiada. Jika kalian merindukanku kalian bisa pergi ke sana aku akan menyiapkan tiket pesawat."
Disa masih belum mengerti ia mencoba melepaskan pegangan Adryan namun lelaki itu tidak mau. Adryan justru mengeratkan pegangannya walaupun tidak menatap istrinya itu.
" bagaimana kami akan tinggal di sini kalo yang punya rumah pergi. Maka sesuai dengan keputusanmu rumah ini akan dibongkar dan tanah ini akan dijadikan sebuah taman anak anak. Setidaknya itu adalah keinginan almarhum Manda."
Untuk mengurangi rasa sedihnya Nanda membuat satu permintaan kepada Adryan ketika menikah dengan adiknya nanti Adryan harus pindah dari kota ini dan juga dari rumah yang mereka tinggali. Hal ini supaya Disa tidak merasa menggantikan kakak nya dan juga menjadi bayangan dari kakak nya. Maka dari itu rumah Adryan yang sekarang akan dibongkar dan dijadikan suatu tempat yang lebih berguna seperti anak anak atau panti Asuhan.
" kapan kak Nanda berkata seperti itu? Kok nggak ada yang bilang ke aku? Maksudnya apa? Kan dia kakakku kenapa nggak ada yang kasih tahu aku? kan, aku adik kandungnya bukan kamu.kamu hanya orang lain. Kamu bukan saudara kandungnya melainkan hanya calon suaminya itu pun gagal."
Sungguh perkataan Disa sangat tidak sopan dan membuat Adryan sedikit malu di depan kedua orang tuanya. Adryan mengeratkan tangannya mencoba memberi kode kalau perkataan tadi tidak sopan. Adryan akan memberikan pelajaran kepada wanita ini ketika sudah di rumah barunya nanti.
Kedua orang tua Adryan pun terkaget matanya lebar namun mereka perlu memaklumi karena Disa baru saja ditinggal oleh saudara satu-satunya.
"Ah haha kamu pingsan bagaimana mau kasitau sayang." Menjawab ibunya Adryan.
" kalo gitu kami pergi dulu." Adryan melepaskan pegangan dari Disa dan memeluk kedua tuanya setelah itu ia menarik Disa segera pergi dari rumah itu.
???
Disa duduk disamping Adryan yang sedang menyetir mobil. Malam-malam seperti ini ia tidak mengetahui mau dibawa ke mana, kenapa sekarang hidupnya seperti ini. Disa menatap jendela disampingnya menatap jalanan yang Diterangi lampu lampu rumah tetangga, pikirannya Melalang buana mengingat kembali rekaman dari tadi pagi hingga sekarang di mana letak kesalahannya? Mengapa tiba tiba ia sudah menjadi istri dari calon suami kakaknya ini.
" kita mau ke mana?" Tanya Disa kali ini nadanya sedikit pelan dan intonasi suaranya terdengar lembut.
"pulang, ke rumah baru." Jawab Adryan.
" pulang ke mana? Apa pulang ke kontrakanku."
" tidak, pulang ke rumahku yang akan jadi rumahmu. Aku ingin membantumu keluar dari kota yang sudah merenggut kebahagiaanmu. Setidaknya apa yang kulakukan bisa membuat mu sedikit baik dan senang."
Disa Terdiam yang menghembuskan nafas nya lemah sungguh ia sangat sedih malam ini.
"Kak Nanda dulunya adalah anak kebanggaan dari ibu dan bapak selalu mendapatkan renking satu di sekolah. Jika kenaikan kelas ibu dan bapak selalu bertanya apakah Nanda mendapatkan renking satu. Ia juga memiliki banyak teman dan selalu disukai oleh banyak lelaki. Berbanding terbalik denganku aku tidak pintar aku juga tidak memiliki banyak teman nasibku sangat jauh dari keberuntungan tapi aku tidak pernah berputus asa, aku selalu menjadi diriku sendiri hingga akhirnya aku bertemu dengan guru. Guru yang kusukai kupikir guru itu menyukaiku ternyata menyukai kakak aku. Aku tidak bisa berbuat apa apa, terlebih ibu dan bapak berkata kalau kakak butuh perhatian khusus karena ia memiliki penyakit. Dan aku tidak menyangka akhirnya lelaki yang kusuka itu menjadi suamiku sekarang, padahal aku sudah mencoba untuk mengihklaskan dengan kak Nanda."
Adryan hanya diam buku buku jarinya mencengkram erat setir mobil ingin rasanya ia mengatakan sesuatu namun bukan saatnya.
" Dan aku gurumu dulunya. Lagian kan sekarang aku sudah menjadi suamimu dan Ananda sudah tiada."
"Kak Nanda memang tiada tapi tidak dengan Cinta nya di hati kamu."
Nyessss
Hati Adryan seperti tertusuk sembilu.