CEO tak bertuan

Disa menangis ia menghampiri sang kakak yang masih memakai baju pengantin yang berlumur darah. Kenapa kakaknya bisa seceroboh ini dasar dia bodoh. "Kenapa kau bodoh kak. Kamu mau ninggalin aku? Kalo mati gimana? Siapa yang urusin aku." Tangis Disa pecah seperti anak kecil. Nanda tertawa pelan ia mengusap kepala adiknya yang berada dikasur." "Dengarkan baik- baik. Ini aku nahan sakit tau. Dengarin ucapan aku Disa." Kata kakaknya. Disa bangun ia mengusap air matanya dan membuang hingusnya dengan ujung baju. "Dasar jorok, jangan pernah buang hingus di baju." Oceh kakaknya. "Biarin bwe, kakak mau ngomong apa?" Tanya Disa setelah mereda. "Maafin kakak ya. Kakak sudah rebut Bang Adrian dari kamu. Kakak ngerasa bersalah tapi kakak sangat mencintai dirinya. Disa maaf jika selama ini kakak jahat... aku sudah mau pergi Disa, sudah gak kuat. Maaf sudah merebut Adrian dengan cara tidur bersamanya." Nanda berbicara serius tangannya menggenggam tangan Disa mengusapnya pelan. Disa memejamkan matanya hal ini lagi diingat padahal kejadiannya sudah setahun yang lalu. "Gakpapa kok, sekarang gak usah dipikirin kak. Aku udah maafin kakak. Kalau cuma ini aku izin keluar biar Kak Adrian bisa masuk." Disa mulai berdiri ia mencium tangan kakaknya setelah itu berbalik untuk pergi. Saat ingin melangkah Nanda berkata, "Menikahlah dengan Adrian, please. Jangan batalkan pernikahannya. Aku ingin bertemu bapak dan ibu di surga mereka sudah menungguku." Kata Nanda ia menangis wanita itu menangis memohon kepada adiknya. Disa langsung berbalik lagi ke arah kakaknya dan mendekat. "Kakak gila? Aku menikah dengan calon suami kakak. Enggak. Aku udah punya pacar." Tolak Disa. "Tolonglah Disa, nanti siapa yang urus Adrian." "Kalo gitu gak usah mati. Maaf kak batinku masih sakit jadi aku tidak ingin menikah. Kakak aku tinggal disini nanti kak Adrian datang..." Disa langsung pergi begitu saja. "Disa please Disa... please." Kata kakaknya dengan isak tangis sedangkan Disa berjalan menuju pintu dan keluar. Disa menghapus air matanya maksudnya apa seperti ini? Disa tidak menghiraukan saat Adrian melihatnya. Adrian langsung masuk ke ruangan Nanda. Disana Nanda menghapus air matanya. "Sayang, kamu kenapa menangis? Apa adikmu membuatmu nangis." Adrian duduk dikursi lalu mengusap rambut Nanda. "Jangan banyak bicara dulu, aku menyuruh papah dan mamahku untuk mengadakan pernikahan di rumah sakit." Nanda menggeleng ia menghapus air matanya seraya memegang tangannya yang berada di kepalanya. Nanda tersenyum sambil mengusap lengan lebih tepatnya Telapak tangan kanan soalnya. Ditatapnya mata atau yang berlalu hidungnya dan terakhir bibirnya. " kita menikah karena aku hamil bukan? Karena dia sudah tiada dan aku pun juga aku sudah tidak kuat untuk bertahan maka dari itu kita tidak usah menikah. Tapi sebagai gantinya menikahlah dengan adikku, karena jika aku pergi siapa yang akan menjaganya. Lagi pula kamu adalah miliknya bukan? Lalu aku mengambil dengan cara seperti ini... Akan aku kembalikan kamu dengan Disa." "Please, jangan." Kata Adrian. "Kamu mau bersamaku karena kasian bukan cinta Rian. Kembalilah kerumahmu yang sesungguhnya." Ucap Nanda. Adrian terdiam Matanya berkaca-kaca entah apa yang dirasakannya yang jelas ia ingin Nanda hidup. Ia ingin Nanda tetap hidup terlebih dahulu. *** Dan benar saja, selang beberapa waktu akhirnya Nanda meninggal. Wanita itu menghembuskan nafas terakhir nya di dalam dekapan Adrian. Tentu saja lelaki itu sangat sangat berduka karena telah kehilangan wanita yang menerimanya dan juga cintanya ke wanita lain. Adryan mengusap air matanya yang membaringkan wanita itu dengan pelan tak lama saat Adryan melakukannya pintu tiba tiba saja terbuka Disa langsung berlari masuk untuk melihat kakak nya. Yang ia pikir selama ini kakaknya kuat yang ia pikir kakanya hanya selalu bercanda dan terakhir yang ia yakini bahwa kakaknya sembuh ternyata tidak. Kali ini ia benar-benar menepati perkataannya, menepati janjinya kalau ia akan pergi untuk selamanya. Disa langsung menangis ia luruh ke lantai raganya sudah lemah dan tak kuat untuk menahan beban badan sendiri. Wajahnya tertunduk kedua tangannya menutupi dan menangis lah ia seperti anak kecil. Apa yang harus dilakukan Disa sekarang ia sudah tidak berdaya terlebih hidupnya sebatang kara di dunia walaupun Kakanyaa telah merebut cintanya tetapi tidak merasa sendiri namun setelah kepergiannya ia sama siapa sekarang? Disa harus pulang kemana? Adryan melangkah mundur membiarkan suster menutupi seluruh tubuh Nanda dengan kain. Disa tidak terima ia berdiri dan langsung mendekati kakanyaa dan menyingkapkan kain itu dan mengguncang tubuh kakak nya. " bangun, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku kak nanti aku sama siapa? Kakak bangun. Tolong jangan tinggalkan aku sendiri di sini. Please bangun." Kata Disa dengan tangis yang kencang. Dirinya masih belum terima jika kakanyaa meninggalkannya. Adryan langsung menahan tubuh Disa mendekatinya dari belakang lalu menariknya untuk keluar. " apa yang kamu lakukan? Dia sudah tiada ikutlah denganku." " tidak, aku nggak mau. Aku ingin membangunkan kakakku dia tidak bisa meninggalkanku begitu saja, lagian aku tidak ingin ditinggalkannya jika dia meninggalkanku maka aku harus ikut dengannya. Aku ingin ikut dengan kakakku aku ingin bertemu dengan kedua orang tuaku juga." Disa Berontak ia tidak ingin melepaskan pegangannya dari lengan Sang kakak namun lelaki itu harus bisa membawanya keluar untuk memberikan ketenangan bagi Disa sendiri biar bagaimanapun ia akan menggantikan kakak nya untuk menjaga Disa. " apa kamu sudah gila? Jangan membuat kakakmu semakin sedih di alam sana cukup semasa hidupnya menderita karena menjaga dirimu. Lebih baik ikut denganku dan tenangkan pikiranmu, biarkan kakakmu diurus oleh pihak rumah sakit hingga sampai ke rumah. Sekarang ayo ikut denganku." Kata Adryan dengan tegas Bariton suaranya seperti memerintah. Disa masih keras kepala dia tidak mau menuruti perkataan Adryan ia tetap saja mengguncang tubuh kakak nya yang sudah membuku.Disa tetap bersikeras menyuruh kakak nya bangun lalu menangis. Adryan mulai jengah dengan sekali hentakan ia menarik Disa sekali lagi hingga wanita itu jatuh ke pelukannya dari hentakan itu Disa langsung jatuh kebelakang tepat didada Adryan. Desa tentang memberontak ia tidak mau menjauh dari kakak nya bahkan ia tidak mau berdekatan dengan Adryan yang notabene adalah suami dari kakak nya atau lebih tepatnya sih calon suami. " lepaskan aku, jangan pernah sentuh aku. Aku ingin membangunkan kakakku. Jangan ikut campur, memangnya kamu siapa. Kamu tidak tahu rasanya hidup sendiri itu seperti apa... hidup tanpa orang tua, hidup tanpa harta dan hidup tanpa cinta. Aku hanya punya kakak yang selalu memberikanku cinta yang selalu memberikan aku perlindungan dan juga semua yang kubutuhkan. Jangan kamu menghalangi diriku lagi." Perkataan Disa terlepas begitu saja emosinya menguar ke atas tetapi Adryan tidak memasukannya ke dalam hati. Lelaki itu terus memeluknya bahkan ingin mencoba untuk menggendongnya namun kekuatan Disa jauh di luar pikirannya. Untuk ukuran tubuh semungil ini kekuatan Disa lumayan membuat dirinya lelah, tidak ada jalan lain Adryan mengusap Kening Disa lalu menciumnya memberikan kehangatannya dari hati ke hati agar wanita ini tidak memberontak terlebih menangis histeriss di depan jenazah kakak nya. Disa langsung terkaget pandangan nya seketika mulai gelap ia mencoba untuk melihat ke kanan ke kiri namun pandangan itu makin gelap dan akhirnya tubuhnya pingsan ia tidak merasakan apapun selain sakit kepala dan terasa pusing.