Alaka lebih banyak bungkam setelah merasa bersalah cukup banyak, kebencian yang ia pendam sejak lama benar-benar membutakannya, ia menyesal melakukan semua itu meski tak benar-benar menjadi kesalahannya. Sebab Alaka masih kecil saat itu, ia juga belum tahu keadaan sebenarnya, dari tahun ke tahun Alaka tumbuh bersama rasa benci yang semakin membesar, membutakan realita nan baru ia temukan malam ini—jika saja suara hatinya tak mengajak membuka segala. Gadis itu lebih sibuk merutuki kekonyolan yang selama ini ia simpan, menatap Rafael saja seperti tak memiliki harga diri lagi seolah sesuatu yang dilakukan Alaka sangat fatal. Kalau ia tak mengucap, luka lama takkan terungkap. Keakraban mereka berubah menjadi awkward moment, lebih condong pada Alaka sebenarnya. Rafael menoleh, "Lo kenapa, kok