Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Selamat pagi!” ucapku dengan perasaan senang yang kemudian duduk. Aku duduk tepat di samping dua brother yang duduk berhadapan. Ibuku tersenyum manis, ibu atau disebut dengan mama. “Pagi, kamu mau sarapan pagi apa?” tanya ibuku. “Aku rasa roti saja sudah cukup!” jawabku yang kemudian mengambil rote dan mengolesnya dengan selai. Aku membuat roti isi selai setinggi gunung yang membuat dua brother tersenyum sinis. “Hah, apakah seperti ini yang diajarkan seseorang?” ucap Zanko. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan, gunung roti ini membuatku tersenyum. Aku menyatukan kedua tangan dan mulai memakan gunung roti ini. Tidak lama kemudian, aku telah menghabiskan gunung roti tanpa menyisakan sedikitpun. “Wow...makanmu banyak juga. Apa yang bisa kamu lakukan dengan tenagamu itu?” uca