HAPPY READING
***
Tigran menyungging senyum, “Percaya saya, saya mampu menjaga Kayla dengan baik. Hari ini karena sudah berjanji dengan Kayla membagikan biscuit dan menjemputnya di sekolah.”
“Tapi Tig.”
“Kamu nggak percaya saya?” Tanya Tigran.
Naomi menghela nafas, ia memandang Tigran, “Saya pada dasarnya memang sulit percaya sama orang baru.”
Tigran menatap Naomi, ia paham kekhawatiran Naomi seperti apa. Ia merogoh dompetnya, ia menyerahkan kartu nama itu kepada Naomi. Naomi melirik Tigran dan ia mengambil kartu nama itu.
“Di situ ada nomor dan alamat rumah saya. Di belakangnya ada alamat kantor saya. Kalau kamu tidak percaya saya, kamu bisa cek nama saya di beranda google, nanti kamu akan tahu siapa saya. Percayalah saya bukan orang jahat,” ucap Tigran meyakinkan kepada Naomi.
Naomi memandang kartu nama itu bertulisan Tigran Halbert, dia terlihat percaya diri memperkenalkan siapa dirinya, bahkan menyuruhnya mengecek di akun google. Sebenarnya ia percaya siapa Tigran, terlihat jelas bagaimana dia berbicara, pembawaanya yang tenang, tidak hanya itu dia terlihat berwibawa dan berkharisma.
“Tapi Kayla ada babysitter-nya, Tig.”
“Enggak apa-apa sesekali sama saya. Setelah ini saya antar kamu ke kantor, dan Kayla saya antar ke rumah. Saya juga ingin melihat Kayla bermain piano, saya ingin tahu kemampuan bermusiknya.”
“Kamu bisa bermain piano?”
“Tentu saja. Saya sejak kecil diajarkan les bermusik oleh orang tua saya. Walau saat ini saya tidak mendalaminya, setidaknya saya bisa membaca not, dan bermain piano semau saya.”
Tigran memicingkan matanya, “Apa kamu tidak bisa main piano?”
“Enggak bisa.”
Tigran lalu tertawa, “Saya pikir kamu bisa.”
“Jujur dulu waktu kecil saya memang tidak terlalu tertarik dengan dunia music. Kalau adik saya Amber, dan Lili, bisa bermain piano. Mungkin Kayla nurun kepada tente-tantenya.”
“Jadi kamu tertarik di bidang apa?”
“Saya dulu dari kecil suka melukis, dibanding bermusik.”
“Jadi kamu bisa menggambar?”
“Lumayan, tapi hanya lukisan biasa saja. Enggak terlalu mendalami, hanya bermain warna, gambar apa yang saya suka. Kalau adik saya Amber, dia memang desainer, dia sangat berbakat. Sekarang saya justru berjualan handbag,” Naomi tertawa.
“Sebenernya masih nyambung sih dengan hobi kamu yang sukamelukis, jadi jiwa seni kamu bisa terlihat, mana tas yang berkualitas dan tidak. Apalagi dunia kamu tidak ada matinya, fashion selalu terupdate.”
“Exactly.”
“Papi, Kayla kenyang,” ucap Kayla, membuyarkan obrolan mereka berdua.
Tigran lalu menoleh menatap Kayla, ia tersenyum, “Sekarang kita cuci tangan,” ucap Tigran, ia beranjak dari kursinya, membawa Kayla ke wastafel.
Naomi menatap Kayla dan Tigran sudah menjauhi table. Ia mengambil ponselnya, ia masuk ke branda google. Rasa penasarannya cukup kuat siapa Tigran Halbert sebenarnya, nama Halbert memang tidak asing di telinganya, ia lalu mulai mengetik nama Tigran.
Naomi menelan ludah ketika membaca hasil pencariannya. Hendra Halbert merupakan pendiri dari Mayori Inti Tbk, yang telah berdiri sejak 1978 hingga sekarang. Beberapa produknya terkenal di antaranya biscuit Romi, kopika, Energi, Bing-beng, Mie cup hingga air mineral. Sekarang perusahaan tersebut di kelola oleh Tigran Halbert yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Perusahaan tersebut memproduksi berbagai macam makanan ringan sebagai produksi utama. Lokasi pabrik sekarang berada di Tanggerang dan Banten. Komisaris utama sekarang dipegang oleh Tigran Halbert yang merupakan lulusan Yale University. Beragam ide kreatif dibuat Tigran kini semakin maju, karena sejak sepuluh tahun belakangan Tigran melakukan inovasi produk anak-anak.
Profil Tigran sangat luar biasa, ia hampir saja berdecak kagum mengetahui siapa Tigran. Naomi menutup ponselnya, ketika menyadari Tigran sudah mendekati table bersama putrinya. Ia menaruh ponselnya lagi di dalam tas. Ia menatap beberapa orang mulai ramai mengisi table kosong, karena sudah masuk jam makan siang.
“Saya harus ke kantor,” ucap Naomi, karena jam satu ia ada meeting. Ia melihat Tigran mengeringkan tangannya dengan tisu.
“Saya antar.”
Naomi dan Tigran beranjak dari duduknya, mereka keluar dari restoran. Tigran menggenggam jemari Kayla, karena Kayla ingin berjalan sendiri. Tigran dan Kayla masuk ke salah satu store boneka dan Kayla bebas memilih boneka dan mainan yang di suka.
Wajah bahagia terlihat dari putrinya sambil membawa mainan kesukaanya, sedangkan boneka frozen berada di dalam paperbag, yang ia genggam. Ia bersyukur bahwa boneka ini yang Kayla pilih bentuknya tidak terlalu besar, ia tidak membayangkan ketika Kayla memilih bonek sukuran panda asli di dalam lemari boneka tadi.
***
Beberapa menit kemudian mereka kini sudah berada di plataran mall. Tigran membuka kunci central lock. Naomi dan Kayla masuk ke dalam, tidak lupa memasang sabuk pengaman. Setelah itu mobil meninggalkan area mall.
“Makasih ya papi udah beliin Kayla boneka,” ucap Kayla sambil memeluk lengan Tigran.
Tigran mengelus puncak kepala Kayla, “Iya sayang. Nanti weekend kita ke taman bermain ya,” ucap Tigran.
Otomatis Naomi menoleh menatap Tigran, sudah cukup hari ini pria itu akan seharian dengan Kayla, ditambah dengan weekend pria itu ingin bersamanya.
“Biasa Kayla weekend sama orang tua saya Tig, nggak bisa kamu ajak weekend,” sanggah Naomi.
“Tapi Kayla mau sama papi, mami,” rengek Kayla.
“Biasa Kayla sama mami ke kebun binatang berdua. Kali ini mau sama papi ya, mi,” rengek Kayla lagi.
“Enggak bisa sayang, om nya banyak kerjaan, nggak bisa ikut kita terus,” timpal Naomi, ia berharap Kayla tidak merengek-rengek dihadapan Tigran lagi.
Tigran tersenyum penuh arti, “Saya nggak apa-apa kok, saya nggak keberatan jika bersama Kayla, saya juga tidak merasa direpotkan oleh kalian.”
“Oh God,” desis Naomi, jawaban Tigran sangat tidak masuk akal.
Tigran menatap ke arah depan, ia fokus dengan memanuver mobil, ia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.
“Kantor kamu di mana?” Tanya Tigran.
“Di Kemang.”
Tigran mengarahkan mobilnya ke Kemang, ia tahu betul bahwa daerah sini selalu macet. Ia bersyukur bahwa saat ini, Kemang tidak terlalu macet, hanya dipersimpangan lampu merah saja yang macet, itu pun ia bisa jalan. Naomi memberi petunjuk di mana tempatnya bekerja.
Akhirnya mobil Tigran berhenti tepat di depan butik. Butik milik Naomi sangat mewah, bangunanya berlantai tiga tempatnya sangat lux, siapapun menatap butik ini pasti mengatakan mahal. Hanya orang-orang tertentu yang masuk ke dalam. Tigran melihat Naomi melepas sabuk pengaman. Naomi melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 13.00. Ia memandang Tigran.
“Kamu langsung antar Kayla ke rumah?”
“Iya.”
“Naomi. Saya nggak tau alamat rumah kamu, bisa kamu share lokasi, melalui w******p saya.”
Naomi merogoh ponsel di tas nya, dan Tigran menyebutkan nomor ponselnya. Naomi lalu memberikan lokasi rumahnya di mana, karena Tigran akan mengantar Kayla ke rumah.
“Beneran kan kamu antar Kayla, ke rumah.”
“Kamu masih nggak percaya saya?”
“Kamu orang baru Tig, saya harus aware.”
“Kalau kamu tidak percaya, bagaimana kalau kamu ikut dengan saya lagi,” ucap Tigran menahan tawa.
“Oh Tuhan,” desis Naomi.
Akhirnya ia lalu keluar dari mobil Tigran, ia melihat Tigran membuka power window, ia menatap Naomi di sana.
“Saya sudah mengirim alamat rumah saya, coba kamu cek.”
Tigran merogoh ponsel di saku celananya, ia menatap pesan masuk dari nomor baru. Ia menyimpan nomor ponsel itu, mengecek alamat rumah Naomi, jaraknya memang tidak terlalu jauh.
“Oke.”
Naomi menatap putrinya, yang asyik dengan mainan barunya, “Kayla, mami kerja dulu ya,” ucap Naomi.
“Iya, mi. Enggak apa-apa kok, kan ada papi.”
“Iya, sayang.”
Sebenernya ia masih khawatir Kayla bersama Tigran. Mengingat ia baru saja mengecek nama Tigran di branda google dan dia merupakan CEO dari Mayori group, ia meyakini diri bahwa dia bukanlah orang jahat. Nama pria itu dipertaruhkan olehnya.
“Kamu hati-hati bawa mobil.”
“Iya. Kamu semangat kerjanya.”
Naomi memandang mobil Tigran menjauh darinya. Ia lalu masuk ke dalam kantor. Jujur baru kali ini ia membiarkan Kayla bersama orang lain selain keluarganya. Ada perasaan cemas, apakah Tigran amanah mengantar Kayla di rumah? Ia masuk ke dalam butik, entahlah ia masih berdebat dengan dirinya sendiri karena Kayla dan Tigran.
Naomi masuk ke dalam office, ia menghubungi bibi di rumah, memastikan setengah jam lagi Tigran datang bersama Kayla. Ia menunggu hingga sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya. Beberapa detik berlalu akhirnya bibi mengangkat panggilannya.
“Iya, halo bu,” ucap suara bibi di balik speaker ponselnya.
“Bi, nanti setengah jam lagi Kayla pulang di antar sama pak Tigran.”
“Siapa pak Tigran bu.”
Naomi kembali berpikir, “Dia teman saya.”
“Baik bu. Ada lagi bu?”
“Yaudah itu saja. Terima kasih ya bi.”
“Sama-sama bu.”
Naomi mematikan sambungan telfonnya, ia lalu memberi pesan kepada Tigran.
Naomi : “Kalau kalian sudah di rumah kasih tau saya.”
Tidak butuh waktu lama pesanpun terbalas.
Tigran “ “Iya.”
***