Happy Reading
****
“Pak ini box biscuitnya taruh di bagasi?” Tanya pak Anwar selaku salah satu staff nya.
“Iya, pak taruh di bagasi saya.”
“Untuk di bawa ke mana pak? Tumben bapak bawa ginian,” ucap pak Anwar lagi, soalnya sepanjang hidupnya ia bekerja dengan pak Tigran, baru kali ini di suruh membuat bingkisan biscuit anakk-anak sebanyak ini.
“Untuk saya bagikan ke sekolah anak saya pak.”
“Anak bapak? Bapak becanda?”
Tigran hanya tertawa, ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 09.10 menit. Ia sudah berjanji kepada Kayla bahwa ia akan datang ke sekolahnya membawakan biscuit untuk gadis kecil itu dan membagikan kepada teman-temannya. Ia merasa ada eforia baru dalam hidupnya, entahlah ia merasa bersemangat melakukannya.
Ia ingin melihat wajah girang Kayla ketika ia menjemputnya. Tiba-tiba ia terbesit rindu kepada wanita bernama Naomi. Wajah cantik itu masih melekat dalam ingatannya. Ia menyungging senyum mengingat mereka berjalan bertiga kemarin. Mereka terlihat seperti keluarga yang sangat harmonis. Apa reaksi ibunya jika ia membawa Kayla ke rumah orang tuanya? Pasti bertanya-tanya, anak siapa? Siapa ibunya? Kenapa bisa bersamanya? Pertanyaan itu pasti keluar begitu saja.
Tigran menatap pak Anwar sudah menutup bagasi, ia lalu masuk ke dalam mobil. Ia menghidupkan mesin mobil, tidak lupa memasang sabuk pengaman. Setelah itu ia meninggalkan area rumah, menuju TK Cikal. Sejujurnya ia tidak sabar untuk bertemu dengan Kayla dan Naomi lagi. Ia pastikan bahwa ibu dan anak itu bersamanya lagi hari ini.
Tigran memasang earphone ke telinganya, ia mendengar suara sambungan pada telinganya. Ia menunggu hingga sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya.
“Selamat pagi pak,” ucap seorang wanita dibalik speakernya.
“Selama pagi juga,” ucap Tigran.
“Ada yang bisa saya bantu pak.”
“Elina, saya datang ke kantor agak telat. Kalau soal meeting nanti, tolong cancel besok pagi saja.”
“Baik pak.”
Tigran lalu mematikan sambungan telfonnya, ia perlu konfirmasi kedatangannya ke kantor, agar jika ada beberapa staff nya datang, maka sekretarisnya itu tidak kebingungan. Ia mengarahkan mobilnya ke TK Cikal yang berada di Cilandak. Ia tahu betul bahwa TK itu bertaraf Internasional dan telah terakreditasi Internasional Baccaulaureatte (IB).
Beberapa menit berlalu, akhirnya ia tiba di depan bangunan taman kanak-kanak itu. Banyak sekali anak-anak yang status sosialnya di kalangan atas bersekolah di sini. Ia yakin Naomi memang memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan putrinya.
Ia melihat security membuka pintu pagar untuknya, ia membuka power window, ia menatap ada beberapa ibu-ibu muda dan personal asisten sedang duduk di kursi tunggu, karena sekolah ini menyediakan tempat untuk menunggu.
Tigran memarkir mobilnya di plataran, ia keluar dari mobil, ada beberapa ibu muda memperhatikannya dari kejauhan. Tigran melangkah mendekati bangunan gedung, ia mencari guru Kayla. Ia mendapati apa yang ia cari, ia tersenyum kepada seorang guru yang berjalan di koridor. Wanita itu menghentikan langkahnya, sepertinya dia tahu bahwa dirinya membutuhkan pertolongan.
“Selama siang ibu,” ucap Tigran.
“Selamat siang juga pak, ada yang bisa saya bantu?”
Tigran mengulurkan tangannya ke arah wanita berseragam orange itu, “Perkenalkan saya Tigran, walinya Kayla.”
Guru itu memperhatikan Tigran dari atas hingga ke bawah, dan lalu tersenyum, “Pasti ayahnya Kayla.”
“Ah, iya,” Tigran menyungging senyum, ketika guru Kayla mengatakan bahwa dirinya ayah Kayla.
“Saya baru melihat bapak di sini, biasa ibu Naomi yang sering jemput Kayla, biasa juga adiknya Lili.”
“Bukannya ibu Naomi single parent?”
“Iya, benar kebetulan saya ayah dari Kayla. Kita memang sudah lama berpisah. Kemarin saya sudah bertemu Kayla dan ibunya. Kita membagi waktu untuk mengurus Kayla. Kedatangan saya ke sini, ingin membagikan box biscuit untuk teman-temannya Kayla. Kalau ibu berkenan, bisa bantu saya bagikan box itu kepada teman sekelas Kayla.”
“Iya, bisa pak.”
Tigran, guru Kayla dan security membantu, Tigran membawa kardus berisi box biscuit berupa hampers itu ke depan kelas Kayla. Tadi gurunya mengatakan bahwa kelas berakhir di jam 10.45. Hampers ini memang bukan acara ulang tahun Kayla, melainkan memang untuk dibagi-bagikan saja.
Tigran memandang ke arah pintu, mencari keberadaan Kayla. Ia menemukan apa yang ia cari, ia menatap Kayla sedang duduk dikursi sambil menyusun puzzle. Beberapa detik kemudian pandangan mereka bertemu. Ia melihat senyum sumringah sang pemilik wajah.
“Papi!” Teriak Kayla dari kejauhan, lalu berlari kearah pintu menghampiri Tigran dengan wajah bahagia.
Pandangan guru, security dan anak-anak lain tertuju pada Tigran dan Kayla. Tigran lalu menyambut Kayla dan memeluk gadis kecil itu.
“Papi, papi jemput Kayla?”
Tigran mengangguk, “Iya sayang. Sekalian papi mau bagii-bagi biscuit untuk temen-temen kamu.”
“Asyik.”
“Ibu, tolong bagi-bagiin ya, sama anak-anak. Kalau ada sisa bagiin ke kelas sebelah,” ucap Tigran.
“Baik pak. Ibu Naomi nya nggak ikutan juga pak?”
“Nanti istri saya nyusul,” ucap Tigran.
Tigran menatap anak-anak bahagia dapat bingkisan darinya. Ia menatap Kayla masih dalam gendongannya.
“Kayla mau pulang sama papi,” rengek Kayla.
Tigran menyungging senyum, “Iya sayang, nanti kita pulang sama-sama.”
“Asyik.”
Suara riuh anak-anak tampak bahagia karena mendapat hampers biscuit darinya. Biscuit itu memang diperuntukan anak-anak. Ibu guru dan security juga berterima kasih kepada Tigran karena mendapat bagian. Beberapa menit berlalu, akhirnya kelas Kayla telah usai.
Tigran dan Kayla melangkah keluar dari ruang kelas. Langkah Tigran terhenti memandang Naomi di sana, wanita itu mengenakan celana kulot putih dan kemeja berwarna biru muda yang lembut. Rambut panjangnya dibiarkan terurai. Ia akui bahwa Naomi sangat cantik mengenakan apapun. Dia sangat elegan.
Jujur sebenarnya ia tidak lancang datang ke sekolah ini, karena kemarin ia memberitahu Naomi dan Kayla bahwa ia akan datang menjemput Kayla.
Naomi tidak percaya bahwa ia bertemu lagi dengan Tigran di sini. Pria itu menggendong putrinya melangkah menuju parkiran. Ia benar-benar tidak mengerti, kenapa Tigran melakukan ini. Sebenarnya dia tidak ada hak atas Kayla, karena dia bukan ayah biologis Kayla.
“Hai, mami.”
“Hai juga sayang,” ucap Naomi, ia mengelus rambut Kayla, sambil menatap Tigran, pria itu mengenakan kemeja abu-abu dan celana hitam, pakaiannya sangat rapi dan rambutnya tertata rapi. Ia dapat mencium aroma citrus yang segar dari tubuh Tigran.
“Kok kamu bisa ada di sini?” Tanya Naomi, jelas ia tidak suka jika ada orang asing menjemput putrinya. Ia sudah mengatakan kepada gurunya, tidak ada boleh ada orang asing yang datang menjemput Kayla kecuali keluarganya. Namun gurunya sepertinya lupa, kalau Tigran itu bukan keluarganya.
“Saya sudah mengatakan kepada kamu, kalau saya akan datang menjemput Kayla,” ucap Tigran dengan nada lembut, ia tidak ingin Naomi menjadi salah paham.
“Mami, Kayla senang, akhirnya papi jemput Kayla. Temen-temen Kayla semuanya di kasih biscuit sama papi.”
“Owh ya!”
“Iya, mami. Akhirnya temen-temen Kayla tahu siapa papi Kayla. Kayla senang sekali, akhirnya papi jemput Kayla di sekolah,” ucap Kayla antusias.
Naomi memandang Tigran cukup serius. Ia perlu berbicara kepada Tigran secara empat mata nanti. Masalah akan semakin rumit jika satu sekolah percaya bahwa Tigran sudah menjelma menjadi ayah dari Kayla. Ia melihat guru-guru sedang mengantar anak-anak ke pintu gerbang, ada juga di jemput oleh asistennya.
“Makasih ya pak Tigran atas bingkisannya,” ucap salah satu guru yang melintas di hadapan mereka.
“Iya sama-sama bu,” ucap
“Ibu Naomi, maaf sebelumnya. Tadi saya mempersilahkkan pak Tigran masuk menjemput Kayla.”
“Ah, enggak apa-apa bu.”
“Syukurlah kalau begitu. Ayahnya Kayla baru datang dari luar negri, bu?” Tanyanya penasaran.
Naomi menatap Tigran, pria itu menatapanya, seolah dirinya mempunyai hak untuk menjawab, “Iya, baru pulang dari New York, miss,” ucap Naomi.
“Syukurlah kalau begitu bu. Kalau bisa bersama lagi sama bapaknya, saya dukung bu. Kasihan Kayla, pasti ingin sosok ayah di sampingnya.”
“Makasih, miss, nasehatnya,” ucap Naomi kikuk.
“Mari bu Naomi, pak Tigran.”
Tigran mendengar itu menyungging senyum, ia menatap Kayla yang masih dalam pelukannya. Ia menatap mata malaikat kecil itu.
“Kayla mau pulang sama papi,” rengek Kayla.
“Kayla harus pulang sama mami sayang, om nya mau kerja,” ucap Naomi.
“Enggak mau, maunya sama papi,” rengek Kayla memeluk Tigran dengan erat.
Naomi mengambil Kayla dari pelukan Tigran, namun Kayla memeluk Tigran dengan Erat,
“Pokoknya Kayla mau pulang sama papi,” Kayla semakin merengek.
Rengekan Kayla membuat Naomi jengah, oh God, sejak kapan Kayla menjadi anak pembangkang seperti ini. Tigran menatap Naomi,
“Sudahlah, untuk hari ini Kayla sama saya.”
“Ya enggak bisa Tigran. Kayla anak saya.”
“Tapi saya papinya,” sanggah Tigran.
Naomi nyaris menganga mendengar Tigran mengatakan bahwa dirinya papi Kayla, “Sejak kapan kamu menjadi papi Kayla?”
“Sejak kemarin.”
“Kamu nggak punya hak apapun atas Kayla.”
“Tapi Kayla mau sama saya,” ucap Tigran penuh penekanan.
“Ayo, Kayla pulang sama mami,” ucap Naomi menarik tubuh Kayla dari Tigran.
Kayla semakin Erat memeluk Tigran, “Enggak mau, mau sama papi,” rengek Kayla.
Tigran menatap Naomi, ia mengelus punggung Kayla, “Kamu dengar sendiri kan, kalau Kayla maunya sama saya.”
“Begini saja, bagaimana kalau kamu pulang sama saya.”
“Enggak bisa Tigran, saya bawa mobil.”
“Mobil kamu tinggal di sini saja, nanti saya suruh staff saya amankan mobil kamu.”
“Tapi Tigran ...”
Tigran mengambil kunci mobil dalam saku celananya, ia membuka kunci central. Ia melangkah menuju mobil SUV yang terparkir di plataran. Naomi menatap Tigran membawa Kayla, dan anaknya itu duduk di depan. Ia tidak habis pikir, bahwa akan berakhir seperti ini. Tigran seolah menulikan telinganya, membiarkan dirinya begitu saja.
Ia tidak bisa membiarkan Kayla bersama orang lain tanpanya, apalagi dia Tigran yang tidak ia kenal. Kayla benar-benar sangat merepotkan, ada perasaan khawatir menghantuinya. Ada kemungkinan-kemungkinan terjadi jika ia tinggalkan Kayla bersama Tigran. Bagaimana jika Tigran orang jahat yang ingin menculik anaknya?
“Oke, saya ikut kamu,” ucap Naomi pada akhirnya.
Otomatis Tigran menoleh ke belakang memandang Naomi, ia melihat raut wajah cemas diperlihatkan wanita itu. Bibir Tigran terangkat,
Tigran membuka hendel pintu, agar Naomi duduk bersama Kayla di depan bersamanya, “Masuk lah.”
Naomi lalu masuk ke dalam, ia memangku Kayla, tidak lupa memasang sabuk pengaman. Seharusnya Kayla ada dikursi tengah, agar lebih aman. Namun entahlah sepertinya Kayla enggan beranjak dari kursi depan.
Tigran duduk di kemudi setir, ia menstater mesin mobilnya lalu menitipkan kunci kepada security, mengatakan bahwa sebentar lagi ada staff yang akan membawa mobil putih di sana. Tigran dan Naomi tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada security yang berjaga.
Beberapa menit kemudian mobilpun meninggalkan area tower area TK Cikal. Dan Tigran memanuver mobilnya, ia melirik Naomi yang sedang memeluk Kayla. Untuk pertama kalinya, ia tidak mencoba untuk mencari bahagia, karena bersama mereka hal itu terjadi begitu saja.
***