Beberapa tahun telah berlalu.
Rocelin pun dijodohkan oleh ayahnya sebelum pria tersebut meninggal dunia. Rocelin dijodohkan dengan seorang pria bernama Juan, lantaran perusahaan keluarga Rocelin bangkrut dan terpaksa wanita itu menuruti keinginan sang ayah demi melangsungkan kehidupannya. Menikah tanpa ada perasaan satu sama lain.
Tiga tahun menikah, Rocelin tak kunjung memiliki keturunan. Tentu saja hal itu berdampak pada hubungan rumah tangganya bersama Juan. Juan semakin mengabaikan Rocelin karena menganggap wanita itu mandul dan bahkan pria itu dengan terang-terangan membawa kekasihnya pulang. Dia mengatakan, jika Rocelin tidak bisa mengandung dalam waktu satu tahun kedepan, maka Juan akan menceraikan Rocelin.
Dan benar saja, satu tahun kemudian Rocelin belum juga mengandung, terpaksa Juan menceraikan Rocelin dan menikahi seorang wanita bernama Adira. Mengusir Rocelin dengan tidak manusiawi dan bahkan tak memberikan harta sepeserpun untuk wanita tersebut.
.
Semenjak diceraikan Juan, Rocelin hidup terlunta-lunta. Dia begitu kesulitan untuk membiayai hidupnya sendiri, dan bahkan dia harus menghutang pada rentenir untuk menyewa kontrakan.
Semakin hari hutang Rocelin semakin menumpuk, dia hanya bisa menangis tanpa ada yang mau membantu kehidupannya.
"Aku harus bagaimana?" isaknya. Dia melakukan perjanjian dengan rentenir yang meminjamkan uang untuknya. Jika sampai Rocelin tidak bisa membayar hutang-hutangnya, maka wanita itu harus menyerahkan dirinya untuk rentenir tersebut. Entah akan diapakan Rocelin nantinya, dia pun tak tahu.
Sudah waktunya jatuh tempo, Rocelin tak punya pilihan lain. Dia harus memberikan dirinya untuk melunasi hutang-hutang yang ia miliki. Masih beruntung Rocelin memiliki seorang teman bicara, yah kebetulan dia bos sebuah minimarket tempat Rocelin bekerja. Panggil saja pria itu dengan sebutan Jiyo, pria itu sudah menawarkan bantuan pada Rocelin namun wanita tersebut menolaknya karena tidak ingin merepotkan orang lain.
Rocelin tahu jika Jiyo memiliki perasaan untuknya, dan dia tidak ingin pria itu semakin mencintainya. Terpaksa Rocelin memilih untuk keluar dari pekerjaannya dan pindah ke sebuah restauran.
Baru satu Minggu bekerja, Rocelin sudah dihadapkan dengan permasalahan. Astaga! Malang sekali wanita ini. Rocelin melakukan kecerobohan, dia memecahkan piring mahal dan berkahir dipecat dari sana. Kebetulan bos restauran itu sangat jahat. Hah! Rocelin harus mencari pekerjaan dimana lagi? Wanita itu hanya bisa menangis, berjalan sembari menatap lengan tangannya yang terluka. Tanpa sengaja Rocelin terkena pecahan piring dan belum sempat mengobatinya.
"Akh-shh.." ringis Rocelin sembari memegangi tangannya. Darah sudah mengucur deras hingga
menutupi lengan putihnya.
"Ayo kuantar ke rumah sakit." ujar seorang wanita yang tadinya sempat membantu Rocelin. Bahkan wanita itu sampai mengejar Rocelin karena merasa kasihan.
"Tidak perlu Nyonya. Saya akan mengobatinya di rumah saja." tolak Rocelin secara halus. Tentu saja Rocelin tidak mau, karena
dia tidak punya cukup uang untuk
membayar biaya pengobatan di rumah sakit.
"Jangan panggil aku Nyonya. Aku masih 26 tahun." ujar wanita tersebut sembari tersenyum hangat.
"Lalu?" tanya Rocelin sembari
memiringkan kepalanya.
"Panggil Kakak saja, namaku Adira." ujarnya sembari mengusak surai Rocelin gemas.
"Ayo ke rumah sakit. Aku yang
membayarnya." ujar Adira setelah
tanpa sengaja ia melihat sepatu dan tas Rocelin yang sudah amat lusuh.
Rocelin menggeleng brutal, dia hendak pergi namun segera di tarik paksa oleh Adira masuk ke dalam mobilnya. Dan ia pun hanya bisa pasrah ketika sudah berada di dalam mobil.
"Ke rumah sakit ayahku." perintah Adira kepada supirnya.
Adira menatap Rocelin dengan mata yang bebinar, di matanya-Rocelin sangat menggemaskan dan terlihat polos.
"Boleh aku menyentuh pipimu?" pinta Adira dengan tersenyum penuh harap.
Rocelin terkejut dengan permintaan wanita di samping nya ini. Ia mengerjap-ngerjap pelan dan membuat Adira memekik gemas. Dengan ragu Rocelin pun mengangguk pelan, dia pikir tak masalah menyetujuinya mengingat kebaikan wanita yang baru saja dikenalnya ini.
"Kau menggemaskan sekali!" pekik Adira sembari mencubit pipi gembil Rocelin dengan gemas.
Rocelin tersenyum canggung.
Sebelumnya dia belum pernah mendapatkan perlakuan seperti ini.
"Nama saya Rocelin." cicit Rocelin.
"Manis sekali ..." puji Adira.
Tak lama mereka pun sampai di rumah sakit milik Aksana-Grub yang berarti milik ayah Adira. Ketika para pegawai melihat Adira-mereka segera bergegas menghampirinya dan memberinya salam sopan.
"Obati anak ini." pinta Adira
menyerahkan Rocelin.
Mereka pun membawa Rocelin dan mengobati lukanya, sedangkan Adira ke lantai atas untuk mengunjungi sang ayah.
Tok tok tok ...
Adira mendorong pelan pintu ruangan sang ayah, dan dia membulatkan matanya saat melihat suaminya berada di
dalam bersama sang ayah.
"Sayi?!" riang Adira langsung
menghampiri Juan.
Juan segera menangkap tubuh
sang istri di pangkuan nya. Membiarkan istrinya menciumi wajahnya, ayah Adira hanya bisa menggeleng melihat tingkah menggemaskan putrinya.
"Suamimu akan keberatan jika kau duduk di pangkuan nya." gurau pria tersebut.
"Papa!" kesal Adira sembari mendelik marah.
Juan menciumi pipi Adira dengan
gemas, dia mengeratkan pelukan nya di pinggang ramping Adira.
"Kenapa di sini hm?" tanya Juan
dengan lembut.
"Aku sedang membawa seorang gadis manis yang terluka?" jawab Adira tidak yakin.
Juan mengusap lembut surai
panjang Adira dengan bangga. Istrinya ini memang sangat baik hati dan sering kali menolong orang-orang yang tidak mampu, bahkan ia sering meminta pegawai rumah sakit ayah mertuanya untuk berkeliling mengobati para
tunawisma.
"Sayang tidak bekerja?" tanya Adira sembari merapikan rambut Juan.
"Meluangkan sedikit waktu untuk
mengunjungi ayah mertua tidak boleh?" jawab Juan tidak nyambung. Adira tertawa kecil, ia turun dari pangkuan Juan dan duduk di samping sang suami.
"Kalian di sini saja dulu, Papa ada panggilan," pamit sang ayah kepada menantu dan putrinya.
Saat pria itu sudah keluar, Juan segera mencium bibir Adira dengan penuh nafsu.
Dan mereka pun melakukan satu ronde cepat di dalam ruangan tersebut.
"Sayang terlalu kasar." dengus Adira kesal memukul d**a bidang Juan. Sang suami hanya bisa tertawa renyah sembari mencium sekilas pipi Adira. Dia merapikan celananya lalu membantu sang istri berdiri.
"Kau terlalu menggairahkan." puji Juan membuat pipi Adira merona.
Mereka pun keluar dari sana dengan Juan yang merengkuh pinggang Adira dengan mesra. Semua mata tertuju pada pasangan sempurna tersebut. hingga mata Adira melihat siluet Rocelin yang sedang duduk di kursi tunggu.
"Rocelin!" teriak Adira.
.
"Akh!" ringis Rocelin saat serpihan kaca mulai diambil dari tangan nya. Dia menggigit bibir bawahnya dengan kuat menahan rasa sakit di tangan nya.
Dokter yang menangani Rocelin hanya tersenyum kecil, lucu sekali melihat wajah ketakutan pasien nya ini.
"Kenapa bisa terluka seperti ini hm?" tanya pria paruh baya tersebut.
"Hanya kecelakaan kecil." jawab
Rocelin sembari tersenyum terpaksa.
Dan tak lama pun luka di tangan
Rocelin sudah dijahit dan di perban. Dia menunggu Adira yang entah kemana ia tak tahu, dia mengayunkan kedua kakinya yang menggantung. Mata bulatnya mengedar ke segala penjuru dan terdengar helaan napas panjang nya. Dulu dia bercita-cita menjadi dokter hebat supaya bisa menyembuhkan sang ibu. Namun takdir berkata lain.
"Eum.. maaf." cicit Rocelin
menghentikan perawat yang sempat membantu dokter yang menanganinya.
"Kak Adira kemana?" tanya Rocelin
dengan pelan.
"Beliau sedang mengunjungi tuan Aksana. Kau tunggu di sini saja, itu pesan nyonya Adira." jawabnya.
Rocelin pun mengangguk patuh, dia menunggu dengan sabar. Dia memegangi perutnya yang sudah kembali lapar, dia mengeluarkan dompet usang nya untuk memeriksa jumlah uang nya.
"Sepertinya aku harus berpuasa 3 hari ke depan." gumam Rocelin sembari tersenyum riang.
Dia tidak merasa sedih atau apapun, dia sudah terbiasa dengan keadaan yang mengharuskan nya berpuasa karena tidak mempunyai uang. Baru saja dia di pecat, dan dia harus mencari pekerjaan baru. Saat ini dia bekerja di 3 tempat yang berbeda, dan salah satunya adalah tempat di mana dia dipecat beberapa saat yang lalu.
Sudah satu jam Rocelin menunggu Adira dan tidak ada penampakan orang nya. Dia memutuskan untuk turun dari ranjang dan berjalan ke kursi ruang tunggu. Dia duduk di sana sembari menunduk untuk sekedar memejamkan matanya. Kepalanya pusing sekali karena bius di tangan nya sudah mulai menghilang, rasa sakit dan ngilu mulai ia rasakan.
"Rocelin!"
Rocelin mendongak dan membulatkan matanya shock saat melihat pria yang sedang merangkul pinggang Adira. Dia segera berdiri dan berlari dengan cepat menghindari orang tersebut hingga mengabaikan teriakan Adira.
Dia berlari dengan cepat dan
bersembunyi di balik sebuah dinding. Menyembulkan kepalanya saat melihat Adira sudah memasuki mobilnya sendiri bersama pria yang masih mengisi hatinya.
"Dia istrinya." gumam Rocelin lesu.
Dia berjalan menjauh dari rumah sakit dengan bahu yang terlihat lesu. Helaan napas panjang berkali-kali keluar dari bibir tipisnya.
"Dia mendapatkan istri yang baik." Rocelin tersenyum lembut.
Dia ikut bahagia ketika Juan
mendapatkan seorang istri yang baik seperti Adira. Dia berjalan dengan menunduk hingga tanpa disadari sebuah mobil mewah berhenti di pinggir jalan.
Keluarlah seorang wanita tentu saja Adira.
"Rocelin! Kenapa kau lari begitu saja?!" kesal Adira memukul kecil kepala Rocelin.
Rocelin membulatkan matanya sembari mendongak, dan terlihatlah wajah cantik Adira dengan senyuman lebarnya. "Ayo masuk! Akan ku kenalkan dengan
suamiku!" ujar Adira semangat menarik Rocelin agar masuk ke dalam mobilnya.
Rocelin belum sempat memproses apa yang terjadi hingga ia menurut begitu saja. Hingga suara husky yang sangat ia rindukan menyadarkan nya kembali.
"Kita mau kemana?" tanya Juan kepada istrinya.
Rocelin menunduk dalam, takut-takut kalau Juan mengenalinya. Tentu dia tahu alasan Juan menceraikan dirinya. Dia sangat merasa bersalah pada pria itu, terlebih Juan sangat membenci dirinya. Karena Rocelin, hidup Juan hancur. Dia harus menikah dengan paksa dengan wanita tersebut.
"Ke rumah saja Sayabg. Aku akan memasak untuk kalian." ujar Adira dengan riang.
"Baiklah istri tercintaku." Juan mengelus kepala Adira sayang.
Dada Rocelin berdenyut sakit mendengar perkataan Juan yang terlihat sangat mencintai Adira. Andai saja dulu dia juga memperlakukan Rocelin seperti itu, pasti dia akan sangat bahagia.
Juan pun menjalankan mobilnya dan melirik kecil lewat spion untuk melihat Rocelin yang masih menuduk di kursi belakang.