6

998 Kata

"Sherin! Tunggu!" Sherin terus berjalan, mengabaikan panggilan dari ayahnya. Terlalu sakit saat tahu ayahnya pindah rumah ke sebuah perumahan elit, sedangkan dia harus tinggal sendirian di kamar kos yang sempit dan memikirkan cara bertahan hidup. "Sherin!" Air mata Sherin menetes disertai perasaan sesak dalam d**a. Kenapa dia harus dilahirkan jika ujungnya diabaikan oleh dua orang yang harusnya menjaganya. Jika bisa memilih, Sherin tak mau lahir ke dunia saja. Atau, dia lebih memilih terlahir dari keluarga yang baik-baik saja. "Sherin!" Tangan Sherin dicengkeram cukup kuat. Dengan cepat, Sherin menepisnya. Berbalik menatap ayahnya dengan pipi basah oleh air mata. "Apa?" Sherin bertanya dengan suara bergetar. Fendi, ayah Sherin terdiam melihat putrinya menangis seperti itu. "Kenapa kabu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN