Hari ini Amora sudah boleh pulang dari rumah sakit. Ini sudah dua Minggu sejak dia bangun dari koma. Awalnya dia kaget ketika Valerie mengatakan kalau dia koma selama tiga bulan, tapi dia bersyukur karna masih di berikan kesempatan untuk merawat anak-anak nya.
Sesampainya di rumah Amora meletakkan anak-anaknya di box bayi dan langsung membereskan pakaian nya yang dari rumah sakit.
"Ya ampun Amora! Seharusnya kamu langsung istirahat' dulu , kamu kan belum benar-benar pulih". Seru Valerie galak
"Tidak apa-apa Valerie, aku gak mau merepotkankan kamu lebih banyak lagi, kamu sudah banyak membantuku". Balas Amora sambil tersenyum
"Bukankah kita saudara sekarang?
"Iya tentu".jawab Amora
"Kalau begitu biarkan aku membantu mu dan tidak perlu sungkan atau tidak enak hati karena saudara harus saling membantu". Telak Valerie tanpa bantahan dari Amora.
***
Frederick Nicholas Sadewa nama pria itu.pria yang sedang berjongkok di sebuah pemakaman, lebih tepatnya dia berada diantara makam orang dewasa dan juga makam kecil yang berdampingan. Dia menatap kedua makam itu dengan nanar, hati begitu kosong. Kebahagiannya begitu cepat direnggut darinya. "Hai sayang bagaimana kabar mu? Aku datang lagi sesuai janjiku". Ucap Nicholas, Hampir seperti bisikan suaranya bergetar menahan kepedihan. Dia meletakkan bunga mawar putih diatas makam tersebut dan melakukan hal yang sama dengan makam kecil disebelahnya. Dia berdiam cukup lama, dia tidak tahu harus mengatakan apa pada makam kecil itu. Setelah dia rasa cukup Nicholas berdiri " aku pulang dulu sayang , aku akan mengunjungi kalian lagi Minggu depan". Pamit Nicholas, kemudian dia berjalan menuju sebuah mobil yang terparkir didepan gerbang makam tersebut. "Kita langsung pulang tuan?" Tanya sang supir pribadi yang begitu setia menunggu Nicholas. Dan dia hanya mengangguk sekilas kemudian mobil tersebut melaju meninggalkan pemakaman.
Nicholas sampai di mansionnya dan disambut hangat oleh ibunya.
"Kau sudah pulang nak? Makanlah dulu kami semua menunggumu sarapan bersama".kata nyonya Sadewa sambil menggiring putra sulungnya itu ke meja makan.
Nicholas hanya menurut. Dia menjadi pendiam dan juga tak tersentuh sejak kepergian istrinya dan juga calon anak mereka.
Hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang terdengar di meja makan itu. Tidak seperti dulu yang penuh dengan canda tawa saling meledek satu sama lainya. seluruh keluarga nya juga ikut merasakan kehilangan wanita yang menjadi menantu keluarga ini.
"Dad mom aku pergi duluan ada janji pagi ini" Benhart Sadewa putra kedua keluarga Sadewa itu membuka suara " ya hati-hati di jalan" balas nyonya Sadewa
"Aku juga sudah selesai, aku naik ke atas dulu" kali ini Alicia Sadewa yang berbicara yang paling bungsu dan tanpa menunggu balasan dia langsung beranjak pergi ke kamarnya.
Kemudian disusul oleh Nicholas pergi ke kamarnya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Nyonya Sadewa menghela napasnya keluarga ini menjadi canggung sejak diamnya si putra sulung. "Sudahlah berikan dia waktu sedikit lagi". Kata Raymon Sadewa kepada istrinya yang hanya memandang kosong ke tempat dimana Nicholas duduk tadi."sampai kapan dia akan menjadi begini terus Rey? Hidup akan terus berjalan.tanya Imelda kepada suaminya itu .
"Apa kita jodohkan saja dia dengan anak sahabat mu itu Rey? Sambung Imelda lagi sambil tersenyum seolah mendapatkan ide yang sangat brilian.
"Jangan terburu-buru Elda, kau seperti tidak mengenal watak putramu saja. Kalau kau mendesaknya aku yakin dia akan semakin jauh dengan kita. Biarkan saja dulu , kita lihat ke depan jika dia membutuhakan kita akan bantu. Untuk sementara waktu biarkan dia mengenang almarhum istrinya itu". Jawaban panjang Raymon menutup obrolan mereka pagi itu
.
.
.
.
Tbc
Tidak bosan untuk mengingatkan ..jangan lupa votmen
Sampai jumpa di next part