Hari-hari di sekolah Part-1

1217 Kata
    Memulai sesuatu yang baru bukanlah suatu hal yang mudah, semua akan terasa begitu berat dan susah, namun ketika kita mampu melewatinya maka kita akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebutlah yang sedang dialami oleh Dayat, Safitri, Danila, Mutmainnah dan Wawan di masa awal regular bersekolah di SMK LANTERA, perjalanan mereka menempuh pendidikan yang jauh berbeda dengan masa-masa SMP mereka tidaklah berjalan mudah, banyak hambatan yang mereka rasakan di masa awal mereka memasuki masa reguler sekolah.     Seperti yang dialami oleh Dayat, ia merasa kesulitan meresapi pelajaran praktikumnya di jurusan Analis kesehatan, setiap kali ia praktikum senantiasa gagal dan berbuntut pada ketertinggalannya dengan teman-teman sekelasnya, tak hanya itu saja kesulitan yang dialaminya dalam hal praktikum juga berbuntut pada munculnya kemarahan dari guru praktikumnya.     “Dayat, kamu masih belum selesai? Teman kamu yang lainnya udah pada pulang tuh.” Ucap Bu Dhika guru praktikum Dayat sembari menghampiri meja praktek Dayat.     “Maaf Bu, saya belum selesai.” Jawab Dayat sembari menundukkan kepalanya.     “Sudah kamu selesaikan saja sudah habis waktunya, minggu depan kamu remedial ya!” Sahut Bu Dhika     “Baik Bu.” Jawab singkat Dayat sembari merapikan alat praktikumnya di meja praktek.     Sepulang dari sekolah di perjalanan bahkan sampai di rumah ekspresi wajah Dayat begitu murung, hampir berjam-jam dia mengurung diri di kamar, sampai suatu ketika selepas sholat maghrib dari pintu kamar Dayat terdengar ketukan dan suara.     “Emak boleh masuk?” Suara Emak lantang menembus pintu kayu kamar Dayat.     “Iya Mak, masuk saja.” Sahut Dayat dari dalam kamar.     “Kamu enggak mau cerita ke Emak kalau sedang ada masalah? Kamu ada masalah apa?” Ucap Emak sembari duduk di Kasur kamar Dayat.     “Dayat sejak SMP tidak pernah kesulitan memahami pelajaran, tapi di SMK Dayat sangat sulit memahami pelajaran praktikumnya Mak, apa Dayat enggak cocok dengan jurusannya ya mak? Dayat capek Mak kalau tidak bisa praktikum ditegur terus sama Guru dan selalu kena remedial.” Ucap Dayat merendah.     “Dayat… dulu kan yang memilih masuk SMK kamu sendiri, harusnya kamu sudah siap dengan konsekuensinya, tapi enggak apa-apa besok Emak akan bicara dengan wali kelas kamu untuk cari solusinya, besok antar Emak menemui Wali kelas kamu ya?” Ucap Emak sembari mengusap kepala Dayat, tidak tega melihat kondisi Dayat yang hampir tiap pulang ke rumah selesai praktikum senantiasa murung karena merasa tertekan dengan kesulitan belajarnya.     “Dulu gambaran awal Dayat ingin masuk SMK adalah Dayat mengira jika di SMK belajarnya akan mengasyikkan karena ada praktikum di laboratoriumnya, tapi ternyata Dayat kesulitan di jurusan yang Dayat pilih, maafin Dayat ya Mak? Besok Dayat akan antar Emak menemui wali kelas Dayat.” Ucap Dayat merasa bersalah.     Keesokan harinya Dayat dan Emak pergi ke sekolah menemui Bu Atik wali kelasnya Dayat, sesampainya di ruangan Bu Atik, Emak menyampaikan keluhan Dayat selama proses belajarnya.     “Bu Atik… mohon maaf menganggu waktunya Ibu. Begini Bu, Dayat sering cerita kepada saya kalau dia kesulitan mengikuti pelajaran praktikumnya di jurusan Analis kesehatan padahal dahulu saat masuk sekolah itu merupakan jurusan pilihan Dayat sendiri, selama ini ketika di SMP untuk pelajaran lainnya maupun praktikum Dayat masih bisa mengikutinya, tapi ketika masuk SMK Dayat merasa kesulitan dalam pelajaran praktikumnya, katanya Dayat enggak sesuai dengan jurusannya Bu, kalau menurut Ibu baiknya bagaimana ya Bu? Soalnya saya enggak tega melihat Dayat setiap pulang praktikum selalu merasa murung terus.” Ucap Emak menjelaskan persoalan Dayat.     “Begitu ya Bu, saya juga sering mengamati Dayat, dia sebenarnya kalau di pelajaran umum memang tidak ada kendala, selalu aktif dan cepat menangkap pelajaran, tapi memang saya sering dapat laporan dari guru praktikumnya kalau Dayat kesulitan di pelajarannya. Iya memang ada banyak faktor penyebabnya, bisa jadi karena ketidakcocokan jurusan yang diambilnya, karena memang di sadari terkadang anak-anak memilih jurusan pertimbangannya masih belum matang. Sebenarnya saya sudah memikirkan solusinya, kebetulan karena ini masih awal-awal belajar kita masih bisa untuk pindah jurusan, di jurusan Farmasi klinis dan komunitas masih ada kuota kelas kosong karena kemarin ada dua anak yang tidak jadi masuk SMK LANTERA, bagaimana apakah Dayat mau untuk pindah ke jurusan Farmasi klinis dan komunitas?” Jawab Bu Atik dengan pelan dan lancar sembari menengok kearah Dayat.     “Saya mau Bu.” Sahut Dayat dengan semangat sembari fikirannya melesat jauh mengingat peristiwa masa pengenalan lingkungan sekolah, ia teringat tentang sosok Safitri yang ia kagumu, dan kebetulan Safitri masuk jurusan Farmasi klinis dan komunitas, dalam fikirannya yang penting bisa sekelas dengan Safitri agar bisa mengenalnya lebih jauh, perkara cocok atau tidak sama jurusannya itu urusan nanti. Begitulah euforia remaja dari seorang Dayat yang sedang mengenal romansa cinta.     “Baiklah kalau kamu mau, habis ini Ibu akan proses ke kepala sekolah, kalau disetujui besok kamu sudah bisa pindah jurusan dan kelas.” Ucap Bu Atik sambil merapikan posisi duduknya.     “Terimakasih banyak Bu.” Sahut Dayat dengan senyum sumringah.     Sepulang dari sekolah Dayat sangat bahagia, ia sering senyum-senyum sendiri membayangkan akan bisa sekelas dengan seorang wanita yang dia kagumi. Keesokan harinya Dayat dipanggil ke ruangannya Bu Atik wali kelasnya, ia dapat kabar dari Bu Atik jika permohonannya sudah dikabulkan oleh kepala sekolah dan dipersilahkan untuk pindah jurusan serta kelas di Farmasi klinis dan komunitas 2, kelas yang di dalamnya terdapat seorang Safitri.      “Ayo ikut Ibu, akan Ibu kenalkan kamu dengan kelas baru.” Ucap Bu Atik sembari menepuk pundak Dayat.     “Baik Bu.” Jawab Dayat singkat sembari mengukuti langkah Bu Atik menuju kelas baru.     Setibanya di kelas baru, alangkah terkejutnya Dayat melihat di depan matanya sosok seorang Safitri, siswi perempuan yang sejak masa pengenalan lingkungan sekolah ia kagumi, iya benar Dayat sekarang masuk di kelasnya Safitri sebagai siswa pindahan dari jurusan lain, alangkah senangnya Dayat bisa satu kelas dengan perempuan yang dia kagumi.     “Baiklah… minta perhatiannya murid-murid… perkenalkan ini ada siswa baru di kelas kalian, dia pindahan dari jurusan analis kesehatan, ke depannya dia akan menjadi teman sekelas kalian, silahkan memperkenalkan diri!” Ucap Bu Atik di depan seluruh siswa di kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2.     “Ehh…” respon Dayat terkaget, seakan teralihkan fokusnya dari memandang Safitri ke Bu Atik.     “Perkenalkan nama Saya Dayat, Saya baru pindah dari jurusan Analis kesehatan, mohon kerja samanya ya teman-teman.” Ucap Dayat sembari fokus matanya kebanyakan memandang kearah Safitri yang duduk di meja paling depan sebelah kanan tempat ia berdiri kala itu.     Selepas Dayat memperkenalkan dirinya, ia berjalan menuju tempat duduknya di baris ketiga dari depan, deretan samping kanan bangku Safitri, ketika melewati tempat duduk Safitri, ia memberikan senyuman kepadanya yang dibalas senyuman juga oleh Safitri, ahh… betapa bahagianya saat itu Dayat. Hari-hari belajar Dayat sekarang di jurusan baru sudah berbeda dengan sebelumnya, ia jadi semakin rajin dan aktif dalam belajar di kelas, hampir setiap pelajaran umum Dayat senantiasa aktif bertanya secara bergantian dengan Safitri yang memang sejak awal merupakan anak yang aktif di kelas, Dayat seolah menemukan partner kompetisi yang mampu memacunya untuk bisa menjadi jauh lebih baik dibandingkan Safitri dalam hal keaktifan dan kecepatan mencerna pelajaran umum di kelas, nilai pelajaran umum Dayat dan Safitri saling bersalipan, seolah-olah mereka saling berkompetisi menjadi yang terbaik. Selain itu dulu ketika di jurusan analis kesehatan Dayat sangat kesulitan dalam memahami pelajaran praktikumnya, hal berbeda terjadi ketika Dayat melakukan praktikum di jurusan Farmasi klinis dan komunitas, di sini Dayat sama sekali tidak mengalami kesulitan, bahkan Dayat menjadi anak yang paling jago dan dipuji oleh guru praktikumnya dibandingkan teman selainnya, termasuk Safitri siswi perempuan yang ia kagumi, Safitri kagum dengan Dayat karena pemikirannya yang dewasa dan kepintarannya dalam mencerna pelajaran sekolah. Selama berada di jurusan baru ini Dayat seolah terlahir kembali menjadi pribadi yang jauh berbeda dibandingkan sebelumnya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN