Hari-hari di sekolah Part-2

1122 Kata
    Sedangkan Safitri berbeda dengan Dayat, Safitri menjalani kegiatan reguler sekolah dengan nyaris lancar-lancar saja, dia bisa membaur dengan teman sekelasnya, bahkan sejak awal masuk sekolah dia sudah memiliki banyak teman dekat, dalam hal pelajaran umum pun Safitri juga tidak ada kendala, dia termasuk anak yang aktif dan pandai dalam pelajaran, banyak guru dan teman sekelasnya yang kagum kepadanya, nilai pelajarannya senantiasa di atas nilai teman-teman sekelasnya. Karena kepandaian dan mudah berbaur dengan teman selainnya menjadikan Safitri ditunjuk sebagai ketua kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2, kecemerlangan Safitri di dalam kelas dan pelajaran umum ternyata berbanding terbalik ketika ia harus berhadapan dengan pelajaran praktikum, ia sangat kesulitan memahami dan menyelesaikan praktikumnya di laboratorium, tak jarang ia menjadi siswa paling terakhir selesai praktikumnya dibandingkan teman sekelasnya, bahkan tak jarang ia kena remedial. Hampir sama dengan apa yang dialami oleh Dayat dulu di jurusan Analis kesehatan, namun Safitri berbeda dengan Dayat, ia tidak memilih opsi untuk pindah jurusan seperti Dayat, melainkan ia cenderung memilih opsi untuk aktif bertanya kepada guru atau teman di kelasnya yang pandai dalam praktikum untuk meminta bantuan dijelaskan ulang dan diajarkan tentang pelajaran praktikumnya.     Termasuk ketika ada Dayat menjadi teman sekelas Safitri, Dayat yang saat itu justru menonjol dalam hal praktikum, menarik minat dan perhatian Safitri untuk dijadikan partner mentor personal dalam memahami pelajaran praktikum di jurusan. Dari sinilah awal mula munculnya kisah romansa percintaan mereka di mulai. Kala itu Safitri memandangi dengan kagum apa yang dilakukan oleh Dayat sewaktu menjalani praktikum, ia kagum akan sosok Dayat yang selama ini di kelas menjadi rival kompetisinya mampu cepat dan pandai menyelesaikan tugas praktikumnya, dari situlah untuk pertama kalinya Safitri merasakan ‘kalah’ dengan Dayat. Sepulang praktikum Safitri memberanikan dirinya untuk menghampiri Dayat yang sedang duduk di balkon laboratorium sembari memakai sepatu sekolah warna hitammnya yang habis dilepas untuk masuk ke ruang laboratorium.     “Dayat… sudah kenal gue kah? Gue Safitri. Lu habis ini sibuk gak?” Ucap Safitri sembari jongkok di depan Dayat.     “Ehh…iya.” Jawab spontan Dayat yang kaget melihat didepannya ada Safitri, seseorang yang selama ini ia kagumi.     “Oh...lu sibuk ya, ya sudah kalau begitu, makasih ya.” Ucap Safitri kecewa sembari berdiri dari posisi jongkoknya di depan Dayat.     “Maaf…maaf… bukan itu maksud gue, iya gue udah tau lu kok, dan gue enggak sibuk, apa ada yang bisa gue bantu?” Sahut Dayat sembari salah tingkah kepada Safitri.     “Tadi gue mengamati lu waktu praktikum, ternyata lu jago juga ya dalam praktikum? Salut gue.” Ucap Safitri sembari memberikan senyuman kepada Dayat.     “Ah...enggak kok, lu terlalu melebihkan gue.” Sahut Dayat sembari memerah pipinya menahan malu.     “Jujur gue sulit banget memahami pelajaran praktikum di laboratorium, lu bisa bantu ajarin gue gak Yat? pliss…” Ucap Safitri sembari merendah di hadapan Dayat.     “Iya gue mau kok bantuin lu fit.” Jawaban singkat Dayat sembari menguatkan diri menatap wajah Safitri.     Seperti mimpi bagi Dayat, melihat seorang siswi perempuan yang dia kagumi meminta bantuan kepadanya, sekaligus sebagai pertanda bahwa ia akan bisa lebih intens bertemu dengan Safitri. Dari membantu Safitri menyelesaikan kesulitannya dalam memahami pelajaran praktikum di sekolah kedekatan Dayat dan Safitri menjadi semakin instens, hampir setiap seminggu dua kali mereka melakukan belajar bareng berdua, bahkan ketika ada tugas kelompok untuk praktikum, Safitri selalu meminta request ke guru praktikumnya untuk bisa dijadikan satu kelompok sama Dayat, karena bagi Safitri belajar bersama dengan Dayat membuatnya semakin mudah dalam memahami pelajaran praktikum yang sangat sulit baginya. Chemistry mereka semakin kebangun, sesekali tiap malam Dayat dan Safitri berbalas pesan WhattApps (WA) dan Video Call hanya untuk bertegur sapa atau menanyakan hal lain di luar pelajaran, intensitas kedekatan mereka berdua berlangsung selama satu tahun.     Dengan tingkat intensitas yang semakin tinggi antara mereka berdua, membuat mereka sudah saling mengenal antara satu dengan selainnya berkenaan dengan karakter, kelebihan dan kekurangan mereka. Hal itu membuat Dayat merasa sangat cocok dengan Safitri, ia bisa nyambung dan nyaman berdiskusi atau sekedar ngobrol sama Safitri, Safitri juga mampu menjadi sosok partner kompetisi belajar Dayat yang mampu membuat dirinya terpacu menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi untuk bisa mengalahkannya dalam hal akademik. Karena alasan itulah membuat Dayat memberanikan diri untuk ‘menembak’ Safitri di saat mereka sudah naik kelas ke tingkat dua SMK.     Siang itu ketika mereka sudah beranjak naik kelas ke tingkat dua SMK. Di masa-masa awal mereka menjalani semester baru di sekolah bel istirahat sekolah berbunyi, Bu guru sudah membereskan barangnya dan melangkah keluar kelas, sedangkan teman sekelas Dayat dan Safitri masih berada di dalam ruangan kelas, tiba-tiba dari samping belakang meja Safitri, ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekat kepadanya, langsung buru-buru ia tengokkan kepalanya ke kanan, alangkah kagetnya Safitri ternyata suara langkah kaki itu berasal dari langkah kaki Dayat menuju ke arah tempat duduknya, sembari setengah jongkok ia ulurkan tangan kanannya yang sedang memegang coklat kesukaan Safitri ia sampaikan.     “Fit… gue sudah mengenal lu, lu merupakan orang yang mampu membuatku terpacu menjadi pribadi yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, gue ingin lebih lama lagi merasakan hal itu denganmu, dengan selalu ada di sampingmu menjadi partnermu, lu mau gak jadi pacar gue?” Ucap Dayat sembari menatap dalam wajah Safitri.     Safitri hanya merespon ungkapan Dayat dengan anggukan kepala, sebagai tanda bahwa Dayat diterima olehnya, betapa bahagianya hati Dayat saat itu, sembari menunjukan senyum lebarnya dengan mata berkaca-kaca sebagai tanda perjuangannya tidak sia-sia. Semenjak hari itu kehidupan Dayat dan Safitri berubah drastis, hari-harinya senantiasa diwarnai oleh kisah romansa cinta remaja, namun mereka berdua berbeda dengan kebanyakan remaja yang sedang dilanda romansa cinta, mereka menyatukan diri dengan alasan untuk saling melengkapi diri dalam berbenah menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi secara bersama. Di kelas sesekali Dayat memberikan sepucuk surat di dalam loker meja Safitri, kala itu isi suratnya Dayat berbunyi.                 “Kamu tau semesta sedang baik kepadaku, pagi ini ia suguhkan mentari yang sedang merekahkan senyum indahnya ke dunia, sehingga sinarnya mampu memberikan manfaat bagi kehidupan di dunia. Dan matahari itu adalah kamu.” Bunyi sepucuk surat dari Dayat yang saat itu dibaca sama Safitri sembari berkaca-kaca haru membacanya.     Bahkan ketika sedang pelajaran sekolah pun, pernah mereka berdua ketika ada guru memberikan pertanyaan kepada siswa, mereka berdua secara spontan berbarengan mengangkat tangan mereka, sebagai pertanda kalau mereka hendak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Refleks spontan mereka secara bersamaan itulah yang di respon sama teman sekelasnya dengan ungkapan.                 “Cie…Cie… sehati nih ye?” Sahut teman sekelas mereka bersamaan sembari tertawa, sedangkan Dayat dan Safitri tersipu malu dibuatnya.     Seperti para remaja pada umumnya yang sedang dilanda romansa percintaan, Dayat dan Safitri sering keluar bersama baik ke kafe maupun nonton bioskop ke mall, mereka juga sering main ke rumah masing-masing, hingga mereka sudah saling mengenal dengan orang tua masing-masing. Di mata orang tua mereka, mereka berdua merupakan sosok yang positif, mereka sering terlihat belajar bersama di rumah, saling memotivasi, dan juga selama mereka menjalani hubungan jarang di jumpai mereka melakukan perbuatan yang melanggar aturan norma dan agama.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN