Shireen menerima panggilan itu, mendekatkan benda pipih persegi panjang ke daun telinganya. Suara di sana terdengar lembut mengalun. “Gyandra sudah tiba?” tanya Arumi. “Belum, Ma, padahal katanya jam delapan sampai rumah,” jawab Shireen sambil melirik ke arah luar rumah. Barangkali Gyandra telah tiba tanpa terdengar olehnya. “Kamu jadi buat pesta kejutan untuknya, Sayang?” “Jadi Ma.” “Jangan terlalu membuatnya terkejut ya, Sayang. Ehm maksud mama, dia kan baru pulang mungkin lelah, mama khawatir moodnya buruk dan hubungan kalian jadi tidak baik,” tutur Arumi, masih dengan lembut menjelaskan. Karena tak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, bahwa kejutan bisa menghantarkan Gyandra pada kesakitannya. “Iya, Ma. Aku mengerti. Ma itu sepertinya abang pulang,” ucap Shireen yang sem