Malam itu Ferdi berbaring dan mengingat kembali kejadian yang tadi siang terjadi di Central Park Mall. Kilas balik kejadian itu sangat nyata di pelupuk mata Ferdi dan berdengung di telinga. Saat Ferdi pergi ke mall bersama Pak Jono, dia tidak sengaja melihat Cha-cha bersama kawan-kawannya. Ferdi pun mendengarkan apa yang perempuan itu katakan kepada kawan-kawannya, yaitu menghina dan merendahkan dirinya. Sebisa mungkin Ferdi menahan emosi agar bisa membalas dengan lebih elegan.
“Lah, pacar loe yang tempo lalu mana?” tanya salah seorang teman Cha-cha yang bernama Steffi.
“Nah, iya! Pacar loe yang ganteng itu, loh!” imbuh temannya yang bernama Luna. Mereka berjalan-jalan bertiga di dalam mall dan tak sengaja Ferdi melihat serta mengikuti mereka tanpa diketahui.
“Udah gue buang. Ternyata orang kere (miskin), sih!” jawab Cha-cha acuh dan dari nada bicaranya terlihat kesal dan kecewa. Jelas saja Cha-cha kecewa karena saat Ferdi dibegal, dia ke rumah sakit dan bertemu kedua orang tuanya Ferdi. Bahkan sempat bertemu Meira cupu. Cha-cha merasa dibohongi soal status sosial Ferdi yang ternyata palsu.
“Duh, sayang banget! Napa nggak kasih gue aja. Cakep, loh, dia!” ujar Steffi gadis cantik yang menggunakan kaos merah.
“Cakep, sih. Tapi dia orang dari desa, orang tuanya aja nggak banget. Terus ... Duit yang selama ini buat traktir itu uang minjem atau transferan orang tuanya di desa. Nggak banget, lah. Bukan tipe gue!” Cha-cha dengan sombong dan angkuh menghina Ferdi seenaknya tanpa tahu lelaki itu ada di sana dan sedang berjalan menghampiri dirinya.
Steffi dan Luna terdiam dan matanya membulat kaget saat melihat ada Ferdi di belakang Cha-cha sedang berjalan mendekat. Ferdi tersenyum menatap tingkah kekasihnya, atau tepatnya mantan kekasih yang tiba-tiba meninggalkan dirinya saat sakit dan mengalami kejadian begal.
Lelaki itu menyilangkan tangan di depan d-a-d-a-nya yang bidang lalu berkata, “Oh, gitu, ya? Udah puas yang jelek-jelekin gue? Dasar cewek murahan!"
Jelas saat mendengar suara Ferdi membuat Cha-cha terkejut setengah mati. Dia pun menengok ke belakang dan mendapati kalau lelaki yang sedang dia bicarakan ada tepat di belakangnya dengan senyum gas yang selalu menghiasi wajah lelaki itu.
“Fe-Ferdi?” Cha-cha malu dan tak harus berkata apa. Saat melihat Ferdi ada di belakangnya berarti tadi saat Cha-cha bicara, lelaki itu mendengarkan semuanya. Dia jelas tak bisa mengelak atau memberikan penjelasan apa pun.
“Kenapa? Kaget? Dah, lah, Cha. Gue juga tahu loe bekas om-o*******g dan juga gonta-ganti pasangan gara-gara cari yang tajir. Jangan sok suci, deh,” kata Ferdi dengan santai kemudian tetap jalan melewati Cha-cha yang terdiam tak bisa berkata apa pun.
Cha-cha jelas tertohok dan melotot menatap Ferdi yang berlalu pergi. Dia malu karena kalimat pedas yang dilontarkan Ferdi dan didengar oleh kedua kawannya. Bagi Cha-cha, Si Ferdi tidak sekelas dengan dirinya yang anak pengusaha kaya raya.
Pak Jono masih mengikuti Ferdi dan merasa ada yang aneh dengan tuannya. Kenapa perempuan tadi mengatakan soal orang desa dan miskin? Padahal Tuan Ferdi sangat kaya raya meski masih sangat muda. Pak Jono bingung dan tak habis pikir dengan hal itu. Namun Pak Jono mengabaikan persoalan tuannya karena tugas utama menjadi sopir dan menemani bosnya saat ini di Central Park Mall.
“Wah, emang cakep banget," kata Steffi kagum menatap Ferdi yang berlalu tanpa berkedip.
“Bodoh banget Si Cha-cha kalau nyia-nyiain yang begini. Buat gue aja, lah," sahut Luna yang juga kagum dengan wajah Ferdi yang tampan bak artis Thailand.
Kedua kawan Cha-cha bukannya membelanya justru saling bisik mengomentari Ferdi yang lewat dan memang terlihat sangat tampan. Luna dan Steffi juga anak orang kaya raya, jadi mereka tidak kaget kalau Cha-cha punya standar tinggi memilih pasangan. Bedanya, Cha-cha terlalu realistis dan terkesan mata duitan, beda dengan Luna dan Steffi yang merasa cinta lebih penting daripada uang.
“Heh! Kalian kenapa nggak bela gue, sih? Kaget juga lihat ada Ferdi di sini. Secara ini ‘kan mall elite, mana mungkin dia mau beli sesuatu di sini,” gerutu Cha-cha protes kepada dua kawannya yang masih menatap Ferdi yang berlalu pergi.
“Lah, salah sendiri loe jelek-jelekin mantan kekasih yang ternyata cakep banget kaya pemain film luar negeri ... negara Thailand gitu,” sahut Steffi yang kagum melihat paras tampan Ferdi dari dekat.
“Hih, kalian, nih, gimana?! Nyebelin amat! Dah, gue mau cabut aja kalau gitu, bye!” Cha-cha yang malu dan kesal pun meninggalkan Steffi dan Luna di mall itu. Dia bergegas ke basemen untuk ke tempat parkir mobil. Dia malu karena kedua kawannya justru kagum melihat Ferdi. Meski tidak bisa dia pungkiri kalau Ferdi memang sangat tampan dan wajahnya seperti bintang film Thailand, tetapi gengsi Cha-cha begitu besar dan tidak terima saat tahu Ferdi bukan orang kaya.
Sedangkan Steffi dan Luna saling pandang. Sepertinya mereka memiliki pemikiran yang sama untuk kenalan langsung dengan Ferdi. “Susul Ferdi aja, yuk!” ajak Luna.
“Yuk! Cuss!” Steffi setuju dan mereka berdua bergegas jalan cepat menyusul ke arah Ferdi pergi.
Ferdi tahu kalau dirinya diikuti oleh kedua teman dari Cha-cha. “Ada apa ngikutin gue?!” tanya Ferdi tiba-tiba sambil membalikkan tubuhnya ke belakang dan langsung menatap kedua perempuan yang saat ini terkejut di belakang Ferdi.
“E-e ... A-anu .... Boleh kita kenalan?” Steffi memberanikan diri mengungkapkan maksud mereka.
“Oh, oke. Boleh. Namaku Ferdi, kalau loe?” Ferdi mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan dari perempuan di hadapannya satu-per satu.
“Gue Steffi ....”
“Gue Luna ... Tapi nggak pakai Maya ... Upps ....”
Ferdi tahu persis kalau wajahnya membuat para perempuan menyukai dirinya. hal itu menjadi nilai tambahan untuk melancarkan aksi balas dendam akan sakit hati yang Cha-cha lakukan. Sebagai laki-laki jelas saja Ferdi merasa sangat terhina dan luka hati atas perlakuan kekasihnya yang meninggalkan begitu saja di saat susah dan justru menjelek-jelekkan dirinya di luar.
Hal itu yang membuat Ferdi jadi memiliki niat buruk untuk menjatuhkan nama baik mantan kekasihnya. Tentu saja dengan memanfaatkan kedua perempuan cantik di hadapannya yang ternyata sahabat baik dari Cha-cha. Ferdi sengaja mengajak Steffi dan Luna untuk makan siang bersama.
“Kalau gitu, gue ajak kalian makan siang bareng. Kita ke sana aja,” ajak Ferdi sambil menunjuk restoran mewah yang terkenal lezat di area Central Park Mall.
“Oke!” sahut Steffi dan Luna bersamaan dengan semangat.
Pak Jono masih mengikuti bosnya ke mana pun pergi karena itu yang ditugaskan Ferdi sendiri. Meski rasanya canggung mengawasi ketiga muda-mudi itu, tapi semua Pak Jono lakukan secara profesional mengingat dia baru bekerja dua hari bersama bosnya dan juga berharap dengan gaji besar yang diberikan oleh Ferdi.
Makan siang bersama yang berdiri usulkan semata-mata hanya menjadi jembatan untuk mengetahui semua informasi tentang Cha-cha. Ferdi ini menjadi orang yang makin pendendam. Bahkan saat ini dia memiliki banyak uang dan bisa berbuat apa pun sesuka hatinya.
“Bagus ... Teruslah begitu, Ferdi ... Rasa benci, iri, dengki, dan dendam adalah santapan nikmat untukku agar tetap kuat. Aura hitam yang menyelimuti tubuhmu akan menjadi sesaji yang kuhirup setiap hari. Ferdi ... Manusia yang tak pernah bersyukur dengan keadaan yang ada,” lirih Marry Ann sambil menyeringai mengerikan dari kejauhan menatap Ferdi yang memiliki niat buruk pada Cha-cha.
Semakin buruk sifat Ferdi, jelas Marry Ann semakin suka karena bisa menyerap semua aura negatif itu dan menambah kekuatannya. Kekuatan itulah yang membuat Marry Ann seolah mampu melakukan banyak hal. Memberikan kekayaan pada pengikutnya. Memberikan kekayaan dan kesuksesan, tetapi semua ada masa berlaku dan jatuh tempo yang orang-orang tidak ketahui kapan akan terjadi.
Sebenarnya hal tersembunyi dari pesugihan adalah mengambil semua harta dan (calon) rezeki dari orang yang ditumbalkan dan diberikan kepada pelaku pesugihan. Ini bukan hal yang tersembunyi lagi karena banyak macam pesugihan yang ada di sekitar manusia, tetapi terkadang banyak orang mengira hal ini hanya isapan jempol belaka. Padahal semua ini nyata adanya. Meski banyak jenis pesugihan yang tidak dipahami oleh orang awam. Mulai dari pesugihan yang menumbalkan nyawa secara langsung atau tidak langsung.
Pesugihan yang menumbalkan suami seperti di n****+ JERAT IBLIS karya Rens09 itu juga benar-benar ada. Sampai pelaku menjadi janda berkali-kali dan suaminya meninggal secar mengenaskan. Lalu pesugihan yang menumbalkan anak sendiri atau yang masih berupa janin dalam kandungan yang akhirnya membuat sang istri berkali-kali mengalami keguguran. Lalu pesugihan yang mengerikan seperti Marry Ann ini memilih target pelaku pesugihan bukan sebaliknya. Biasanya pelaku pesugihan yang mencari jalan lewat dukun, tetapi Marry Ann justru memilih sendiri untuk menjerat korbannya. Memperlakukan Ferdi seperti korban lainnya yang menjadi haus kekayaan dan kekuasaan.
Marry Ann adalah ancaman teror yang nyata. Mengusik sifat terburuk manusia dan mengubah menjadi santapan energi bagi Marry Ann sendiri. Hingga banyak korban darah perawan berjatuhan. Nanti ada saatnya korban orang lain terhenti dan pelaku pesugihan yang akan diambil oleh Marry Ann. Kekayaan dan kejayaan yang singkat karena terjadi secara cepat dengan bantuan gaib tidak akan bertahan lama. Marry Ann bisa memberi dan mengambil dengan cepat karena sudah menguasai hati dan pikiran manusia yang menjadi pengikutnya.
Padahal Marry Ann dahulu juga manusia. Dahulu sekali ... saat belum mengenal pesakitan yang diberikan oleh calon suaminya. Saat hari pernikahan tiba, calon suaminya pergi dan meninggalkan sejuta rasa malu di d**a. Kejadian itu yang membuat Marry Ann bersekutu dengan iblis dan mengorbankan jiwanya menjadi satu dengan mereka. Membalas dendam dengan menyesatkan para lelaki yang tak pernah mau bersyukur.