Bab 6. Om-Om tukang cemburu

1303 Kata
Shevaya terkejut ketika Denver membantingnya di atas ranjang empuk milik lelaki itu. Shevaya hanya bisa terpejam ketika Denver mulai mengikis jarak diantara mereka berdua. Denver terlihat sangat berbeda di matanya, entah apa yang kini dia rasakan tapi ada suatu gairah di mata lelaki itu. "Kamu harus terima hukumanmu," bisik Denver di telinga Shevaya. Deru nafas lelaki itu membuat Shevaya merinding, Sheva mulai memberanikan diri untuk membuka matanya. Debar di jantungnya semakin terasa kuat ketika Shevaya melihat tubuh bagian atas Denver yang terlihat sangat seksi. "Kamu menyukainya?" tanya Denver ketika melihat Shevaya fokus pada tubuh Denver. Shevaya mengalihkan pandangan ketika Denver mengetahui apa yang dia pikirkan, Shevaya benar-benar lancang sudah membangunkan singa yang sedang tidur. Harusnya Shevaya diam bukan malah memancing hasrat lelaki matang yang kini memiliki nafsu yang besar. "Tidak! Apa yang akan kamu lakukan? minggir!" Sheva mendorong tubuh lelaki yang ada diatas tubuhnya. "Kamu harus menerima hukuman, kamu yang memulainya Sheva!" Denver terlihat dingin ketika mengatakan hal itu. Shevaya kini mulai merasa takut, dia tidak menyangka jika lelaki itu menolaknya. Shevaya tahu bahwa dia terlalu berani dalam melakukan hal itu, seharusnya dia tidak terlalu percaya diri karena lelaki itu tidak pernah menyukainya. "Kamu tidak menyukainya? Aku tidak akan melakukan hal itu lagi. Aku janji," cicit Sheva. Denver tersenyum, dia tidak percaya jika Shevaya akan menolaknya. Sebagian dari dirinya merasa tertantang untuk membuat Shevaya kalah akan pesona yang dia miliki. Selama ini tidak ada yang menolak pesonanya, banyak wanita yang dengan sukarela melempar tubuhnya tapi kini Shevaya mulai takut, dia bahkan melupakan apa yang dia tawarkan. "Bukankah kamu bersedia memberikan tubuhmu agar aku membantumu?" tanya Denver. "Aku menepati janji kok." Shevaya mengatakan hal itu dengan sangat pelan dia tidak ingin jika Denver akan membatalkan janjinya. "Mana janjimu?" tanya Denver dengan seringai. Shevaya hanya memejamkan matanya, dia pasrah atas apa pun yang akan dilakukan oleh Denver kepadanya. Shevaya sudah berjanji, dia akan menerima segala hal yang Denver lakukan kepadanya. Surat perjanjian itu mereka sepakati bersama dan akan bersalah jika Shevaya menolak keinginan Denver untuk memuaskannya. "Jangan dekat dengan lelaki mana pun di kampus Sheva." Denver mengurungkan niatnya untuk bercinta karena dia ingat luka di punggung Shevaya belum sepenuhnya sembuh. Shevaya membuka matanya melihat lelaki itu semakin jauh dari posisinya saat ini. Shevaya tidak menyangka jika Denver hanya menggertaknya. Shevaya tahu jika Denver orang yang bisa dia percaya, walau terkadang menyebalkan, tetapi dia memperlakukan Shevaya dengan sangat baik. "Astaga, semua ini tidak aman untuk jantungku," ujar Shevaya ketika bisa bernafas dengan lega. *** Pagi harinya, Denver memberikan kartu ATM untuk Shevaya. Denver tahu bahwa di perjanjian masalah keuangan di urus masing-masing, tetapi dia tidak ingin Shevaya kekurangan uang setelah dia di usir dari rumahnya. Denver mengantar Shevaya berangkat kuliah, dia hanya ingin tahu bagaimana kelakuan Shevaya di kampus, dia tidak suka ada orang yang menyentuh miliknya. "Nggak perlu Mas, uang Sheva masih ada." "Aku nggak mau ya pacarku kayak gembel karena ga punya uang," ujar Denver dingin. Shevaya terkadang merasa sakit hati dengan ucapan Denver, tetapi lelaki itu bertujuan baik padanya. Shevaya tidak bisa menolak karena dia juga tidak ingin Denver semakin marah kepada dirinya. Denver tidak suka jika miliknya diambil oleh orang lain, kolega bisnis dan yang lainnya sudah tahu jika Shevaya adalah miliknya dia tidak ingin menanggung malu jika Shevaya bermain dengan janjinya. “Langsung ke kantor setelah selesai kuliah.” "Aku mengerti," ucap Shevaya lalu keluar dari mobilnya. Shevaya baru menuju ke kelas setelah melihat mobil Denver pergi meninggalkan pelataran kampus. Hidup Shevaya semakin sepi karena dia tidak memiliki sahabat lagi, dia sekarang menjalani segalanya sendiri. Apa pun itu dia tidak akan menyerah walau mantan sahabat dan mantan pacarnya akan membuatnya kesal. "Rupanya w************n baru aja turun dari mobil mewah nih, apakah bener gosip jika dia menjadi wanita simpanan?" tanya Liona yang di dengar oleh semua orang yang ada di kelas. Shevaya hanya terdiam, dia tidak peduli dengan apa yang wanita licik itu katakan. Banyak hal yang tidak harus dia pedulikan atas segala hal yang mantan sahabat itu lakukan kepadanya. "Lihatlah dia terdiam, berarti benar bukan?" tanya Liona semakin merasa di atas angin. "Tidak menyangka ya jika Sheva seperti itu," bisik mereka. Shevaya merasa geram, dia hanya ingin mendapatkan ketenangan tapi kini semua orang terlalu berisik dan membuatnya terganggu. Shevaya tidak peduli jika Liona mengambil David, lelaki matre itu tidak seharusnya dia pertahankan. Mereka berdua sama-sama sampah yang tidak layak berada di sisi Shevaya. "Tutuplah mulutmu itu, bukankah kau yang mengambil David? Ambil saja lelaki matre itu. Kau bahkan tidak sanggup membiayainya, jadi tunggu saja sampai David menendangmu karena dia mendapat wanita yang kaya, wanita miskin sepertimu bisa apa?" tanya Sheva menatap Liona remeh. "Wah Sheva udah putus ternyata? Gara-gara Liona? Gila sih." Bisik-bisik mulai terdengar. "Diam, kalian jangan terhasut olehnya," ujar Liona dengan wajah yang merah padam. "Kalian harus tau, beberapa waktu lalu aku memergoki mereka sedang bercinta di saat aku sedang memberikan kejutan perayaan hubunganku dengan lelaki itu. Coba nilai saja yang benar siapa," ujar Sheva lalu diam karena melihat dosen kini sudah masuk ke dalam ruangan. Liona menghentakkan kakinya, dia merasa kesal pada Shevata yang membuatnya malu. Liona memang tahu jika Shevaya turun dari mobil mewah, dia yang menjadi sahabat Shevaya sejak lama tidak pernah tahu jika keluarga Shevaya memiliki mobil seperti itu. Liona hanya asal mengatakan untuk membuat nama Shevaya jelek, tetapi kini wanita itu benar-benar membuatnya malu. David bahkan tidak membelanya, hal itu semakin membuatnya merasa kesal. "Menyebalkan sekali wanita itu." Sungut Shevaya dalam hati. *** "Aku tidak ada waktu," ujar Shevaya menghentakkan tangan David yang mencoba menahannya. Shevaya tidak peduli dengan segala hal yang David lakukan, dia tidak peduli karena lelaki itu tidak pantas untuk dirinya. Sudah cukup dia menjalani semua kebohongan dan kini dia tidak peduli lagi atas segala hal yang dia katakan. "Sheva maafkan aku," ujar David mencoba menahan kepergian Shevaya. "Apa pun yang kau katakan tidak akan mengubah keputusanku, kita sudah selesai sejak kau mendua. Aku lebih lega bisa lepas dari parasit sepertimu," ujar Shevaya bergegas ke kantor sesuai dengan permintaan Denver. Shevaya hanya ingin menjalani kehidupan dengan baik, dia ingin fokus dengan tujuannya tanpa memperdulikan apa yang dikatakan oleh orang lain. David mungkin menyesal karena dia kehilangan sumber uangnya. Gaya hidupnya yang tinggi membuat uang yang orang tuanya berikan kurang. Biasanya Shevaya yang selalu dia andalkan, kini dia tidak punya lagi karena Liona hanya selalu menghabiskan uang yang dia miliki. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Liona cemberut. "Kamu membuat semuanya semakin rumit, bukankah sejak awal kita setuju untuk diam-diam? Kini Sheva tidak bisa kita manfaatkan lagi." David kesal dan meninggalkan Liona. Wanita itu cemberut dan terus mengejar David, mereka memang jahat merencanakan hal itu semua karena Shevaya yang mudah mereka bodohi. Setelah sekian lama mendua apa yang mereka lakukan akhirnya terbongkar pula. "Bertemu dengan mereka membuat hariku sial," ujar Shevaya ketika dia masih menunggu ojek online yang sampai sekarang belum datang juga. "Sheva, kenapa kamu di sana?" tanya Rosmala ketika tidak sengaja melewati tempat Shevaya kuliah. Rosmala kembali menutup kaca dan langsung keluar dari mobil dan menghampiri Shevaya yang menunggu di samping gerbang kampus. Rosmala menawarkan untuk mengantar Shevaya dan langsung disetujui olehnya. Shevaya tidak ingin datang telat karena dia tidak ingin menerima kemarahan Denver. “Sekarang dia maunya deket sama kamu terus, pakai pelet apa Sheva bisa buat anakku yang kaku itu luluh?” tanya Rosmala menggoda. “Ih Tante, Sheva nggak pakai pelet apa pun. Mas Denver aja yang manja, dia nggak suka Sheva keluyuran katanya takut ketemu laki-laki lain yang lebih muda.” Shevaya tertawa ketika mengatakannya. Denver memang tidak mengatakan hal itu secara langsung, tetapi Shevaya merasakan kecemburuan Denver ketika kolega bisnisnya menggoda Shevaya. Sejak malam itu Denver sedikit posesif padanya, Shevaya tidak bisa leluasa setelah berada dalam hidup Denver. “Kamu harus siap menerima posesifnya, apalagi kalau udah hamil. Tante yakin sih, dia akan membawamu kemana pun dia pergi,” ucapan Rosmala membuat Shevaya bergidik ngeri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN