"Jika Anda membersihkan hati Anda hanya untuk Allah. Anda menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Ridha pada pembagian-Nya. Menyibukkan diri pada hal-hal yang diwajibkan. Meninggalkan apa yang bukan hak Anda. Maka Anda telah melapangkan hati dan membahagiakan hidup Anda. Anda terpuji di sisi Rabb Anda."
****
Hamish mengejar Hilya yang berlari keluar rumah. Di depan rumah mereka sempat bertengkar kembali Dan akhirnya sesuatu yang tidak diinginkan terjadi....
"Hilya ... Hilya tunggu," cegah Hamish berhasil mencengkal tangan Hilya.
"Apalagi si mas, aku nggak mau jadi yang kedua," ucapnya berbalik badan dan menghapus air matanya itu.
"Hilya, kamu nggak perlu takut. Aku bakal adil sama kalian berdua dan aku bakal lebih sering tidur di rumah kita kalau kamu takut, aku sering di rumah Lena," ucap Hamish lagi.
"Nggak mas, apapun yang kamu ucapkan aku nggak mau jadi yang kedua mas!" ucap Hilya mendorong keras suaminya itu. Hamish yang tidak siap dengan dorongan Hilya pun tiba-tiba jatuh tersungkur dan kepalanya terbentur batu. Darah mengalir dari kepala Hamish membuat Hilya panik tidak karuan.
"YA ALLAH MAS! MAS BANGUN MAS!" ucap Hamish yang memegangi kepalanya ditengah-tengah kesadarannya yang mulai hilang. Hilya berjongkok mengguncang tubuh suaminya. Lena datang ikut berjongkok saat melihat suaminya sudah jatuh dengan darah di kepalanya.
"MAS YA ALLAH, MAS BANGUN!" ucap Lena yang juga panik melihat suaminya terjatuh.
"Kita bawa dia ke rumah sakit sekarang. Bantuin aku masukin ke mobil," ucap Lena kepasa Hilya. Hilya pun mengangguk membopong suaminya ke Mobil Lena untuk ditangani lebih lanjut. Lena mengambil kunci Mobil di dalam dan membantu Hilya membawa Hamish.
....
Mereka sudah sampai di rumah sakit, Hasya sudah datang juga saat Lena menghubunginya. Hilya memutuskan untuk sendiri sebentar merenungkan akan bagaimana kehidupan rumah tangganya kelak.
Hilya duduk di bangku rumah sakit dan menutup wajahnya dengan tangannya. Menangis sejadinya, mengeluarkan emosi dan rasa sakit hatinya. Saat mengetahui dia hanyalah istri kedua.
Ya Allah apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku tidak ingin menjadi istri kedua, tapi aku juga cinta sama suaminya. Belum genap sebulan ia menikah dengan suaminya, namun ia sudha mendapat cobaan seperti ini. Seharusnya dari awal ia tetap di kampung bersama Ayahnya. Tidak perlu di Kota yang hanya membawa kenyataan pahit untuk dirinya. Apa nantinya Aku bisa bertahan dengan keadaan ini Ya Allah....
Berilah kesabaran dan kekuatan hamba Ya Allah dalam menjalani rumah tangga ini.
Sekarang bagaimana jika Ayahnya tahu kalau anaknya menjadi istri kedua. Ia tidak mau membuat Ayahnya kecewa.
Ya Allah hanya kepadamu hamba berserah diri. Mohon berilah petunjuk mu untuk dapat menghadapi ujian ini Ya Allah....
"Nggak! Aku nggak boleh jadi lemah! Aku harus jadi wanita kuat! Walaupun aku tahu, ini bakal rumit, aku akan sering tersakiti nantinya. Tapi, aku bakal coba mempertahankan rumah tangganya," ucap Hilya menghapus air matanya dan merapihkan hijabnya yang berantakan.
Hilya memutuskan masuk ke ruangan suaminya untuk melihat keadaan sang suami. Saat masih di balik pintu is mendengar suara adik iparnya yang membicarakan tentang dirinya.
"Kak, udahlah certain dia aja bawa masalah aja tau nggak sih," ucap Hasya kesal.
"Nggak bisa gitu dong, Sya. Kakak pengen banget punya anak jadi mesti nunggu dia dulu," ucap Hamish lagi.
"Kak Lena, Kakak nggak sakit hati apa liat suami kakak direbut wanita lain," ucap Hasya kepada Lena sedangkan Lena hanya tersenyum meyakinkan walaupun tidak sepenuhnya rela suaminya dimiliki wanita selain dirinya.
"Ck.. Sya! Udahlah kamu tuh kuliah aja yang bener nggak usah urusin, urusan rumahtangga Kakak," ucap Hamish membuat adiknya kesal dan bangkit dari duduknya untuk keluar. Ia sempat berpapasan dengan Hilya dan meliriknya sinis, "dasar pelakor!" ucapnya begitu saja lalu pergi dari hadapan Hilya tanpa memikirkan Hilya yang tersakiti oleh ucapan gadis itu.
"Astagfirullah sabar, Hil," ucapnya mengelus d**a mencoba bersabar Dan masuk ke dalam ruangan Hamish. Mereka berdua melihat Hilya masuk dan Hamish langsung saja mengalihkan pandangannyan ke arah lain.
"Len, bisa aku bicara berdua sama Mas Hamish," kata Hilya saat sudah masuk ke dalam. Lena mengangguk dan tersenyum kepada Hilya. Ia lantas keluar ruangan membiarkan Hamish dan Hilya berbicara berdua.
"Mas...." panggil Hilya masih dengan posisinya berdiri di samping Hamish. Namun, Hamish masih diam saja membiarkan Hilya berbicara lebih lanjut.
"Maafin aku, Mas. Buat kamu jadi seperti ini," ucap Hilya pelan.
"Terus kamu fikir minta maaf aja cukup gitu?" ucapnya sinis melihat ke arah Hilya.
"Terus aku harus gimana, Mas?" tanya Hilya lagi bingung.
"Kamu nggak boleh minta pisah sama aku! Itu sebagai gantinya karna kamu udah buat aku kayak gini," ucap Hamish dengan keadaan kepala yang dililit perban. Hilya diam belum menjawah pertanyaan Hamish, Ada perasaan ingin berontak tapi dia tidak bisa.
"Kenapa? Nggak mau juga?" tanya Hamish lagi.
"Ii ... Ya, Mas aku bakal coba jalanin pernikahan kita," ucap Hilya pasrah dengan ucapan Hamish. Sedangkan Hamish tertawa puas melihat istrinya hanya diam dan menurut. Dia yang kepala rumah tangga, jadi dia yang berhak mengatur semua istrinya sesuai keinginannya. Dan mereka harus buru dengan perintah ya, toh dia juga memberikan segala hartanya untuk istri-istrinya jadi tidak Ada alasan mereka untuk menolak keingananya.
Hilya tidak bisa berbuat apa-apa. Jika menyerah dan pisah dengan suaminya. Apa kata tetangganya di kampung, pasti mereka akan mencemooh Hilya karena apa yang mereka ucapkan terhadap Hilya waktu itu benar. Dia hanya bisa berdoa semoga Allah berikan dia kekuatan menjalani semua ujiannya.
*
**
Hilya pulang terlebih dahulu ke rumah untuk membersihkan dirinya, setelah itu ia baru kembali lagi ke rumah sakit menjaga suaminya. Saat sampai di rumah ia melihat adik iparnya yang sudah memandangnya sinis dari depan TV.
"Ngapain lo malah pulang? Bukannya jagain Kakak gue, Kan lo yang di Bela mati-matian sama Kaka gue. Udah buat Kakak gue celaka aja, dia masih baik sama lo! Kurang baik apalagi Kakak gue sama lo!" ucap Hasya dengan tampang bossy saat duduk di sofa.
"Mbak, Mau ganti baju dulu, Sya. Lagian nanti Mbak gantian sama Lena," jawab Hilya berusaha untuk sabar.
"Lo tu nggak tahu diri banget ya jadi orang, udah dikasih tempat tinggal gratis, ngerebut suami orang. Malah nyuruh Kak Lena buat jagain. Aturan Kak Lena yang suruh pulang istirahat dulu, tenangin pikiran karna suaminya direbut sama pelakor kampung kayak lo!" ucap Hasya setelah itu dia bangkit dari duduknya dan meninggalkan Hilya yang sudah menangis menahan rasa sakit di hatinya. Bukan keinginannya untuk merebut suami orang, dia bahkan tidak tau apa-apa, kenapa sekarang dia yang disalahkan. Hilya menghapus air matanya dan segera masuk ke kamar setelah itu balik lagi ke rumah sakit. Dia harus menjaga suaminya supaya tidak terkesan selalu buruk di mata adik iparnya itu.
.
.
"Adapun hamba-hamba Allah yang lemah, yang terzalimi, dan yang ditindas, maka dengarlah balasan Allah ﷻ untuk mereka dalam firman-Nya,
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ. وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)…” (QS:Al-Qashash | Ayat: 5-6)."
****