7. Teringat Masa Lalu

1551 Kata
Sore hari telah tiba, tapi Amira bahkan masih berada di luar galeri kuenya bersama dengan teman bisnisnya yang baru saja akan memulai kontrak setelah akhirnya pria itu setuju untuk menyimpan saham di Galia's cake. Rupanya, Antares Adiwijaya yang merupakan pemilik dari Antafood Grup mempunyai ketertarikan untuk mengadakan kerjasama dengan Amira. Di luar dari mereka yang sudah saling mengenal sejak zaman kuliah dulu meski tak sedekat antara pihak A dan B yang berarti Antares dan Amira hanya saling kenal sebatas tahu nama saja, kini dua anak manusia itu telah dipertemukan dalam kondisi yang jauh lebih dekat dibanding sebelumnya. "Jadi, Mas Anta ini udah fix ya mau taruh saham di galeri kue saya?" lontar Amira untuk kesekian kalinya. Saking tak percayanya dengan persetujuan Antares, ia pun terus bertanya perihal serupa demi memastikan bahwa dirinya tidak sedang salah dengar. Untuk sesaat, pria itu melirik datar ke arah Amira. "Bukankah saya tadi sudah bilang sama kamu? Kenapa kamu terus bertanya perihal yang sama, Amira? Apa kamu sedikit pelupa?" ujar Antares di tengah alisnya yang sebelah naik. Tampaknya, Antares ini ada tipe-tipe orang yang sedikit sarkas. Buktinya, dia berani menuduh Amira pelupa hanya karena wanita itu terus mengajukan pertanyaan serupa terhadapnya. Menyadari itu, Amira pun meringis. "Eng, enggak kok, Mas. Saya bukannya pelupa, tapi saya lagi berusaha buat mastiin kalo Mas Anta beneran gak main-main mau taruh saham di galeri kue saya," tukas wanita itu sembari mengusap tengkuk sejenak. Sebut saja Amira norak atau mungkin dirinya sedang tak percaya akan kesediaan seorang ceo perusahaan makanan terkenal seperti Antares mau mengadakan join kerja dengan dirinya yang justru masih terbilang baru dalam merintis karirnya tersebut. Apalagi, ini adalah kali pertamanya Amira mengadakan kerja sama dengan perusahaan terkenal seperti Antafood. Sebelumnya, Amira hanya menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan kecil saja itu pun dalam jangka waktu yang singkat. Ya, paling tidak ia sudah mempunyai sedikit pengalaman dalam hal itu. Maka dimulai hari ini, Amira mungkin akan jauh lebih giat lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai orang yang dilimpahi tanggungjawab oleh seorang ceo Antafood Grup. Untuk itu, sangat wajar bukan seandainya Amira ingin terus memastikan bahwa Antares Adiwijaya telah benar-benar menjalin hubungan kerja dengan dirinya yang baru bergelut di bidang bisnis perkue-an ini. Mendengar apa yang telah Amira katakan, Antares lantas mendecak. "Memangnya sejak kapan saya suka main-main? Lagipula, kamu berpikir saya adalah tipikal orang yang hobi bermain-main ya? Atau, justru kamu sendiri malah yang suka mempermainkan orang," cetus Antares tanpa diduga. Menyorotkan tatapan terdatarnya tepat ke manik mata sang wanita yang kali ini tengah membelalak penuh rasa kaget. "Hei, hei, kalian masih betah aja duduk manis di kafeku. Apa kalian lupa kalo ini sudah sore banget? Gak berniat buat balik ke tempat kerja masing-masing apa?" seru sebuah suara menginterupsi. Sontak, baik Antares maupun Amira spontan menoleh ke sumber suara yang tak lain adalah milik Venisa yang baru saja muncul menghampiri keduanya. "Saya lagi nunggu sekretaris saya bawa file penting yang harus ditandatangani oleh rekan bisnis saya yang baru. Ada apa? Kamu sudah jengah melihat saya di kafemu selama ini, huh?" balas Antares mengutarakan unek-unek yang mendadak muncul di benaknya. Mendengar itu, buru-buru Venisa pun menggeleng. "Enggaklah! Aku justru malah seneng liat kalian berlama-lama di sini. Dengan begitu, aku jadi punya temen buat ngobrol juga biar gak boring-boring amat setelah semua pekerjaanku selesai aku kerjakan...." tukas Venisa terkekeh. Lantas, gadis itu pun memilih untuk mendudukkan diri di kursi yang kosong di antara si pria dan wanita tersebut. "Kak Nisa, nanti pulang dari sini sekalian mampir ke rumah yuk!" ajak Amira membuka suara. Meskipun awalnya ia sempat tertegun akan perkataan Antares yang bersifat menuduh tanpa bukti, tapi justru kini ia memutuskan untuk mengajak sepupunya itu berbincang saja selagi menunggu sekretaris Antares datang membawakan sejumlah berkas yang harus ia tandatangani nanti. "Wah, kamu ngundang aku nih. Boleh boleh aja sih, tapi ... Kayaknya hari ini aku bakalan tutup kafe agak maleman deh. Soalnya, nanti abis magrib ada performance dari temenku gitu di panggung. Udah janji sejak lama sih, dia mau ikut ramein kafe ini dengan menyumbang beberapa lagu solo andalan yang udah dia kuasai banget. Kalo besok atau lusa aja gimana, Mi?" tutur Venisa yang seketika membuat Amira lantas menghela napas. "Yaah, aku pikir Kak Nisa ada waktu senggang malam ini. Ya udah deh, lain kali aja kayaknya ya, Kak. Sekalian kita rencanain me time bareng kalo bisa!" ujar Amira terkekeh. Sementara itu, Venisa mengangguk setuju bersamaan dengan munculnya seorang wanita berambut pirang yang tahu-tahu datang menghampiri Antares. "Sore, Pak. Maaf saya agak terlambat," sapa wanita itu. Kontan, hal tersebut pun membuat perhatian Amira dan Venisa teralihkan juga ke arah sumber suara barusan yang tengah terpaku pada Antares sendiri. "Kamu kena kendala apa? Kok tumben lamban sekali," lontar Antares menatap lurus. Sejenak, wanita berambut pirang itu menggaruk belakang telinganya untuk sesaat. "Maaf, Pak. Tadi, perut saya agak melilit. Makanya saya agak terlambat datang karena harus bolak-balik dulu ke toilet sebelum saya benar-benar bisa berangkat menuju kafe ini," jawab wanita itu memberitahukan. Sontak, Antares pun mendengkus pelan seraya berdeham. "Amira, kenalkan ... Dia sekretaris saya. Namanya Juliet," ucap Antares kemudian. Membuat Amira dan wanita bernama Juliet itu lantas saling bertatapan sebentar hingga akhirnya mereka saling berjabat tangan sambil menyebutkan nama masing-masing. "Juli, perlu kau ketahui! Amira ini adalah rekan bisnis Antafood yang baru. Dan saya pikir, kalian akan cocok satu sama lain. Setelah hari ini, saya akan banyak memberimu tugas untuk sesekali menemui Amira guna mengurus pekerjaan yang terkait. Jadi, saya harap kalian gak merasa sungkan atau segan ya untuk berinteraksi satu sama lain di kemudian hari," ungkap Antares mewanti-wanti. Amira mengangguk setuju. Bagi dirinya, Juliet adalah wanita yang terlihat baik dan mungkin akan bisa diajak kerja sama ke depannya. Tapi bagi Juliet, Amira adalah sebuah duri yang harus Juliet singkirkan secara bertahap. Meski kini seulas senyuman sedang terpatri di bibir bergincu merah wanita berambut pirang itu, tapi dalam hatinya beda lagi. Entah kenapa, Juliet merasa kalau Amira akan menjadi saingan terkuatnya untuk beberapa waktu ke depan. Ya, walaupun Amira sendiri malah berpikir sebaliknya, tapi Juliet justru telah menyusun berbagai rencana untuk setidaknya membuat Amira merasa jera karena sudah mengadakan kerja sama dengan bos tampan tapi dinginnya itu. *** Menjelang magrib, Amira akhirnya bisa pulang juga. Setelah menandatangani kontrak kerja samanya dengan Antares, kini wanita itu pun sudah mulai melajukan Sirion putihnya meninggalkan kafe cozy sepupunya. Akan tetapi, tepat ketika memasuki pertigaan jalan menuju ke jalan raya, tahu-tahu sebuah mobil mewah muncul dari arah berlawanan. Mengingat jalan yang dilaluinya tidak sebesar jalan raya, maka Amira pun harus sedikit memelankan lajuannya demi memberi jalan kepada pengemudi mobil mewah itu supaya bisa melewat. Tanpa sengaja, Amira pun melirik ke arah mobil itu, sebuah mobil mewah bermerek ternama telah Amira lihat dari balik kaca jendelanya. Sayang, mobil mewah itu sendiri menggunakan jenis kaca jendela hitam yang tak bisa ditembus pandang dari arah luar. Namun apa peduli Amira? Toh ia pun tidak berminat untuk berkenalan dengan pemilik mobil itu. Hanya saja, melihat mobil mewah seperti itu, tanpa diduga Amira justru telah mengingat sosok mantannya yang dulu selalu menggunakan mobil mewah ketika bersekolah. Ragapan Danendra. Ya, dulu zaman sekolah Raga suka sekali menggunakan mobil sport mewah bermerek terkenal. Dia bilang, tangannya suka alergi kalau misalkan dia menyetir mobil yang berjenis biasa. Mengingat itu, Amira pun tersenyum kecil tanpa sadar. Sampai ketika Amira ingat bahwa saat ini semua itu telah menjadi kenangan, Amira pun mendesis kesal di tengah tangannya yang bergerak refleks menepuk dahi. "Apa-apaan sih. Kenapa gue harus inget dia lagi," bisiknya mendecak. Lalu, setelah mobil mewah yang ia ketahui berjenis Pagani Huayra itu melaju lancar melewatinya, Amira pun langsung tancap gas membelah jalanan di bawah langit yang sudah mulai menggelap. *** Wanita itu memijit tengkuknya yang terasa pegal. Akhirnya, ia bisa juga mengempaskan b****g indahnya ke atas sofa empuk yang tersedia di ruangan tengah rumahnya. "Mbok!!" seru Amira sembari merebahkan kepalanya ke sandaran sofa. Tak lama kemudian, pembantunya pun datang menghampiri. "Ya, Non? Non Mira manggil Simbok?" sahut wanita paruh baya itu setibanya di dekat Amira. "Iya. Badanku udah kerasa lengket banget nih. Tolong siapin air hangat ya buat aku mandi!" titah Amira menatap melas. "Oh itu. Siap, Non. Simbok siapin sekarang juga...." angguk pembantunya santun. "Makasih ya, Mbok." Amira tersenyum hangat pada wanita yang sudah selalu melayaninya selama ini. "Sama-sama, Non. Kalau begitu, Simbok undur diri ya, Non." Amira mengangguk dan membiarkan pembantunya bergegas pergi guna menunaikan tugas yang baru saja diberikannya. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja Amira mendengar suara denting bel dari balik pintu utama sana. Ting tong! Mengernyit, Amira pun bergumam, "Siapa yang bertamu jam segini...." Ting tong! Seakan tak sabar, si tamu kembali menekan bel yang seketika membuat Amira terpaksa harus bangkit dari duduk santainya. "Siapa sih," desisnya. Lantas, kini ia pun mulai berjalan menuju ke ruang depan. Mengingat pembantunya sedang disuruh menyiapkan air hangat untuk dirinya mandi, maka mau tak mau ia sendiri yang harus membukakan pintu. Hingga setibanya ia di depan pintu, tanpa pikir panjang Amira pun segera meraih pegangan pintu tersebut dan menariknya hingga terbuka. Saat kayu mahoni itu sudah ia tarik, seorang pria dengan wajah yang tak asing pun telah menampilkan senyuman khasnya di hadapan sang wanita. Melihat itu, sontak Amira pun tertegun kaget seiring dengan terdengarnya pria itu yang menyapa dirinya lebih dulu. "Hai, Mira! Long time no see...." Dalam sekejap, Amira pun kembali teringat akan kenangan buruk yang menimpanya saat kali terakhir ia berjumpa dengan sosok di hadapannya ini. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN