"Silahkan diminum, Pak!" Kuletakkan cangkir kopi di hadapan Pak Surya. "Terima kasih, Tari." Aku pun ikut duduk hingga kami saling berhadapan. Pak Surya menyesap kopi yang sebelumnya ia tiup-tiup karena masih panas. Tanpa sadar aku justru memperhatikannya hingga buru-buru membuang pandangan karena takut terpesona akan dirinya. Sungguh ketakutan untuk kembali jatuh cinta sangat menyiksaku. "Kamu tidak ada rencana untuk mengembangkan usaha kedai ini? Mungkin ingin membuka cabang seperti kafe atau tempat makan. Karena jika kulihat potensi dari kedai ini lumayan besar. Menu-menu yang disajikan sesuai dengan selera anak-anak sampai remaja-remaja dan harganya pun terjangkau. Mungkin ada baiknya jika kamu kembangkan sebagai tempat nongkrong juga dengan menu-menu orang dewasa." "Niat seperti i