"udeh udeh kal, dia juga kan gak tau apa-apa" ucap riki untuk menenangkan.
"Dia nya aja b**o, punya hape gak di gunain" ucap rekal, ia sungguh emosi. Ia hanya tak ingin ada yang terluka karena ulah musuh sekolah nya apalagi yang menjadi korban nya adalah wanita, sekalipun ia tak tersentuh oleh wanita ia juga tak ingin melihat luka di wanita.
"Udeh ah ngomul mulu lu anjir" ucap bimo
"maaf ya neng ana" lanjut bimo
"eh ko lu tau nama nya" ucap riki
"iya, satu sekolah tau anak baru yang cantik ini" ucap bimo
"ko gue gak tau?" ucap riki
"lu nya aja ketinggalan jaman" ucap bimo, sedangkan jitakkan riki persis mendarat di kepala bimo.
"kepala gue kan di doain k*****t" ucap bimo kesal,
"pantesan, di doain aja ama k*****t" ucap riki
"lu k*****t nya" ucap bimo
"eh sekali lagi maaf ya ana" lanjut bimo, ana hanya mengangguk
"ngapain lu minta maaf, dia yang salah juga" ucap rekal dengan sangat judes, ana yang mendengar nya hanya diam. Baru kali ini ia di perlukan seperti ini kepada pria, biasa nya pria akan mengejar nya dan memohon maaf pada nya.
drrtt
drrtt
"ada apa?" ucap rekal, ketika mengangkat telpon yang bertanda dari adik kelas nya.
"...."
"Malemnya kumpulin, obatin dulu yang pada luka" ucap rekal, lalu mematikan telpon nya dengan sepihak, riki bimo yang melihat nya hanya menatap satu sama lain.
"siapa" ucap riki
"diki" ucap rekal, riki dan bimo hanya ber oh ria.
"Gue balik" ucap rekal, lalu berbalik arah. Ia menuju parkiran, sedangkan yang lain hanya menatap jengah.
"eh anterin ana dulu kal" ucap riki berteriak
"eh gak usah ki, gue pulang sendiri aja" ucap ana
"Maaf ya atas kelakuan temen kita" ucap riki
"Biasa dia emang gesrek kaya gitu" ucap bimo, sedangkan ana hanya tersenyum kecut. Tadi aja harusnya ia melawan, di banding harus di tolongin sama manusia es gak punya perasaan itu, pikir ana.
"Iya gak papa ko" ucap ana, tak lama kemudian motor ninja kuning keluar dari gerbang lalu berhenti tepat diantara mereka bertiga. Ya mereka tau itu adalah rekal.
"Naek" ucap rekal singkat, mereka bertiga di buat bingung.
"Gue?" Ucap riki
"Bukan!" Ucap rekal
"Lu si t***l rekal kan bukan homo" ucap bimo berbisik ke riki
"Naek buru" ucap rekal kembali.
"Na, kaya nya dia nyuruh lu" ucap bimo, ana yang bingung menunjuk dirinya tanpa berkata.
"Eh gak usah" ucap ana
"Gue bilang naik ya naik" ucap rekal dengan tatapan tajam dan muka yang datar, bimo langsung mendorong ana ke arah motor rekal. Ana yang bingung, hanya mengerutkan kening nya. Riki dan bimo hanya mengisyaratkan untuk segera naik ke motor rekal.
"Buruan!" Ucap rekal, ana memutuskan naik ke motor rekal di banding harus berdebat dan emosi melihat tingkah nya. Rekal melajukan motor nya dengan kecepatan biasa, karena ia tahu sedang membawa nyawa orang lain.
"nama gue ana" ucap ana memulai pembicaraan di atas motor, namun rekal hanya diam walau ia mendengar nya.
"pasti nama lu rekal ya" ucap ana kembali, seolah berusaha mencairkan suasana kaku dia atas motor.
"gue minta maaf ya kal udeh buat lu harus turun kejalan karena mau nolongin gue, sumpah ya seharus nya lu gak usah kal. Gue jadi ngrasa gak enak sama lu, apalagi sampai buat wajah lu jadi luka gitu. Gue tau gue salah, tapi itu kan gak gue rencanain" ucap ana kembali dengan dialog panjangnya, rekal masih diam membisu sambil focus mengendarai motor nya.
"kal?"
"kal"
"kal"
"kal--ong"
"lu beneran marah?" ucap ana, tak tahan dengan kecerewetan ana. Rekal mengrem mendadak,hingga membuat kepala ana membentur helm milik nya.
"aduh rekal sakit!" ucap ana menggaduh kesakitan, dan memegang kening nya yang sedikit memerah
"lu bias diem gak? gak usah berisik" ucap rekal
"yaellah lu" ucap ana
"turun dah kalo lu gak mau diem" ucap rekal
"eh iya iya , gue diem dah" ucap ana sambil mendengus kasar, ancaman rekal sungguh tidak berkenan
"kemana?" ucap rekal
"hah?" ucap ana
"rumah lu ke arah mana?" ucap rekal, ana hanya ber oh ria.
"lurus aja ntar pas lampu merah" ucap ana, rekal diam tak menjawab.
"untung ganteng lu" Batin ana.
Ketika sampai di lampu merah tanpa sadar banyak yang melihat sambal mendoakan mereka Bersama, karena melihat ke cocokan mereka. Tapi mereka yang mendoakan tidak tahu kalo mereka bukan lah sepasang kekasih. Ana melirik kanan kiri, hingga ia memfokus kan pandangan nya ke spion motor yang menampakkan wajah rekal yang tertutup helm full-face dengan wajah serius nya, membuat kesan tampan dalam diri nya, ana tersenyum manis.
"kemana lagi?" ucap rekal, ana diam. ana tak menjawab karena bengong memikirkan rekal yang membuat nya menarik.
"woy"
"woy, budge apa congek lu?" ucap rekal sedikit berteriak, ana yang menyadari terlonjak kaget, namun ia dapat menetralisirkan wajah kaget nya.
"komplek Y, gerbang cat putih" ucap ana, lalu rekal melajukan kembali motor nya dengan menambah kecepatan, tanpa sadar membuat ana memegang pinggang rekal, sedangkan rekal hanya diam tanpa reaksi apa, biarkan lah. Setelah menengok kanan kiri untuk mencari gerbang putih, ia memberhentikan motornya.
"eh ko berhenti" ucap ana
"turun" ucap rekal
"ko lu tega nurunin gue di sini si" ucap ana, rekal hanya mendengus kasar. Ia beneran tak sadar atau kebangetan bodoh. Ana terpaksa turun dengan wajah yang di tekuk cemberut.
"besok-besok kalo punya otak jangan di tinggal" ucap rekal, lalu melajukan motor nya dengan kecepatan penuh setelah mengucapkan kata itu.
"rekal awas lu!" ucap ana berteriak ketika melihat motor rekal sudah menjauh dari nya
"anjir emang gue b**o banget apa" ucap ana kesal
"non, mobil nya kemana?" ucap seseorang
"eh ko suara bibi si" Batin ana, lalu ia menengok ke sumber suara. Lalu melihat keadaan sekitar, dan ia menepuk jidat nya pelan.
"pantesan! malu banget anjir gue" ucap ana pelan, kemudian ana masuk ke dalam rumah nya, ia tak sadar jika ia sudah sampai di rumah nya tadi, pantas saja rekal berkata seperti itu ternyata emang bener otak nya ana ketinggalan. Ia di buat malu sendiri oleh sikap nya.
Di sisi lain, setelah mengantar gadis tersebut rekal langsung menuju kerumah nya. ia memarkirkan motor nya di dalam garasi nya. Ia lalu masuk kedalam rumah nya.
"udeh pulang den?" ucap bibi
"iya bi, ayah belum balik?" ucap rekal
"belum den, den rekal mau makan apa? biar bibi buatin" ucap bibi, rekal tersenyum lembut
"nanti aja bi" ucap rekal, ia lalu melangkah kan kaki nya menuju kamar nya. Ia langsung merebahkan tubuh nya di Kasur king size miliknya. Lambat laun, mata nya mulai memberat menandakan ia mengantuk.