BAGIAN SATU
REKAL ZEINOI PRATAMA yang tumbuh dengan seorang pria paruh baya yang terkenal dalam bisnisnya, Ia dingin, cuek, bahkan kejam dengan perkataannya. Siapa wanita yang tidak terpesona oleh tatapan nya, wanita manapun siap antri untuk bisa bersama dengan nya, tapi tidak dengannya. Rekal masih mengingat jelas soal masa lalu, itu juga yang selalu mengusik di alam mimpinya, kejadian demi kejadian ia masih ingat bagaimana ia terluka karena perkataan orang dari masa lalu nya. Sungguh menyakitkan memang.
"anak gatau diri"
"Saya benci kamu"
"Pergi dari hidup saya!"
"Pergi kau pembunuh"
"Pergi sana"
"Pembunuh dasar"
"Keluar dari rumah"
"Saya akan coret nama kamu di kartu keluarga"
"Anak gak tau di untung"
Plak!!!
"Bukan, saya bukan pembunuh. Bukan saya!!" Ucap rekal berteriak, lalu terbangun, keringat dingin bercucuran di wajahnya
"s**t, mimpi itu lagi" gumam rekal yang terbangun dari mimpi buruknya. Lalu ia bergegas untuk ke kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya. Ia menangis di dalam air percikan shower nya, kepalan tangan yang terus menonjok dinding kamar mandi nya membuat memar hingga mengeluarkan sedikit darah. Sungguh menyakitkan untuk mengingat, padahal sudah tujuh tahun ia berkutik untuk melupakan masa lalunya, namun sialnya mimpi itu datang dan kembali mengingatkan nya. Setelah ia selesai mandi, ia bergegas turun untuk menikmati makan bersama ayah nya.
"Udeh bangun kamu?" Ucap Boby / ayah nya. Ketika melihat rekal berjalan ke arah nya.
"Iya yah" ucap rekal, ia lalu menggeser kursi dan duduk. Ia kemudian menyendok nasi goreng buatan Bibi. Rekal makan dengan tenang, hanya tarian sendok dan garpu yang terdengar.
"Kamu mengingat nya kembali?" Ucap ayah, rekal menghentikan aktifitasnya lalu menatap ayah nya dengan sangat lekat. Ia tak menjawab, hanya ingin tak ingin membuat ayah nya khawatir ia melanjutkan suapan makan nya.
"Tangan mu, jangan lupa di obati" ucap ayahnya, rekal yang mendengar nya lalu melihat tangannya dan hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Jangan ingat masa lalu terus, kamu sudah punya ayah. Ayah akan melindungi kamu. Walau kamu sudah besar, kamu masih anak manis 7 tahun yang lalu" lanjutnya. Lalu sang ayah berdiri dan menyambar jas nya untuk segera bekerja.
"Hati-hati yah" ucap rekal, ayah nya lalu tersenyum lembut. Rekal kembali melanjutkan aktifitas makan nya. Setelah menyelesaikan makan nya ia kembali ke atas, ya hari ini ia tidak bersemangat untuk bersekolah, mood nya lagi tidak baik dalam hal apapun. Ia merebahkan diri nya di kasur king size miliknya, dan lalu ia memegang lengan atas nya, luka di lengan yang menjadi saksi bagaimana waktu tujuh tahun yang lalu ia di usir dengan paksa, luka persis kuku yang menancap saat itu menjadi saksi kalau ia seolah di paksa untuk mengaku perbuatan yang tak ia lakukan. Sungguh ia tak membunuh kakak nya, sakit hati yang terus membuncak di hati nya seolah tak mau menghilang. Orang tua kandung nya yang ia kira menjadi cinta dalam segala hal ternyata seburuk itu memperlakukannya, apa semua orang membenci nya? Itu pikirnya saat itu.
Tak pikir panjang, dibanding ia harus mengingat kejadian itu terus menerus ia memutuskan untuk pergi. Ia memakai jaket levis nya, lalu mengendarai motor ninja kesayangan nya. Ia mengendarai tanpa arah, karena memang ia tak ada tujuan awalnya. Sampai ia berhenti di sebuah taman yang ramai sekali sama pengunjung nya .
"Bang air mineral satu" ucap rekal ketika berhenti disebuah pedagang kecil, tak lama ia langsung menenggak air mineral tersebut.
Bruk!
Tak sengaja ada yang menubruk rekal, hingga minuman ia jatuh.
"Maaf nak saya tak sengaja" ucap seseorang yang rekal yakini adalah seorang ibu-ibu paruh baya, ia menengok kearah ibu tersebut, rasa dendam kembali bergejolak, ia ingat wajah itu, ingat sekali bahkan masih melekat di ingatan nya, tangan yang terkepal tak sengaja meremukkan botol yang telah ia ambil tadi. Sedangkan sosok ibu tersebut menatap bingung.
"Nak?" Ucap ibu itu kembali untuk menyadarkan pemuda yang ia tubruk nya dengan tidak sengaja. Rekal pergi begitu saja, ia menaruh uang lima ribu untuk membayar minumannya. Ia bergegas kembali ke motornya, lalu melajukan motornya dengan kecepatan penuh, air mata yang tanpa di perintahkan menetes dari sudut mata nya, hati nya yang sesak, bahkan luka di lengan atas nya seolah merasakan kembali bagaimana terluka nya ia.
Sedangkan di sisi lain, seorang ibu yang menatap kepergiannya merasa bingung. Ia berfikir apa ada yang salah, padahal ia sudah minta maaf atas ketidak sengajaan itu.
"Ibuuuu" ucap seorang gadis, yang dipanggil nya pun menengok dsn memberi senyum manis.
"Ibu dari mana aja si, aku cariin tadi" ucap kembali gadis tersebut.
"Ibu mau beli minuman" ucap ibu nya, namun ibu tersebut kembali bengong, dan masih melirik ke arah motor yang perlahan hilang dari arah pandang nya.
"Hey, ibu kenapa? Ko bengong? Ada masalah?" Ucap gadis tersebut menyadarkan ibu nya yang bengong menghadap ke jalanan.
*Oh tidak apa-apa nak" ucap ibu nya.
"Yaudah yuk pulang" ucap gadis tersebut, lalu menggandeng tangan ibu nya dengan erat.
Rekal telah sampai di rumah nya, ia langsung memarkirkan motornya di bagasi nya. Hari ini yang ia fikir akan menghilangkan badmood nya ternyata malah menambah hancur mood nya. Ia masuk ke kamar, tak peduli sapaan terhadap bibi nya yang berada di rumah, ia menutup kamar kencang hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.
Brak!!!
"Ada apa ya dengan den rekal" ucap bibi, ketika mendengar suara nyaring dari pintu. Tanpa pikir panjang, ia pun menuju ke lantai atas untuk sekedar bertanya apa yang sedang terjadi kepada anak majikan nya tersebut.
Tok
Tok
Tok
"Den"
"Den rekal"
"Apa aden baik-baik saja" ucap bibi, sambil mendekatkan kupingnya ke arah pintu.
"Ekal baik-baik saja" ucap rekal berbohong
"Jangan bikin bibi khawatir den, apa perlu bibi telpon tuan?" Ucap bibi
"Jangan. Bibi kembali saja ke dapur" ucap rekal, mendengar perintah dari anak majikannya ia lalu kembali ke dapur.
Mendengar bibi nya kembali menuruni tangga, membuat rekal sedikit lega. Ia sungguh tak ingin membuat khawatir, bagi nya bibi nya orang yang ia sayang dan percaya setelah ayah angkat nya, orang yabg ia percaya tidak akan membuat luka di hati nya, tidak akan membuat goresan di fisik ataupun hati nya. Rekal kembali mengepalkan tangan nya, ia menuju kamar mandi untuk melampiaskan emosi yang tersirat sejak di taman. Darah yang kembali mengalir, luka yang ada di jari-jari nya akibat pukulan ke dinding kembali mengeluarkan darah.
Bugh!
Ia memukul keras kaca yang berada di kamar mandi nya, hingga membuat retak seluruh kaca. Menurutnya itu lah hati nya ia retak berkeping-keping! Darah terus mengalir di sekitar tulang-tulang jari nya.
"Kenapa dia harus datang! Kenapa!!!" Ucap rekal berteriak, lalu ia duduk sambil menjambak frustasi rambutnya.