Bell pulang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, semua siswa berhamburan untuk segera pulang, semua di pulangkan dengan cepat karena ada rapat mendadak untuk para dekan sekolah. Namun tidak dengan Rekal, riki dan bimo yang masih berada di lapangan.
"Kal tangkap" ucap riki, lalu melempar bola basket ke arah rekal. Rekal yang menangkap nya dengan sigap, lalu melemparkan dari tribun ke arah ring, dan bola itu berhasil masuk. Sedangkan riki, dan bimo menatap kagum. Mereka lalu bertepuk sebelah tangan.
"Gilaa keren banget boskuuuuh" ucap bimo
"Mantap banget dah emang abang rekal" ucap riki, sedangkan rekal lalu memfokuskan diri dengan memainkan handphone nya, tentu banyak notifikasi yang terus-menerus berdering dari instagramnya, banyak yang memfollow dan bahkan mencomment ig rekal dengan sangat random. Rekal bukan lah tipe yang suka mengupload foto selfi nya sendiri, hanya beberapa foto yang terpajang di sosmed nya dan itupun foto ia yang menghadap kebelakang dan blur.
"Gue balik" ucap rekal, lalu mengambil tas nya dan menaruhnya di bahu kanan nya. Sedangkan riki dan bimo menghentikan permainan basket nya, lalu mengambil tas nya dan menyusul rekal yang sudah berjalan lebih dahulu.
"Kebiasaan banget dah" ucap riki
"Iya emang kita apaan di tinggal terus" ucap bimo, sedangkan rekal hanya memutar bola mata nya dengan malas. Lalu mereka bertiga berjalan menuju parkiran yang sudah keliatan sepi, hanya tersisa beberapa motor dan mobil, terutama motor mereka.
"Eh kita maen kerumahnya rekal yuk bim" ucap riki
"Wah boleh tuh. Boleh gak kal?" Ucap bimo, sedangkan rekal hanya mengangguk saja, ia lalu menaiki motornya dan melajukan motor nya, tentu di iringi oleh kedua teman nya di samping. Rekal tiba-tiba ngrem mendadak, yang di ikuti oleh kedua teman nya.
"Kenapa si kal?" Ucap bimo sambil membuka helm full face nya, lalu rekal mengisyaratkan hanya menggunakan mata nya. Riki dan bimo yang bingung, mengikuti arah mata rekal, dan mereka lalu tersenyum miring ketika mengetahui apa yang membuat rekal berhenti. Mereka bertiga membuka helm full face nya, lalu merapihkan rambut mereka yang sedikit berantakan secara berbarengan.
"Gimana nih kal?" Ucap riki
"Hadepin lah ki" ucap bimo
"Gila kal gak ada kapok nya si denan" ucap riki
"Turun" ucap rekal, lalu riki dan bimo mengikuti arahan rekal sambil mengeluarkan seringai nya.
"Udeh lama gak mukul denan gue" ucap riki
"Woy b******n!" Ucap denan berteriak dari seberang sana, sedangkan riki, bimo tersenyum miring mendengar teriakan dari denan dan rekal hanya menghisap rokok yang ada di tangan nya, ya sudah menjadi kebiasaan rekal sebelum menghadapi musuh nya ia menghisap rokok untuk merelax'kan diri nya.
"Wah songong dia" ucap riki. Rekal dkk maju perlahan begitu juga dengan denan dkk. Tanpa aba-aba geng Grats menyerang, riki dan bimo yang kaget langsung menyiapkan tenaga, sedangkan rekal hanya bermuka datar dengan sesekali membuang ludah dengan tatapan ke arah denan, seolah menantang dan meremehkan denan.
Bugh
Bugh
Bugh
Dakk
Bugh
Dakk
Terjadi baku hantam saling serang di antara mereka, muka riki dna bimo yang sudah babak belur, namun masih dapat memenangkan perkelahian tersebut, sedangkan rekal hanya babak belur sedikit karena daoat menghindar dari pukulan denan dkk yang mengkroyok nya.
"Eh b******k berani keroyokan lu" ucap riki, ia lalu berlari dengan ancang-ancang siao untuk menendang, dan berhasil. Ia melumpuhkan beberapa geng denan dengan tendangan maut nya.
"b******n dasar" ucap bimo, ia memukul geng denan dengan sekuat tenaga, prinsip mereka. Mereka hanya boleh kalah sama yang pantas mengalahkan mereka, namun Geng Grats yang di pimpin denan tidak pantas mendaoat predikat itu.
Di sisi lain ana yang sedang berjalan menyusuri jalan untuk memberi makanan di pinggir jalan sana kaget menemukan sekelompok orang berkelahi namun lawan nya tidak imbang 10:3 apa tidak pengecut. Ia menyipitkan mata nya untuk melihat, seperti nya ia mengenal.
"Denan" ucap ana berbisik, lalu ia melihat lagi ke arah lain.
"Rekal!" Ucap ana. Ana mendekat kan diri di balik pohon, tanpa pikir panjang ia mencari ringtone yang seperti suara sirine polisi lalu ia menyalakan nya dengan full. Tentu semua yang ada di situ kocar kacir berlarian, lalu melajukan motor nya dengan sangat kencang, namun rekal ddk tidak mereka bangkit dan mengelap sudut bibir mereka yang mengeluarkan darah
"Kal darah lu banyak banget" ucap riki, yang melihat sudut bibir rekal sepertinya robek sedikit, karena baru kemarin luka itu di obatin sekarang berkelahi lagi.
"Kal duduk dulu" ucap bimo, lalu mereka berdua membopong rekal ke pinggir untuk duduk menenangkan emosi yang masih membuncak. Rekal dkk memang menang, namun tidak di pungkiri mereka juga cukup kehilangan banyak tenaga untuk melawat 10 orang tersebut.
"Kerumah gue aja, buat obatin luka nya" ucap seseorang tiba-tiba, mereka bertiga yang tadi nya menunduk lalu mendangak untuk melihat siapa.
"Ana" ucap riki
"Ko bisa lu" ucap bimo
"Jangan-jangan polisi itu" ucap riki
"Gue yang sengaja bunyiin" ucap ana, lalu ana berjongkol untuk melihat keadan rekal, ia tidak parah namun darah dari sudut bibir nya terus mengalir.
"Ayuk kerumah. Itu darah lu ngalir terus" ucap ana, namun rekal bungkam, ia hanya diam saja sambil mengelap darah yang terus mengalir di sudut bibir nya, ketika ingin mengelap lagi tangan nya di tepis kasar oleh ana. Rekal yang melihat menatap tajam namun dengan tatapan bingung juga
"Jangan di elap pake tangan, tangan lu kotor" ucap ana
"Nanti infeksi" lanjut ana.
"Astagaa kal jadi lu enak mulu di perhatiin bidadari" ucap riki
"Padahal yang babak belur kita" ucap bimo. Sedangkan ana yang mendengar hanya tersenyum malu.
"Yaudah kal kerumah si ana aja dulu" ucap riki
"Lu aja" ucap rekal, ana yang mendengar mendengus kasar.
"REKAL! GUE CUMAN NOLONG, MAU NGOBATIN LUKA LU, RIKI DAN BIMO!" ucap ana sedikit membentak, kali ini kesabaran nya sungguh di ujung, rekal hanya menatap datar pada ana.
"Huft sabar ana sabar" ucap nya kembali, sambil menarik napas lalu menghembuskan nya pelan-pelan. Riki, dan bimo yang melihat tertawa pelan, sungguh unik dan langkah cewe seperti ana pikir mereka. Rekal berdiri, lalu menyalakan motor nya. Ana pasrah, jika rekal tak mau ya sudah, ia tak ingin memaksa nya lagi.
"Jalan" ucap rekal, riki dan bimo yang mendengar itu bergegas berdiri dengan perlahan karena masih nyeri di luka nya.
"Naik" ucap rekal, sedangkan mereka menatap bingung, menatap satu sama lain.
"Oh, naik na. Lu yang disuruh naik" ucap riki, lalu ana menunjuk diri nya dan riki mengangguk bertanda iya. Sedangkan ana naik ke motor rekal, dengan memegang bahu nya rekal, sebenarnya rekal sedikit meringis namun yang lain tak mendengar, memar di bahu nya yang di tendang keras oleh denan baru ia rasakan.