BAGIAN DELAPAN

1077 Kata
"Itu udeh seminggu yang lalu" ucap rekal, riki yang mendengarnya lalu terdiam, dan tersadar lalu memaksa memuntahkan minumannya yang sudah ia tenggak abis, sedangkan bimo yang melihat riki hanya tertawa tanpa henti, begitu juga dengan rekal, ia tersenyum ketika dapat menjahili sahabatnya yang kebangetan konyol itu. . . . "Bercanda" ucap rekal "b******k lu kal" ucap riki "Ah coba tadi gue videoin" ucap bimo, lalu diselingi tawa oleh nya, ia tak bisa berhenti tertawa ketika riki memaksakan memuntahkan minumannya dengan memasukkan jarinya ke mulutnya, muka riki yang memerah membuat ia tak habis-habisnya tertawa. "Muka lu ki maya pantang monyet" lanjut bimo. "Siake punya temen" ucap riki. Lalu mereka bertiga duduk di bangku dari peti telur yang terbuat dari kayu. "Kal menurut lu si ana gimana?" Ucap bimo, rekal yang mendengarnya langsung menghentikan aktifitas nya menenggak minuman kaleng nya. "Biasa" ucap rekal "Biasa? Mata lu silinder ya kal?" Ucap riki "Kaya nya otaknya si ki" ucap bimo, sedangkan rekal menatap keduanya lalu mengerutkan keningnya seolah bertanya emang ada yang salah(?) "Ana cantik, lu bilang biasa aja" ucap riki "Menurut lu" ucap rekal "Emang tipe lu kaya gimana si?" Ucap bimo "Gak Tau" ucap rekal, riki yang mendengar jawaban rekal ingin sekali memukulnya namun ia tak ingin masuk rumah sakit, walau ia tahu rekal tak akan membalas jika sekedar mengingatkan. "Ah udahlah bim, jadi gue yang kesel kan" ucap riki, sedangkan rekal hanya tersenyum miring, memang begitu sifat rekal, aneh dan susah ditebak. Bahkan ia tak tau tipenya seperti apa. "Untung temen kal" ucap bimo, lalu mengelus d**a nya seolah harus bersabar menghadapi satu temannya ini. Brak! Ketiga orang tersebut menengok kearha sumber suara yang menandakan ada barah yang jatuh. "Awww" "Eh siapa itu anjir" ucap riki "Berani-beraninya keatap sini" ucap rekal, lalu mencengkram kaleng minumannya hingga tak terbentuk. Riki dan bimo yang melihat hanya menatap lekat, seolah bertanda tidak baik jika rekal sudah seperti ini. "Kal" "Rekal" Namun rekal tetap berjalan cepat untuk menemui arah sumber suara yang tadi ia dengar. "Ngapaiin lu disini" ucap rekal dengan dingin, aura yang dikeluarkan benar-benar membuat siapa segan untuk berhadapan dengannya jika ia sudah dalam mode ini. "Gu...." Ucap nya "Loh? Ana?" Ucap riki "Ko lu bisa ke atap sini" ucap bimo "Tangan lu luka tuh" ucap riki ketika menyadari ada luka di tangan ana. "Ngapaiin lu keatas sini? Hah? Lu ngikutin?" Ucap rekal "Udeh deh kal, kesian anak orang" ucap bimo "Kesian kesian! Cewe gak tau diri kaya dia ngapaiin di kasianin" ucao rekal "Eh bacot lu" ucap riki "Kemaren hampir celaka gara-gara tauran, sekarang lukain tangan gara-gara kepo sama orang. Emang dasar otak nya gak ada" ucap rekal dengan dingin, lalu meninggalkan riki, bimo dan ana yang masih diam. Rekal duduk kembali. "Eh na duduk dulu disitu, sambil di obatin" ucap bimo "Gue kebawah aja" ucap ana "Eh jangan daripada di makan rekal lu" ucap riki, mau tak mau ana mengikuti arah langkah kaki riki dan bimo yang mengajaknya untuk duduk bersama mereka, sedangkan rekal mengeluarkan roko dan menghisapnya perlahan lalu mengeluarkan dengan hembusan pelan. "Gue kira dia gak ngrokok" Batin ana "Nih na obatin dulu" ucap riki, lalu memberi obat merah dan hansaplast. "Makasih ki" ucap ana lembut "Makanya jadi cewe tuh jangan petakilan" ucap rekal "Ya maaf si kal" ucap ana, sambil mengobati luka nya, ia meringis sedikit karena menahan perih dari reaksi obat merah ke lukanya. "Lu ngikutin kita berdua na?" Ucap bimo "Iya" ucap ana "Dasar penguntit" ucap rekal, ana yang mendengar hanya mamlu mendengus kesal. "Kenapa?" Ucap riki "Kepo aja, ko kalian sering banget keatas. Dan kata anak-anak lain ini kawasan berbahaya" ucap ana "Ya lu lagi dalam mode bahaya" ucap rekal, ana yang mendengarnya menatap melotot ke arah rekal dan sedangkan riki, bimo hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat nya. "Kalo tau bahaya kenapa kepo?" lanjut rekal, ana hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan yang di lontarkan rekal. "Udeh kal, kesian" ucap riki "Lu jail banget" ucap bimo "Biar tau diri" ucap rekal "Gak semua orang suka di kepoin, gak semua orang asal masuk kawasan yang sudah tau bahaya" ucap rekal "Mulai nggas nya" ucap riki "Yaudah gue kebawah" ucap ana "Bagus, gidah kebawah" ucap rekal, lalu ana berdiri dan melangkah turun kebawah. Ia tersenyum miring, rekal membuat dirinya tertantang untuk lebih mengenal ia lebih jauh lagi. Sedangkan dua orang menatap satu sahabatnya. "Gila dasar" ucap bimo "Emang si rekal mah mulutnya kudu di lakban" ucap riki "Kamu keterlaluan" lanjut riki "Kamu punya simpanan" ucap bimo "Enggak maafin aku" ucap riki "Eh anjir ko jadi nyanyi si" lanjut riki ketika menyadari kalo ia dan bimo lagi menyambung lagu. "Deh iya ya ko jadi nyambung lagu" ucap bimo "Eh kal ana cantik tau" ucap riki menggoda rekal "Biasa aja" ucap rekal "Eh sedeng, dia mostwanted girl ya. Anak baru, cantik, udeh punya ba yak fans" ucap riki Sedangkan disisi lain, ana menuruni tangga dengan hati yang kesal namun membuat ia semakin tertantang untuk mendekati rekal, ia tersenyum sambil memegang luka nya dan memperhatikan langkahnya menuruni tangga. "Hoy" ucap seseorang, ana terlonjak kaget. "Milaaa ih bikin kaget aja" ucap ana "Ya lu nya aja bengong terus, di panggilin gak nengok-nengok" ucap heni "Ah masa, maaf deh" ucap ana, lalu ana kembali tersenyum sendiri membuat kedua temannya menatap nya bingung. "Lu kesambet apaan dah" ucap heni "Eh lu kenapa nih?" Ucap mila ketila menyadari ana memegang tangannya melulu. "Biasa luka kecil" ucap ana "Lu abis dari mana si, tadi di toilet gak ada perasaan" ucap heni "Dari atap" ucap ana, mila dan heni yang mendengarnya hanya bengong, dan berhenti dibelakang ana. "Eh ko berenti si, ayuk ke kelas" ucap ana "Gue gak salah denger kan hen" ucap mila "Gue harap, kita salah denger" ucap heni "Fix kita tanya lagi" ucap mila "Pasang telinga mil" ucap heni "Eh ayuk" ucap ana kembali mengajak, mila dan heni yang tersadar dari kebengong'annya melanjutkan menuruni tangga untuk sejajar kembali dengan ana. "Na" ucap mila "Hah" "Mau nanya lagi nih, ini memastikan aja" ucap mila "Tanya aja" ucap ana "Lu dari mana tadi?" Ucap mila "Kan udeh di bilang gue dari atap. A T A P" ucap ana dengan yakin "Serius?" Ucap heni "Emang muka gue bercanda?" Ucap ana, sambil menghadap kedua temannya lalu menampilkan wajah nya dengan senyuman. "Enggak si" ucap mila "Emang kenapasi" ucap ana "Lu tau kan atap itu bahaya" ucap heni "Tau, tapi nyata nya gak bahaya. Gue malah ketemu rekaall" ucap ana, sedangkan mila dan heni menatap satu sama lain, lalu menatapi ke luka yang berada di tangan tia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN