BAB 3

828 Kata
Pergi pagi, pulang malam merupakan hal biasa jika bekerja di sebuah bank. Lelah sih iya, jangan ditanya lelahnya seperti apa. Tapi ia selalu mengingat gaji yang ia terima setiap bulan. Rasa lelah itu hilang begitu saja ketika melihat gaji yang ia terima. Beberapa minggu ini hubungannya dengan Wira berjalan cukup lancar. Wira mulai mendekatinya, dengan kejutan kejutan kecil, membawakan sarapan, menjemputnya. Kini Wira beralih mengantar jemputnya bekerja. Padahal jarak tempat kerja dan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh, hanya berbeda beberapa halte saja. Maya bukannya tidak mau di antar jemput oleh Wira. Masalahnya laki-laki itu membuatnya tidak nyaman oleh karyawan lainnya. Karena Wira lah menjadi pusat perhatian. Maya berjalan mendekati mobil Fortune milik Wira, dan lalu membuka pintu itu. Wira tersenyum, ketika Maya duduk disampingnya. Lampu dasbor menyala ketika Maya membuka handel pintu. Memperlihatkan wajah lelah Maya, karena seharian kerja. "Sudah makan?". "Belum". Wira meninggalkan gedung tempat Maya bekerja. "Kita makan dulu ya". "Makannya take away saja ya, saya lelah sekali, pengen cepat cepat mandi". "Kita pulang saja kalau begitu, kasihan kamu sepertinya lelah sekali. Kita deliver saja, enggak apa-apa kan makan junk food" Wira memberi saran. "Ya, tidak apa-apa. Terima kasih". Wira yang dikenalnya sejauh ini baik dan perhatian. Tapi ia tidak pernah bertanya Wira bekerja dimana, tinggal dimana, membanyangkannya saja ia sudah tahu, laki-laki itu mampu dan high class. Wira menghentikan mesin mobil, tepat didepan gedung kost Maya. Wira mengikuti langkah Maya, hingga ke pintu kamar. Baru kali ini ia mengajak Wira masuk ke tempat kostnya. Biasa Wira hanya menunggu di depan gedung kostnya, tapi kali ini Maya mengajaknya, ia berterima kasih kepada laki-laki itu karena sudah sudah begitu baik kepadanya. Jadi ia tidak takut jika laki-laki itu berbuat yang tidak-tidak kepadanya. Kost yang di tempatinya bukan kost putri yang tidak boleh menerima tamu laki-laki. Kostnya adalah kost karyawan, dikhususkan untuk para karyawan jadi wajar saja ia bisa menerima tamu dimalam hari, tidak ada batasan waktu. Maya membuka pintu itu, dan Wira mengikutinya masuk. Maya menyuruh Wira duduk di salah satu sofa satu-satunya terletak di dekat jendela. Kostnya hanya sebuah kamar biasa, kamar ukuran 4x3 meter dan kamar mandi didalam. "Maaf, kost saya sedikit berantakkan". Maya menggantungkan tas miliknya di dekat lemari. "Tidak apa-apa, kamu mandi saja. Saya menunggu disini, menunggu pesanan kita datang" ucap Wira. Maya tersenyum dan mengangguk, "iya". Maya lalu mengambil baju dan celana di lemari. Ia lalu melangkah masuk ke kamar mandi. Mandi adalah pilihan yang tepat, rasa lelah. ***** Wira menatap Maya, baju kaku yang dikenakannya sudah berganti dengan kaos barong putih dengan bahan yang lembut dan celana hitam super pendek memperlihatkan paha putihnya yang mulus. Penampilan Maya sederhana, berpakaian seperti ini ia terlihat menggemaskan dan segar. Wira dapat mencium harum mawar dari tubuh Maya. Wira menyuruhnya duduk disampingnya sambil menepuk-empuk sofa. Pesanan yang ia pesan sudah tersedia di meja. "Saya suka ayam krispi, ini adalah penyelamat saya ketika lapar". "Jangan terlalu sering makan jung food tidak baik untuk kesehatan, masih banyak makanan sehat selain makanan seperti ini". Maya tertawa, ketika Wira menasehatinya, "Kamu tahu? Ini adalah makanan favorite saya ketika kuliah dulu dan hingga sekarang". "Tapi tidak baik jika terlalu sering, nanti saya akan, mengubah pola makan kamu yang tidak sehat itu". "Makanan ini enak Wira, saya tidak pernah bosan memakannya. Bagaimana caranya kamu bisa mengubah pola makan saya?". "Setiap hari saya akan menyiapkan makanan sehat untuk kamu, lihat saja badan kamu sudah terlalu kurus". Maya tertawa, ia membuka paper bag itu. Dan mulai mencubit ayam berbalut tepung krispi itu, dan masuk ke dalam mulutnya. "Biarkan saja, wanita sekarang berlomba-lomba menguruskan badan dan diet mati-matian. Tapi saya tetap tenang, makan banyak tapi tetap kurus, makan jung food lagi". Wira ikut tertawa, memang benar apa yang dikatakan Maya. Di luar sana para wanita banyak diet mati-matian agar badannya tetap langsing. Wira tersenyum, ia mengelus rambut Maya. Maya menghentikan aktivitasnya, Ada perasaan hangat menyelimuti hatinya. Setidaknya sekarang ada yang memperhatikannya. Wira menatapnya intens. "Mungkin ini terlalu cepat saya mengatakannya. Tapi saat ini saya tidak bisa menunggu lama lagi. Bisakah kita bersama, menjalani ini? Saya menyukai kamu" ucap Wira dengan kesungguhan hatinya. Maya diam sesaat, seakan sulit bernafas, ia tidak tahu harus berkata apa. Wira mengungkapkan perasaanya. Tubuh Wira semakin mendekat, di elusnya pipi lembut Maya dengan jemarinya. Di tatapnya wajah cantik itu, wajahnya semakin mendekat. Maya tidak bereaksi apa-apa, dan ia tersenyum. Lalu diraihnya tengkuk Maya semakin mendekat, dan ia merasakan bibir tipis Maya. Wira semakin mempererat pelukkanya. Wira memberikan kecupan kecupan lembut di bibir Maya. Wira memberi jeda kepada Maya, agar Maya menolak, tapi dari sekian detik, Maya tidak bereaksi apa-apa dan tidak menolak atas tindakkanya. Wira lalu melanjutkan aksinya, ia mencium bibir Maya, semakin intens. Bibir itu begitu lembut dan membuatnya tidak bisa berhenti untuk melepasnya. Wira tidak menyangka Maya membalas kecupan-kecupannya. Hatinya bahagia karena ia tahu saat ini jawaban Maya. Akhirnya Wira melepaskan kecupannya, ditatapnya bibir bengkak Maya, akibat olehnya. Maya mengatur nafasnya yang sulit di atur. "Saya tahu jawabannya" ucap Wira. Wira memeluk tubuh Maya dengan segenap hatinya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN