Ivi " Diminum dulu tehnya dok." Aku kembali berdiri begitu meletakkan teh hangat di depan Dokter Ravi. Setelah acara peluk-pelukan tadi, sekarang disinilah kami, ruang tamu apartemenku. Aku menyuruh Dokter Ravi masuk karena nggak ingin interaksi kami terlalu banyak direkam cctv koridor. " Makasih." " Sama-sama dok..." balasku sambil duduk. "Masih mau manggil aku dokter?" tanyanya setelah menyeruput teh buatanku. Aku langsung mengalihkan pandangan begitu Dokter Ravi menatapku. Sumpah ya, rasanya canggung banget. Ini beneran Kak Adi? Seriusan? " Lah manggil apa kalau bukan itu?" " Kak Adi..." Dokter Ravi terkekeh. " Apaan. Nggak-nggak, kaya anak kecil aja kakak kakakan." " Mas Ravi?" Deg. Gila nggak sih, cuma gara-gara denger kata 'mas' aja udah bikin darahku berdesir. Hancur sudah