Pertarungan Sengit

1741 Kata
Happy Reading. Tangan Lukas dengan kuat mengcengkram kerah baju Kenzo. Kekuatannya begitu besar sehingga tubuh Kenzo yang belum siap menerima serangan langsung oleng. Tetapi Kenzo tidak mau kalah, mendapati amarah Lukas yang meledak-ledak, dia malah tersenyum ringan, menghinanya dengan telak. Lukas semakin murka, dia lalu menguatkan cengkramannya dan membuat Kenzo hampir terangkat dari lantai, setengah mencekik karena kerahnya yang ditarik. Lukas mengeram dengan marah. “Berani sekali kau menyentuhnya.” Geram Lukas dengan suara mengintimidasi yang menakutkan. Saat ini, mereka tengah berada di atap sekolah. Suasananya sepi, jadi Lukas bebas melakukan apapun terhadap Kenzo, tanpa perlu mencemaskan akan mengundang keributan. Dia harus memberi perhitungan pada Kenzo supaya lelaki itu jera dan berpikir seribu kali jika ingin menyentuh Arabella. Dia sengaja menyuruh Arthur untuk menyeret Kenzo ke atap, supaya tidak menimbulkan kekacauan apabila dirinya tak mampu lagi menahan diri. Selama ini Lukas sudah mencoba bersikap sabar dalam menghadapi tingkah laku Kenzo, namun tidak untuk kali ini. Lukas tak mau lagi menahan-nahan amarahnya. Segera, dia harus memperingati Kenzo dengan cara kasar. "Sudah ku katakan bahwa Arabella tidak ada sangkut pautnya dengan masalah itu. Tetapi kenapa kau selalu menargetkan Arabella untuk melawanku. Apakah kau seorang pengecut? Beraninya kau pada seorang perempuan yang bahkan tubuhnya jauh lebih kecil darimu." Lukas tampak belum puas dalam menumpahkan kemarahannya pada Kenzo. "Kau pikir siapa dirimu, ha! Kalau bukan karena ayahku, kau dan seluruh keluarga mu bukanlah apa-apa." geramnya lagi dengan nada mengancam yang semakin intens, menyelipkan hinaan yang kental di kalimatnya. Mendengar itu, Kenzo yang tadinya memasang ekspresi mencela kini berubah menjadi dingin. Teramat tersinggung dengan kata-kata Lukas yang langsung menjatuhkan mentalnya. "Wanita mu yang lebih dulu menyinggungku. Aku hanya membalasnya dengan cara yang setimpal." ucap Kenzo dengan napas tipis-tipis, menatap Lukas tajam. "Kau hampir membunuhnya. Kau meninggalkan jejak menjijikkan di kulit leher kekasih ku dengan tangan kotor mu. Aku melihat dengan mata kepala ku sendiri, bagaimana Arabella berjuang melepaskan cengkraman mu. Aku melihat jelas bagaimana Arabella memucat seiring dengan semakin kuatnya cekikikan mu. Aku melihat semuanya..." Lukas tidak bisa menyembunyikan ketakutan di wajahnya, dan tangannya yang hampir mencekik Kenzo terasa gemetaran seolah dia belum mampu mengendalikan kepanikan yang menyerangnya tanpa ampun. Kenzo diam-diam memperhatikan ekspresi Lukas yang memucat. Lelaki itu merupakan sosok yang begitu kuat nan dingin bahkan tak mengenal takut. Namun Arabella jelas adalah kelemahan Lukas yang bisa membersitkan di hatinya. Kenzo tentu senang di lain sisi saat mengetahui kelemahan Lukas itu. Lain kali dia akan memanfaatkan Arabella untuk menyingkirkan Lukas, membalas semua perbuatan lelaki itu padanya. "Kalau kau sudah melihatnya, kenapa kau tidak langsung menghajar ku saat itu juga." bukannya merenung akan kejahatannya, Kenzo malah gencar menantang Lukas. "Apa karena kau takut pada nenekmu? Aku tahu, sebelum kau membawa ku kesini, kau sudah merancang semuanya di otakmu. Itu sebabnya kau terburu-buru meninggalkan Arabella dan menyusul kun ke atap sekolah." Lukas benar-benar kehabisan sabar menghadapi Kenzo. Dia menarik kerah baju Kenzo semakin kuat, mencekik lelaki itu. "Untuk apa aku takut. Aku sengaja tidak menghajar mu di depan Arabella bukan karena aku memikirkan kenyamanan orang lain. Tetapi yang ku pentingkan adalah kenyamanan batin kekasih ku. Aku tidak ingin dia melihat ku membunuh mu sehingga mengakibatkan trauma pada psikis dan mentalnya. Jangan terlalu besar kepala, kau dan perempuan tua itu sama sekali tidak ada artinya bagiku." ujarnya dengan nada mengejek yang kental. "Jangan terlalu mencintainya. Bisa saja kau kehilangan wanita itu tiba-tiba." Kenzo menyeringai ketika mendapati keterkejutan di sorot mata coklat Lukas yang tajam. "Katakan apa maksud mu sialaan." Lukas mengumpat kotor sambil menggertakkan gigi. Kenzo terkekeh, "Dia cukup cantik. Ada banyak orang yang menginginkannya. Dan aku yakin bukan hanya aku saja yang mengincar Arabella tetapi juga seluruh keluarga Donzelo. Ayahmu pasti tidak akan tinggal diam, kalau sampai dia mengetahui kau tengah menjalin hubungan dengan sosok perempuan yang tidak sesuai keinginannya." "Ku mengancam ku?" tanyanya dengan nada curiga. Kenzo mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku hanya perlu mendekati Arabella dengan cara baik-baik. Memastikan perempuan itu nyaman di dekatku. Kemudian menunggu sampai ayahmu sendiri yang bertindak untuk memisahkan kalian. Setelah kau dan Arabella berpisah, ku akan datang seperti malaikat di kehidupan Arabella. Meraih kepercayaan perempuan itu, lalu sesudah Arabella bergantung kepadaku, maka aku pasti akan menghancurkannya berkeping-keping. Kau bisa bayangkan betapa menderitanya Arabella jika hal sampai itu terjadi." sahut Kenzo kemudian. Kenzo mengeraskan gerahamnya. Tanpa bisa ditahan lagi, dia kemudian melayangkan bogeman mentah di wajah Kenzo. Lukas mulai menggila, tanpa belas kasih dia kembali melayangkan pukulan kepada Kenzo. Sayangnya lelaki itu lebih dulu menghindar, dan membalas pukulan Lukas dengan menunju perutnya. Kedua lelaki itu terlibat perkelahian sengit, yang mengakibatkan luka-luka parah di beberapa bagian tubuhnya. **** "Perempuan busuk itu membuat ku malu. Aku harus membalasnya." Mia mengepalkan tangannya kuat, menahan diri supaya tidak meledak dalam amarah. Hana memasang ekspresi ngeri, mencari aman dengan tidak bersuara. Seperti orang bodoh dia hanya menganggukkan kepala sebagai dukungan. Sementara itu, Karina dengan berani menatap Mia. Diantara mereka bertiga, Karina memang lebih condong memberi pendapat ataupun dukungan secara nyata kepada Mia dibandingkan Hana. Karina sosok perempuan tangguh yang memiliki jenis jiwa yang hampir sama dengan Mia. Berbeda dari Hana, yang lebih penakut dan penurut. "Arabella dilindungi dua puluh empat jam oleh Lukas. Kita tidak bisa menghabisi perempuan itu di lingkungan sekolah. Aku tidak ingin kau bermasalah kembali dengan Lukas. Tampaknya Lukas sudah tergila-gila pada Arabella." ucapnya memberi saran. Mia menoleh pada Karina. "Kau punya ide lain?" tanyanya dengan senyum misterius. Karina mengurai bibirnya dengan tatapan jahat. "Minggu depan adalah hari pernikahan kakak perempuan Lukas. Ayahku menjadi salah satu tamu yang mendapat kehormatan bisa menghadiri pesta pernikahan itu." "Lalu?" Mia tidak bisa berlama-lama tenggelam dalam rasa penasaran. "Aku tahu kau juga akan menjadi salah satu bagian dari pesta itu. Tamu-tamu yang diundang hanyalah yang memiliki koneksi dengan keluarga Donzelo. Kita bisa datang bersamaan." Seketika ada senyum licik yang muncul di bibir Mia ketika mendengar itu. "Dan aku yakin Lukas pasti sibuk di acara pesta itu sehingga dia melupakan Arabella sejenak. Kesempatan itu bisa kita gunakan untuk menyiksa Arabella. Aku benar bukan?" Karina mengangguk puas, senang karena Mia berhasil menangkap arti dari perkataannya. "Kau bisa membalaskan dendam mu pada Arabella. Aku sudah tidak sabar melihat perempuan itu menangis terisak-isak di bawah kakimu." tambahnya kemudian sambil tertawa. Kemudian tawa Karina menular dan membuat Mia terbahak. Keduanya tertawa puas, pun dengan Hana yang masih belum mengerti sepenuhnya akan pembicaraan kedua sahabatnya juga ikut tertawa, meskipun tawanya terdengar sumbang bercampur bingung. Tiba-tiba Mia menghentikan tawanya ketika melihat semua siswa berlarian menaiki tangga. Rupanya bukan hanya Mia saja yang menyadari ada sesuatu yang terjadi di atas gedung melainkan Karina juga. Perempuan itu bahkan dengan sigap melangkah mendekati salah satu murid, lalu menghentikan secara paksa. "Apa yang terjadi. Kenapa semua orang menuju ke atap sekolah." tanya dengan penasaran. "Lukas dan Kenzo terlibat perkelahian. Dan seisi sekolah bahkan guru sedang menuju kesana." Mata Mia langsung melebar, segera dia melangkah ke arah Karina, ingin meminta penjelasan yang lebih rinci. "Siapa yang sedang bertengkar." Mia menggertakkan gigi ketika meminta keterangan dari Karina. Karina menghela napas panjang. "Kali ini kau jangan ikut campur. Sepertinya Kenzo dan Lukas tengah berkelahi...." "Kurang ajar kau Arabella." sela Mia dengan napas terengah menahan emosi. Tanpa menunggu kelanjutan kalimat dari Karina, dia langsung bergegas pergi, meninggalkan Karina berserta Hana yang menyusul di belakangnya sambil berteriak memanggil namanya. ***** Setelah Mayudi mengoleskan salep di leher Arabella, dia lalu mengambil duduk di samping perempuan itu. "Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Kenzo. Tega sekali dia melukai mu." Mayudi memulai pembicaraan dengan nada kesal, menatap Arabella sedih. Arabella menghela napas lelah dan kemudian terdiam, seolah sedang memikirkan apa yang hendak dikatakannya. "Aku juga tidak tahu kebencian apa yang tengah ditanamkan Kenzo padaku. Dia seperti ingi menelan ku hidup-hidup tadi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku jika Lukas tidak datang." "Dia pasti sakit jiwa." Mia menyembur cepat, mengeluarkan yang tersirat di dalam benaknya. Arabella sekali lagi menghela napas. "Tampaknya dia memiliki dendam kepada Lukas. Tapi sayangnya aku tidak berani menanyakan lebih lanjut. Aku takut Lukas tersinggung dan membuat hubungan kami renggang." Tubuh Mayudi langsung menegang. "Apa kau sudah mencintainya?" sambarnya cepat, setengah tidak percaya. Arabella menggeleng kepala lemah. "Aku tidak tahu. Hanya saja akhir-akhir ini aku merasa sangat nyaman di dekatnya. Lukas seolah-olah memberikan ku sebuah kehidupan baru yang jauh lebih berwarna dan tentunya sangat berarti. Aku... belum bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya ku rasakan pada Lukas saat ini." Mata Mayudi melebar. Ekspresinya menunjukkan keraguan. "Seharusnya kalau memang Lukas mencintaimu, dia tidak perlu menyembunyikan masa lalunya. Secuil kebohongan bisa menjadi bumerang di masa depan yang akan menghancurkan kalian berdua. Aku tidak ingin itu terjadi padamu. Kau baru pertama kali merasakan cinta. Jadi jangan terlalu mudah menyimpulkan perasaan nyaman mu sekarang ini menjadi cinta. Kalau sampai kau terjatuh di dalamnya, bukan hal mudah untuk lepas dari cengkraman sakitnya. Tidak ada luka yang lebih sakit dari patah hati Arabella." Ucap Mayudi pelan, berusaha menasehati Arabella. Arabella tersenyum, kemudian menyentuhkan tangannya di tangan Mayudi. "Berjanjilah kau tidak akan meninggalkan ku ketika aku dalam keadaan terpuruk. Aku hanya memiliki mu, kalau kau juga pergi, aku mungkin tidak akan bisa melanjutkan hidup ku lagi." Mayudi mengangguk cepat, "Kau sahabatku. Apapun yang terjadi aku akan selalu berada di sisimu dan mendukung mu." jawabnya melempar senyum lembut, yang langsung dibalas oleh senyum hangat Arabella. "w************n!" Arabella dan Mayudi terkejut setengah mati ketika mendengar suara teriakan yang tiba-tiba. Keduanya langsung menoleh bersamaan ke arah pintu, syok saat melihat Mia sudah berdiri di ambang pintu. Arabella beranjak dari duduknya, tubuhnya tiba-tiba bergetar ketika mendapati ekspresi marah di wajah Mia. "Apa...apa yang kau mau." ucap Arabella memberanikan diri. Mia menusukkan matanya ke arah Arabella, lalu melangkah cepat dan berdiri di depan perempuan itu. Tangan terayun seketika, menampar wajah Arabella dengan keras, penuh kemarahan. "Kau pantas mendapatkannya. Kau w************n yang tidak tahu diri. Setelah kau menggoda Lukas kini kau pun mengincar Kenzo. Benar-benar perempuan tak tahu malu! Jika kau butuh uang katakan saja padaku, tidak perlu sampai membuka kaki mu lebar-lebar kepada semua lelaki." "Apa yang kau lakukan!" Mayudi berteriak marah, kemudian menarik Mia supaya menjauh dari Arabella. Mia menggertakkan gigi, melempar tatapan membunuh pada Mayudi dan Arabella secara bergantian. "Kau melukainya berengsek!" maki Mayudi kasar ketika menemukan sudut bibir Arabella yang sobek. Mayudi tersenyum jahat, "Berhenti memaki ku. Perempuan sialaan itu pantas diperlakukan seperti itu." "Dasar gila! Aku akan mengadukan ini kepada Lukas!" ancam Mayudi sengaja membawa nama Lukas untuk menggertak Mia. "Kau terlalu naif anak kecil. Kau pikir Lukas akan mendengarkan mu. Lagipula lelaki itu tidak bisa berbuat apa-apa. Laporkan saja, aku ingin lihat bagaimana Lukas melindungi sahabat mu itu." sambung Mia mengulas senyum kemenangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN