BAB 2 Culinary Art

1567 Kata
Tak ada yang bisa menggambarkan bagaimana rasanya kuliah di tempat yang sangat diinginkan oleh setiap Chef. Mana lagi kalau bukan Le Cordon Bleu. Alexa sungguh bahagia menginjakkan kakinya disini. Akhirnya satu langkah untuk menjadi Chef terkenal sudah di depan mata. Dia harus fokus agar bisa menjadi lulusan terbaik disini. "Hai, What's is your name?" tanya seorang wanita berambut panjang. "My name is Alexa. And you?". "My name is Elena". ----- Hari pertama memang membuat Alexa terlihat gugup. Tidak seperti pernikahannya seminggu lalu yang bagaikan mimpi buruk. Banyak sekali mahasiswa dari berbagai negara yang akan belajar disini. Untungnya Alexa sudah berkenalan dengan Elena tadi pagi. Setidaknya dia mempunyai teman yang berasal dari negara yang sama. Saat ini mereka sedang mengikuti kelas awal. Mereka harus harus mempelajari tentang bagian dapur. Mengetahui semua tentang peralatan memasak dan fungsinya. Ternyata sangat banyak sekali mulai dari tradisional sampai internasional. Pada setiap kelas mereka harus selalu mengenakan seragam koki berwarna putih lengkap dengan topinya. Dan sudah pasti di setiap seragam itu ada logo sekolah ini. Satu yang harus kalian ketahui seluruh guru yang mengajar disini sudah tidak diragukan lagi keahliannya dalam memasak. Kali ini Alexa, Elena dan teman lainnya yang seangkatan sedang berada di kitchen. Sungguh menyenangkan dapur yang sangat mewah semua peralatan yang dibutuhkan tersedia. Disini adalah surganya para Chef. "Alexa, kau tinggal dimana?" tanya Elena. Saat ini mereka sudah selesai dengan kuliahnya. "Aku tinggal di flat tak begitu jauh dari sini" jawab Alexa. "Apa kamu tinggal sendiri atau bersama pacar?" tanya Elena to the point. "Sendiri" jawab Alexa singkat. "Hem, apa kau mempunya pacar?" tanya Elena lagi yang masih berdiri di depan lift. "Apakah aku harus menjawab pertanyanmu itu?" bukannya menjawab Alexa berbalik bertanya kepada Elena. Ting Suara lift, menunda obrolan mereka. Alexa dan Elena masuk ke dalam lift tersebut. Alexa menekan tombol 1, karena mereka saat ini berada di lantai 4. "Hem. Itu terserah. Aku hanya bertanya. Maaf kalau aku menyinggung privasimu" ucap Elena merasa bersalah. Lagi-lagi Alexa tidak tahan melihat seseorang dengan wajah seperti itu. "Pada saatnya kita menjadi teman baik. Kita akan saling mengerti satu sama lain" ucap Alexa tersenyum. "Oh, terima kasih. Aku harap kita bisa menjadi teman baik" ucap Elena kegirangan. ----- Saat ini Alexa sedang mengamati penjelasan Mr Degan. Beliau sedang menjelaskan tentang pengenalan bahan baku seperti macam-macam daging, ikan, telur, keju, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, macam-macam bumbu dan penyedap. Oh sungguh melelahkan. Alexa mengira tidak sesulit ini. Ternyata belajar tentang bahan baku sangat sulit. Apalagi kalau mereka tidak peka terhadap ingatannya. Sudah dipastikan untuk penilaian ini, mereka harus mengulangnya. Alexa memegang sepotong daging sapi segar. Daging sapi ini yang sering di gunakan untuk membuat steak. Potongan daging ini terlihat sempurna. Benar-benar teknik pemotongan yang hebat pikir Alexa. Alexa meletakan daging itu kembali di tempatnya. Kini Alexa berjalan ke meja sayuran. Disana Mr Degan sedang memperlihatkan sayuran yang segar dan teknik yang tepat untuk memotong sayur. Beberapa siswa terlihat sedang praktek teknik chiffonade yaitu teknik khusus untuk memotong sayuran seperti kol, selada yang diiris tebal memanjang. Alexa memgang pisaunya. Mr Degan tadi berkata "Pilih pisau yang ringan tetapi harus tajam, pisau harus berbahan stainless stell agar tahan karat". Alexa tersenyum, kalau hanya memotong selada. Dia sudah biasa di rumah. Dan ini sangat mudah. Alexa yakin dia bisa melakukannya. "Ms Jhonson. Pegangan pisau anda salah. Bukan seperti itu. Tetapi seperti ini. Letatkkan ibu jari dan jari telunjuk di bagian atas,  dan jari tersisa di sisi lainnya" ucap Chef Degan dengan membetulkan pegangan pisau Alexa. "Terima kasih Chef" ucap Alexa. Ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Memegang pisau saja harus ada tekniknya. Itulah mengapa setiap orang bisa menciptakan rasa makanan yang beraneka ragam padahal resepnya sama. Ternyata setiap sesi pembuatan ada teknik tersendiri. Sudah hampir menginjak 1 tahun Alexa berada di Paris. Selama itu pula Alexa dan Elena terlihat semakin akrab. Alexa termasuk wanita yang jarang bergaul jadi dia tidak mempunyai banyak teman. Berbeda dengan Elena, dia adalah wanita yang sangat riang dan mudah bergaul dengan siapa saja. Bisa dikatakan semenjak dia bergaul teman yang awet dan akrab adalah Elena. Semenjak mantan pacar Alexa mengkhinatinya bermesraan dengan teman satu sekolahnya. Alexa sudah tidak berniat untuk dekat dengan teman-temannya. Bagi Alexa mereka semua tidak tulus berteman dengannya. Berbeda dengan Elena. Elena selalu setia berada disampingnya. Mereka juga satu kelompok. Setiap waktu mereka sering pergi bersama atau masak bersama untuk praktek apa yang sudah mereka pelajari di kampus. Seperti saat ini. Alexa dan Elena berniat hangout di salah satu Cafe. Alexa dan Elena terlihat berjalan berdampingan. Alexa dengan rambut sebahu yang di ikat dan menggunakan kacamata hitam. Sedangkan Elena membiarkan rambut panjangnya tergerai. Alexa dan Elena duduk di luar dekat jendela. Mereka memesan menu andalan di Cafe ini yaitu hot chocolate (Chocolad chaut). Minuman coklat lezat yang sangat kental. "Ini sangat lezat" ucap Elena sambil menjilat sendok kecilnya. "Bukan" ucap Alexa pelan sambil memajukan badannya ke Elena. Elena yang bingung mengeritkan kedua alisnya. Terasa aneh sekali minuman selezat ini di bilang tidak oleh Alexa. "Tetapi sangat-sangat-sangat-sangat lezat" lanjut Alexa. Spontan Elena dan Alexa terkekeh. Kadang mereka suka berbeda pendapat mengenai rasa makanan. Tetapi dari perbedaan itu membuat mereka lebih dekat, karena bisa saling menutupi kekurangan mereka. "Lexa, apa liburan nanti kamu tidak pulang ke Texas?" tanya Elena. "Entahlah" jawab Alexa malas. Sudah setahun lebih ini Alexa di Paris tetapi dia tidak pernah kembali ke Texas untuk menemui keluarganya ataupun kakanya yang sudah menikah. Ada rasa bersalah pada diri Alexa. Selama setahun ini dia terlalu fokus dengan aktivitasnya. Sehingga melupakan keluarganya. Alexa juga jarang sekali memberi kabar. Terakhir kali 6 bulan lalu saat dia mengetahui Catalina akan menikah dengan Robet. Dan Alexa baru tahu ternyata kakanya sedang mengandung 7 bulan anak Robet. Pantas saja yang menikah dengan James adalah dia bukan Catalina. Mungkin saat ini Catalina sudah melahirkan dan mempunyai anak yang lucu. "Cup...cup. Sudahlah, aku paling tidak suka melihat tampangmu seperti ini. Bagaimana liburan kenaikan tingkat 2. Kau ikut aku dan Kakakku ke Roma" aja Elena. "Roma?" tanya Alexa sekali, dia takut telinganya mendengar kata yang salah. "Ya, aku sudah cerita. Kakakku Peter ingin liburan dengan kekasihnya. Jadi dia mengajakku ke Roma" ucap Elena. Roma? Berarti itu di Italia. Oh tidak!! Selama setahun ini dia tidak pernah mengetahui keadaan suaminya. Alexa terlalu fokus dengan aktivitasnya. Sampai dia melupakan kalau dia mempunyai seorang suami. Suami? Mungkin James juga tidak menganggap Alexa sebagai istrinya. Buktinya selama setahun James tidak pernah memberikan kabar kepada Alexa. "Lexa. Kenapa kau diam?" tanya Elena memecah lamunan Alexa. "Hem. Bukan maksudku. Kakakmu akan liburan dengan kekasihnya. Apa kita tidak menggangu kalau kita ikut mereka?" tanya Alexa. "Tidak. Sesil adalah tourgate. Jadi Peter sengaja menyewa jasa kekasihnya agar mereka bisa berduaan. Peter sering sekali seperti ini dan mengajakku. Aku tidak mau menjadi obat nyamuk kalau ikut hanya sendiri" jawab Elena. Alexa sempat berpikir lagi mencari alasan yang tepat untuk menolak ajakan Elena. Karena tidak mungkin dia kesana. Dia belum siap bertemu dengan suaminya itu. Apalagi kalau sampai James tahu Alexa ke Italia. Bisa-bisa James besar kepala menyangka Alexa ke Itali untuk menemui dirinya. Tidak-tidak-tidak ! Alexa menggelengkan kepalanya. "Lexa, are you okey?" tanya Elena yang bingung melihat Alexa seperti itu. "Oh. Apa? Hem. Aku tidak apa-apa. Sepertinya aku belum bisa menjanjikan" ucap Alexa. "Baiklah. Aku harap kau berubah pikiran dan mau ikut denganku". Alexa sedang duduk di sofa sambil menikmati teh panas. Cuaca malam hari ini sangat dingin. Alexa menyandarkan punggungnya di sofa. Dia memijat pelipisnya. Memikirkan ajakan Elena. Drrrrt drrrt drrrrt "Anak tidak tahu diri" terdengar suara dari seberang sana. "Mom" "Oh, Alexa. Kenapa kau tega sekali pada Mom. Selama setahun Mom menantikan kedatanganmu. Kau tidak memberi kabar, kalau Mom tidak menghubungimu terlebih dahulu" ucap Mom kesal. "Mom. Maaf. Alexa sedang sibuk dengan pelajaran Alexa" "Kamu tidak merindukan Mom?" "Mom, Alexa sangat merindukanmu. Daddy dan Catalina. Sangat. Tapi maaf Alexa belum bisa ke Texas" ucap Alexa sedih. Jujur dia sangat merindukan keluarganya. Dia merasa sangat bersalah sekali tidak pernah menghubungi keluarganya. "Sayang, kau terlihat sedih. Apa James berlaku kasar padamu?" tanya Mom khawatir. Jleb Alexa lupa, dia tidak boleh terdengar menyedihkan di depan Mom. Keluarganya tidak ada yang tahu kalau setelah pernikahan itu Alexa dan James langsung berpisah dan tidak pernah bertemu lagi. "Tidak, Mom. Aku hanya sedang tidak enak badan" ucap Alexa sedikit berbohong. "Bagus" ucap Mom senang. "Mom" ucap Alexa bingung, Mom terlihat senang sekali. Padahal Alexa mengatakan dia sedang tidak enak badan. "Sayang. Apa kau sudah ke dokter? Oh Mom sangat senang. Akhirnya kamu hamil juga. Mom berharap anakmu laki-laki. Karena anak Catalina perempuan" ucap Mom bahagia. "Uhuk..uhuk" Alexa langsung tersedak padahal sedang tidak makan apa-apa. Bagaimana bisa Mom mengira dia hamil. Alexa menggelengkan kepalanya. Melakukannya saja tidak pernah. Mana mungkin dia bisa hamil. "Mom. Alexa tidak hamil. Ini hanya sakit biasa" ucap Alexa. "Oh. Mom kira kamu benar hamil. Mom bahagia sekali. Sudahlah, jangan dipikirkan. Kalian harus berusaha terus ya. Bukannya tidak hamil, tetapi belum. Kalau kalian berusaha dan melakukannya dengan intens Mom yakin, kamu akan hamil" ucap Mom sedikit lemas. "Mom, maaf. James memanggilku. Sudah dulu ya. I love you Mom. Sampaikan salamku pada Dad dan Catalina" Tut..tut.. Alexa menelan salivanya. Dia harus berbohong untuk memutuskan telepon dari Mom. Dia tidak sanggup harus mendengar perkataan Mom itu. Untung saja dia berada jauh dari keluarganya, kalau dia dekat bisa-bisa. Mom menunggu di depan kamarnya untuk memastikan dia dan James melakukan itu. Oh tidak! Alexa tidak ingin membayangkan itu semua. Alexa beranjak ke kamarnya, mematikan lampu tidur. Dan dalam sekejap Alexa sudah tertidur pulas.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN