BAB 4 Roma

1416 Kata
Raut wajah bahagia terpancar dari wajah Elena saat mengetahui, Alexa akan ikut dengannya ke Roma. Setidaknya Elena tidak menjadi obat nyamuk lagi. "Alexa" panggil Elena sambil melambaikan tangannya. Alexa yang sedang melangkah menengok ke suara yang sangat dia kenal selama dua tahun ini. "Lexa, kenalkan ini Peter kakakku" ucap Elena sambil memperkenalkan pria di sampingnya. Alexa terdiam menatap pria dengan rambut hitam,  telinga sebelah kiri yang di tindik, pria yang menggunakan jacket kulit berwarna hitam. Alexa benar-benar tidak berkedip. "Hei" ucap Peter menyapa Alexa. Tetapi Alexa tidak menjawab. Dia masih terpaku menatap Peter. "Lexa-Lexa" bisik Elena menyadarkan Alexa. "Ups. I'm sorry" ucap Alexa yang malu karena ketahuan menatap Peter. "It's okey. Peter" ucap Peter sambil mengulurkan tangannya. "Alexa" jawab Alexa membalas uluran tangan Peter. Tak beberapa lama, wanita berambut hitam di kuncir kuda dengan hidung bangir datang. Dia langsung memeluk Peter dengan tersenyum. Wanita itu sama seperti Alexa dan Elena dia membawa koper berwarna biru dengan logo perusahaan pariwisatanya. Yap. Alexa menarik kesimpulan dia adalah Sesil kekasih Peter. Sama seperti waktu pertama kali bertemu dengan Peter. Alexa juga berkenalan dengan Sesil. Ternyata Sesil seperti Elena, wanita yang menyenangkan dan cepat akrab. ----- Setelah menempuh penerbangan selama 2 jam mereka sampai di Roma. Yang pertama kali meraka datangi adalah Hotel. Karena mereka harus merapikan bawaan mereka. Alexa, Elena dan Sesil memilih untuk satu kamar. Sedangkan Peter di kamar terpisah sebelah dari kamar para gadis-gadi itu. "Hari ini kita ke Venice, besok ke menara Pisa, lalu Tuscany perkebunan Anggur terbesar. Tidak-tidak. Lebih baik Venice tempat terakhir kita datangi" ucap Elena sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya. "Hem. Elena, lebih baik aku mandi. Melelahkan mendengarmu berkata seperti itu berulang kali" ucap Alexa sembari melangkah menuju kamar mandi. "Alexa. Teganya kau ini" teriak Elena. Sesil hanya terkekeh. "Elena, dari pada mengantri. Aku akan mandi di kamar Peter" ucap Sesil. "Hem. Ya terserah. Kamu tidur dengan Peter itu juga tidak apa-apa. Aku dan Alexa dengan senang hati. Hahah" ledek Elena. "Ish. Kau ini. Memang adik ipar yang suka menggoda" ucap Sesil. Sesil membawa pakaian gantinya. Dia melangkah ke luar dari kamar yang akan dia tempati selama di Roma bersama Alexa dan Elena. Baru saja 5 menit dari Sesil keluar, Elena harus membukakan pintu. Karena terdengar bunyi bel. "Hem. Pasti underwear polkadot miliknya tertinggal" ucap Elena asal. Elena membuka pintu kamar hotelnya. Dia mengangkat sebelah alisnya, menatap siapa yang berada di depannya ini. "Peter, kenapa kau kesini. Bukannya Sesil di kamarmu?" tanya Elena bingung. "Iya karena itu. Dia mau mandi. Dan aku diminta untuk menunggu di kamarmu. Dasar wanita susah sekali di tebak. Harusnya biarkan saja aku disana. Ini yang aku harapkan berdua dengannya" ucar Peter melangkah masuk ke kamar Elena. "Dasar pria m***m" cibir Elena. Peter sedang duduk di atas ranjang paling pojok dan menatap ke luar jendela. Tak lama Alexa keluar dari bathroom, Elena melangkahkan kakinya masuk menggantikan Alexa. Alexa menginjakkan kakinya diatas karpet tebal berwarna coklat. Dengan masih menggunakan bathrobe putih dengan rambut yang di gulung dengan handuk. Alexa berteriak. "Aaaaaa". "Alexa, ada apa?" tanya Elena panik memunculkan kepalanya yang masih penuh dengan busa. "Sorry-sorry" ucap Peter mengangkat kedua tangannya. "Ish. Ternyata si pria m***m. Apa yang dia lakukan padamu Alexa?" tanya Elena sambil mencibir. "Bu..bukan. Peter tidak melakukan apa-apa. Aku cuma terkejut. Untung aku belum membuka bathrobe" ucap Alexa menatap Elena. "Sudahlah. Lebih baik aku menunggu di lobby. Maaf Lexa aku tidak bermaksud mengintipmu" ucap Peter seraya berjalan melewati Alexa. Alexa menganggukkan kepalanya. Peter dengan jahil, mendorong pintu bathroom yang masih menjadi penyangga tangan Elena. "PETER" pekik Elena kesal, hampir saja dia terjatuh karena ulah Peter. Alexa dan Peter hanya terkekeh melihat Elena kesal. ------ Destinasi pertama mereka adalah ke Menara Pisa. Menara miring yang sangat terkenal di dunia. Menara ini dibangun pada Agustus 1173. Peter dan Sesil terlihat sangat romantis. Peter selalu berjalan dengan memeluk pinggang Sesil secara posessive. Alexa akui Sesil pasti sangat bahagia mendapatkan pria seperti Peter yang menyayangi dan mencintainya sepenuh hati. Alexa yang sedang duduk menatap pasangan itu dengan rasa iri. Sudah sangat lama dia tidak pernah berhubungan dengan seorang pria. Sampai Alexa lupa bagaimana rasanya mencintai dan di cintai. Yang dia ingat adalah rasa sakitnya pengkhianatan. Alexa tersenyum getir. "Lexa, apa yang kamu lihat?" tanya Elena sambil menyodorkan Ice cream vanila kepada Alexa. "Thank's" ucap Alexa mengambil ice cream dari tangan Elena. Elena melihat ke arah yang Alexa tatap. Dia tersenyum mendaratkan bokongnya di atas rumput hijau di samping Alexa. "Terkadang aku merasa lebih baik menjadi gadis biasa-biasa saja seperti Sesil" ucap Elena. Dia menatap langit di sore hari. Alexa merasa malu sekali ketahuan memeperhatikan Peter dan Sesil. Lantas Alexa menatap perubahan raut wajah Elena. Raut wajah yang biasanya ceria, kini keceriaan itu meredup. Alexa masih menatap Elena dengan penuh pertanyaan yang enggan dia sampaikan. "Apa gadis bangsawan seperti kita harus selalu di jodohkan? Apa sebegitu tidak lakunya-kah kita, sampai pasangan saja harus lewat perjodohan?" pertanyaan yang mengalir begitu saja dari bibir Elena. "Aku iri. Sangat iri dengan Sesil. Dia bebas menentukan pilihan hidupnya. Dia bisa mencintai pria yang di mau. Dia bisa menjadi seperti yang di inginkan. Sementara kita hidup dengan segala kemewahan, tetapi kita tidak bisa mencintai pria yang kita mau" ucap Elena dengan raut wajah mulai meredup. Alexa menatap Elena dengan lekat. Tepat sekali perkataan Elena seperti apa yang dia rasakan saat ini. Tetapi kenapa Elena bisa berbicara seperti itu? "Maaf. Aku terlalu banyak bicara. Aku rasa kamu tidak tertarik mencampuri masalah orang" ucap Elena yang menghapus air matanya. Jleb Seperti tertusuk pedang. Alexa merasa tertohok dengan perkataan Elena. Alexa mengakui selama dua tahun ini dia tidak pernah tahu kehidupan pahit yang dijalani teman baiknya. Alexa juga tidak pernah bertanya tentang kehidupan Elena. Disinilah satu kesalahan Alexa, dia tidak peka dengan perasaan orang lain. Itu juga yang mengakibatkan jarang sekali orang yang mau berteman dengannya. Alexa menyadarinya, selama ini hanya Elena yang bertanya tentang kehidupan pribadinya. Walau Alexa tidak mengatakan dia sudah menikah. Alexa hanya mengatakan dia sudah dijodohkan dengan orang yang dia tidak kenal. Perlahan Alexa mengangkat kedua tangannya, dan meletakaannya dipunggung Elena. Baru sekali ini Alexa melihat Elena menangis. Alexa mengusap punggung Elena. "Maaf. Aku tidak pernah bertanya tentangmu" ucap Alexa sedih. "Kamu tidak salah Alexa. Aku saja yang menyembunyikan perasaan sedihku ini. Sebenarnya kita sama. Kita sama-sama dijodihkan dengan pria yang tidak kita cintai. Bedanya kamu sudah dijodohkan. Kalau aku baru akan". "Sudah dijodohkan?" Alexa tertawa dalam hatinya. Bukan dijodohkan, tetapi sudah terjadi pernikahan yang tidak pernah dibayangkan oleh Alexa. Alexa menarik nafasnya perlahan. "Hanya Peter yang mengerti perasaanku. Kedua orang tuaku memaksaku menikah dengan pria yang sangat aku benci. Waktu itu Peter menyuruhku belajar culinary art, agar aku bisa mengundur perjodohan ini. Kamu tahu? Tak pernah terpikirkan olehku menjadi seorang juru masak. Aku hanya berpikir ada pelayan untuk apa aku susah-susah belajar memasak" ucap Elena tersenyum kecut. Alexa melepaskan pelukannya dan menatap Elena. Satu hal yang baru dia ketahui lagi. Pantas saja setiap ujian kenaikan tingkat Elena suka mengalami kesulitan dan Alexa yang selalu membantunya. "Peter pria yang sangat baik. Dia sangat pengertian. Tetapi dia tidak bisa mendukungku untuk menolak perjodohan ini. Karena sama saja dia melepaskan Sesil" "Maksudmu?" tanya Alexa yang semakin penasaran. "Ya, demi bisnis. Kalau Peter mendukungku untuk menolak perjodohan ini, berarti dia yang akan dijodohkan oleh wanita yang ternyata adik dari pria yang akan dijodohkan olehku. Peter bingung, saat itu dia baru saja menjalin hubungan dengan Sesil. Kedua orang tuaku menentangnya. Akhirnya Peter disuruh memilih untuk mendukung perjodohanku atau melepaskan Sesil. Aku lihat wajah Peter sangat sedih. Aku dan Peter sangat dekat dari kecil. Dia selalu membelaku. Tapi kali ini aku tidak boleh egois. Kali ini aku yang harus membelanya. Dengan aku menyetujui perjodohan ini. Berarti Peter tetap bersama Sesil" ucap Elena sedih. Alexa tidak menyangka Elena serapuh itu. Pengorbanan Elena demi Peter begitu berharga. Dia rela menukar kebahagiannya dengan kebahagian kakaknya. Dalam kerapuhan seperti ini Elena tetap bisa tersenyum dan bersikap seperti biasanya. Walau Elena tidak suka dengan perlakuan orang tuanya, tetapi Elena tetap menghormati dan menyayangi kedua orang tuanya. Hubungan Elena tetap baik. Tidak seperti dirinya. Alexa merasa sangat bersalah. Dia pikir hanya dia yang tersakiti karena pernikahan yang sama sekali dia tidak tahu apa tujuannya. Harusnya dia bisa seperti Elena, bersikap biasa saja. Jangan terlalu dipikirkan. Buktinya hidup Alexa sekarang lebih bebas. James tidak pernah mencampuri kehidupan Alexa. Hanya status saja yang berubah. Alexa memeluk Elena dengan erat. Yap, mulai sekarang dia jangan memikirkan pernikahan ini. Dia harus seperti Elena yang tak ambil pusing. Mungkin setelah ini Akexa akan menghubungi keluarganya dan meminta maaf atas sikapnya selama ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN