Pengganti
Tatapan dingin dari keluarga suaminya ini membuat Rima merasa sangat canggung. Keluarga kaya raya ini dianggap sebagai keluarga yang baik oleh Ayah tirinya dan ia setuju menikahi putra dari keluarga ini, karena untuk membalas budi kepada Ayah tirinya yang telah membesarkannya sejak kecil. Keluarga suaminya yang kaya ini terlalu sibuk hingga diantara mereka terasa asing satu sama lainnya dan mereka semua hanya akan berkumpul, ketika merayakan beberapa hal seperti hari ini. Ya semuanya bekumpul karena putri bungsu keluarga ini, sedang berulang tahun dan sebagai perwakilan dari suaminya yang tak pernah pulang itu, ia harus menjalankan peran sebagai seorang menantu yang baik. Apalagi ia ingin menjaga nama baik Papi tirinya yang telah ia anggap seperti Ayah kandungnya sendiri bahkan Papi tirinya lebih baik dari ayah kandungnya.
Lelah...itu yang saat ini Rima rasakan, bagaimana tidak ia lebih memilih berada didapur daripada terlibat pembicaraan tidak penting oleh keluarga suaminya ini. Ya suami hanya sebuah status karena selama ini Rima merasa ia seorang diri tanpa ada suami disampingnya. "Non...lebih baik kesana saja Non!" Ucap salah satu maid yang merasa kasihan dengan istri dari putra sulung di Keluarga ini.
"Nggak apa-apa Mbok, biar aku ada kerjaan, Mbok!" ucap Rima yang lebih memilih berada disini dibandingkan berkumpul bersama mereka.
"Dia memang cocok berada didapur jadi pembantu, ibunya saja pembunuh," ucap seorang perempuan cantik yang merupakan kerabat dekat keluarga ini. Rima selalu merasa tidak nyaman dengan keponakan jauh ibu mertuanya ini. Apa yang ia lakukan di Rumah ini, selalu saja salah dimata perempuan ini. "Hey kamu dengar tidak..." teriaknya.
Perempuan yang selalu bersikap jahat padanya ini bernama Silvia, dia selalu menghinanya sebagai anak pembunuh dan menghasut keluarga suaminya ini, untuk ikut membencinya diberbagai kesempatan, ketika keluarga ini berkumpul. Para maid pun takut dengan Silvia karena jika semua keluarga tidak berada di Rumah ini, Silvia yang akan mengusai Rumah Lesmana ini. "Saya tidak tuli dan anggap saja begitu jika itu membuatmu senang," sinis Rima dan ia melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, lalu ia duduk disamping Agisa.
Gumelar Sekala Lesmana pemilik salah satu grup bisnis yang cukup besar di Negeri ini, ia memiliki bermacam produk-produk berkualitas yang telah perusahaan mereka luncurkan, hingga memiliki beberapa hotel sebagai usaha utama mereka. Perhotelan yang dibangun oleh sosok anak laki-laki yang sangat ia banggakan yaitu Ibra Sekala Lesmana yang gila kerja dan bersikap dingin kepada siapapun. Orang-orang yang ada di Rumah ini sangat segan kepada Ibra, termasuk kedua adiknya yang bahkan tidak memiliki kedekatan dengan Ibra.
"Rima kapan suamimu pulang?" Tanya Gumelar. Rima menghembuskan napasnya, bagaimana ia bisa tahu kapan suaminya itu pulang karena selama ini suaminya itu pun tidak pernah menguhubunginya sejak mereka menikah.
"Mungkin bukan depan...Pi," ucap Rima.
"Bulan depan? Jangan terlalu percaya kepada Rima Om, jangan-jangan sampai sekarang dia belum pernah bertemu lagi dengan Mas Ibra setelah akad nikah mereka," ucap Silvia dan ucapan Silvia itu memang benar.
"Mbak...ingat ya jika bukan karena Mbak Anin kabur saat acara pernikahan akan segera berlangsung, dia nggak akan menikah dengan Mas Ibra," ucap Agis.
Rima hanya bisa menghela napasnya, sebenarnya yang dijodohkan dengannya itu adalah laki-laki yang berada disampingnya saat ini. Sakuta Sekala Lesmana yang seharusnya menjadi suaminya, namun semuanya berubah ketika pernikahan Kakaknya akan segera digelar dan mempelai perempuan itu tiba-tiba membatalkan pernikahan, dua hari sebelum acara akad nikah akan diselenggarakan. Sebelumnya ia dan Sakuta baru bertemu intens selama satu bulan, keduanya cukup banyak berbincang hingga mencoba untuk menjalani masa perkenalan, namun semuanya berubah ketika seorang pengganti dibutuhkan di rumah ini. Pengganti menantu yang bisa menutupi reputasi keluarga ini.
Keterpaksaan membuat Rima memutuskan untuk menjadi istri pengganti, agar Keluarga Lesmana tidak malu, jika pernikahan itu tiba-tiba batal. Bahkan statusnya sebagai istri Ibra dirahasiakan sampai saat ini, semua orang menganggap yang menikah dengan Ibra adalah Anintiyas. "Pernikahan bukan mainan dan kalian tahun sejak dulu Papi telah mengatakan kepada kalian, Papi tidak suka perceraian jadi Rima ingat kamu akan sulit untuk pergi dari keluarga ini!" Ucap Gumelar memperingatkan menantunya.
"Kalau Ibra yang ingin bercerai dengan Rima, kamu bisa apa Pi?" Ucap Fenti sinis.
"Mi, mengalami kegagalan dalam rumah tangga bukanlah hal yang baik, lihat keluarga kita...kamu dan saya pun menikah karena cinta, tapi anak-anak terlihat tidak memiliki cinta kepada keluarganya," sinis Gumelar membuat Fenti merasa sangat kesal.
"Itu semua salah Papi dan semuanya yang ada dirimu ini memang terlalu sibuk dengan pekerjaan kalian masing-masing," ucap Agi dingin. Ia masih butuh kasih sayang keluarganya, namun ketika ia pulang kuliah, yang ia temukan hanyalah rasa sepi. Rasa sepi yang menghantuinya selama ini dan ia mencoba membuang waktunya dengan bermain diluar rumah.
"Ini pembicaran sudah diluar jalur, yang kita bicarakan itu kepulangan Mas Ibra. Aku sudah menanyakan kepada asisten Mas Ibra katanya Mas Ibra akan pulang dalam minggu ini!" Ucap Sakuta.
Pulang...laki-laki jahat yang tega mempermalukannya ini akhirnya pulang dan entah mengapa hal itu membuat Rima sangat kesal. Jika laki-laki itu pulang ia harus berperan menjadi istri yang baik untuk laki-laki itu, agar tidak mempermalukan keluarganya. Baginya Parmoko Bagaspati adalah kelemahannya, lelaki tua yang bersikap lembut padanya itu bahkan memperlakukannya lebih baik dibandingkan ia memperlakukan putri kandungnya sendiri.
"Rima kamu tanyakan kapan tepatnya suamimu itu pulang!" Ucap Gumelar.
'Kenapa harus aku yang bertanya? harusnya kalian tanya sendiri kapan laki-laki batu itu pulang,' Batin Rima kesal.
"Iya Pi, nanti Rima akan menanyakannya," ucap Rima berbohong jika ia akan menghubungi Ibra. Bagaimana ia bisa menghubungi Ibra, jika sampai saat ini ia pun tidak tahu berapa nomor telepon Ibra. Selama ini yang menghubunginya hanya asisten Ibra dan biasanya asistennya hanya akan mengatakan hal-hal terkait dengan uang bulanan untuknya.
Rima merasa sangat terhina menikah dengan Ibra, selain menjadi istri pengganti, ia juga tidak dianggap di keluarga ini. "Pi...jika nanti Mbak Anin pulang dan dia ingin menikah dengan Mas Ibra, bagiamana Pi?" Tanya Sakuta membuka pembicara mengenai hal ini.
"Sakuta jangan bilang kamu ingin menikah dengan Rima? Kalian memang dijodohkan dulu tapi perjodohan telah berakhir karena sekarang Rima itu istri Ibra!" Ucap Fenti membuat Sakuta menghela napasnya.
"Semuanya menjadi berantakan hanya karena harta warisan dari Kakek," ucap Sakuta dingin.
"Pasti Mas Sakuta berpikir, coba saja kalau Mas juga anak dari Almarhum Mami Calia Atmanegara, Mas yang akan jadi pewarisnya juga," ucap Agi.
"Agi..." teriak Fenti kesal dengan putri bungsunya.
"Sayangnya Mami kita itu hanya sahabatnya Mami Calia dan bukan kalangan bangsawan," ucap Agi sengaja menyindir Maminya yang terlalu mendewakan uang ini.
Gumelar menghela napasnya, setiap kali berkumpul semua keluarga terlihat seperti ini dan ia sangat kesal dengan sikap anak-anak dan istrinya. Matanya tertuju pada sosok menantunya yang lebih memilih diam dan menikmati makanannya dengan santai. Ia sangat kesal jika mengingat bagaimana ia merasa gagal membesarkan anak-anaknya. Putra sulungnya yang bersikap dingin padanya dan sibuk dengan pekerjaannya. Gumelar merasa bersalah karena meminta Rima menikahi putra sulungnya demi keegoisannya, ia bahkan telah berjanji kepada Parmoko Bagaspati untuk memastikan Rima akan bahagia bersama putra sulungnya.