Tidak ingin membuat keributan pria itu menahan emosinya. Dengan sangat terpaksa Arzan keluar dari Kamar inap Gayatri. Arzan memukul angin, dia kesal dengan dirinya sendiri dan kondisi saat ini. Wanita yang dia cintai mengusirnya dan lebih memilih pria lain yang menemaninya di dalam kamar. Giginya terkunci rapat, rahangnya mengeras. Arzan mendengus kasar sebelum akhirnnya dia pergi dari rumah sakit. Langkah kaki Arzan terhenti saat dia melewati lobby rumah sakit yang sebagian temboknya di hiasi dengan cermin. Kedua bola matanya membulat sempurna. Dia mendekat dan melihat bagian lehernya lewat pantulan cermin itu. Dengan jarinya Arzan mengusap tanda itu dia berharap itu adalah tanda lain selain tanda kepemilikan. "Oh s**t!" umpatnya kesal. Pantas saja tadi Gayatri mengusirnya, wanita