"Za! Lo lagi ngapain?" tanya Samsul yang kini tengah duduk disamping sahabatnya yang tengah melamun itu.
Erza yang tersadar langsung menepuk bahu Samsul dan beringsut menatapnya.
"Sul!" panggil Erza dan Samsul langsung mengangkat tangannya.
"Stop to call me Sul, but call me Sam atau biar gak pusing panggil aja Samsul, ribet bener!" protes Samsul.
"Okay sorry, maklum kebiasaan Sam!"
"Okay, sekarang lu mau ngomong apa, kayaknya serius bener?" ujar Samsul menatap Erza serius.
Erza melihat ke arah sekitar untuk memastikan tidak ada yang mendengarnya, karena saat ini merupakan jam istirahat otomatis kebanyakan siswa berada di luar kelas.
"Jadi, pas gua di kedai es krim bareng Naya, di sana gua liat ada cewek yang arrhhkk lo pasti paham kan Sam?" tanya Erza memastikan dan Samsul langsung mengangguk paham.
"Iya gue paham."sahut Salmsul.
"Waktu itu duduknya tepat di belakang Naya," lanjut Erza.
Samsul mengerutkan keningnya, "Terus?" bingung Samsul.
Erza memutar bola matanya sebal, beginilah jika ia bercerita pada Samsul, sulit untuk dicerna.
"Gue penasaran siapa cewek itu," jawab Erza yang membuat Samsul tak percaya.
"Gua bisa aja bantu elu brad, tapi gue gak bisa." ujar Samsul.
Erza mengernyit heran, "kenapa?"
"Karena gue takut kalo lu jadi jauh dari Naya, gini se-bloon, maaf sebocah-bocahnya Naya tapi, cinta dia tulus brader." jawab Samsul yang membuat Erza terdiam hingga tanpa sadar bahwa Aland juga ada disana.
"Biar gue yang bantu lo Za." ujar Aland.
Erza beralih menatap Aland yang berada disampingnya begitupun Samsul memandang Aland tak percaya.
"Maksud lu apaan Land? Lu gila?" Heran Samsul.
"Su--Sam dia itu temen kita, apa salahnya coba kita ngembaliin kebahagiaan dia." jawab Aland enteng.
"Eh Za, Lu bahagia sama Naya?" tanya Samsul pada Erza.
Erza mengangguk pelan.
"Lu sayang sama Naya?" tanya Samsul kembali.
"Iya, gue sayang sama dia dan gua bakalan berusaha buat jaga dan bahagiain dia." jawab Erza pasti.
"See, itu udah cukup buat mastiin kalo lu gak perlu bantuin Erza buat nyari tau siapa cewek itu." Ujar Samsul pada Aland yang kini terdiam.
"Cewek siapa? Dan siapa yang mau nyari cewek?" Tanya Naya yang tiba-tiba saja berdiri di hadapan bangku Erza, membuat mereka bertiga kaget dibuatnya.
Dengan refleks Erza langsung berdiri dan menghampiri Naya.
"Sayang kamu ngapain dikelas aku?" Tanya Erza was-was.
"Aku gak ada temen, Rani gak masuk makanya aku kesin." Jawab Naya.
"Kenapa gak sama yang lain aja?"
Naya menggelengkan kepalanya, "Yang temenan sama aku cuma dikit, sisanya pada benci." Ucap Naya merengut kecewa.
"Loh kenapa? Kok bisa?" Tanya Erza antusian membawa Naya berjalan keluar kelasnya meninggalkan Aland dan Samsul.
"Sebagian bilang karena aku itu pacar kamu dan sebagian lagi bilang kalo aku itu gak nyambung, anehkan padahal Rani sama Chaca kalo cerita suka sama aku," Jelas Naya yang kini Erza bawa berjalan menuju taman.
"Duduk di sana yuk Za!" Ajak Naya menunjuk sebuah bangku dan Erza pun menuruti ajakan Naya dan duduk di sana.
Erza duduk dengan mengangkat sebelah kakinya dan itu semakin menunjukan betapa gagah dan berkharismanya ia.
"Za," panggil Naya yang kini tengah bersandar pada bahu Erza.
"Iya?" Sahut Erza sembari mengelus lembut helaian rambut Naya.
"Makasih yah udah nemenin sekaligus jagain aku di saat orang-orang ninggalin aku." Ucap Naya yang terdengar lirih.
Mendengar itu Erza semakin mengeratkan rangkulanya pada bahu Naya.
"Waktu itu Kakak aku yang selalu nemenin aku sama jagain aku dan setelah dia pergi, tuhan ngirim kamu buat aku." Lanjut Naya.
"AAAAHHHH...!" Pekik Erza berteriak dan itu membuat Naya kaget di tambah lagi melihat Erza yang langsung berdiri dari duduknya.
"Erza kamu kenapa?" Tanya Naya panik.
"Itu---ituu Nay di kaki aku ada kodok iihh!" Jawab Erza menunjuk sepatunya yang terdapat seekor kodok di sana.
"Kamu takut sama kodok?" Tanya Naya tak percaya dan Erza malah mengidikan tubuhnya.
"Ihhh jijik Nay, bantuin dong!" Pinta Erza yang tidak bisa diam, sedangkan kodoknya masih setia di atas sepatunya.
Dengan tertawa Naya langsung merunduk dan mengambil kodok tersebut dengan tangan kosongnya.
"Makas---iighh Naya buang Nay!" Titah Erza dan Naya malah menyimpan kodok tersebut di telapak tangannya sendiri.
"Naya sayang buang yah jijik!"
Mendengar permohonan itu Naya langsung menatap Erza penuh niat.
"Kamu mau ngapain heuh? Naya gak lucu Nay, buang kodoknya!" Titah Erza yang berjalan mundur menjauhi Naya yang terus mendekatinya.
"Nih! Haha ini Za pegang gak galak kok!" Canda Naya dengan menyodorkan kodok tersebut pada Erza yang semakin membuatnya bergidik geli.
Erza ingin sekali lari, tapi ia tidak bisa meninggalkan Naya sendiri di taman karena ia takut jika para bucinnya melukai Naya secara fisik maupun batin.
"Erzaaa hayooo sinii ini kodoknya lucu loh!" Lanjut Naya langsung melemparkan kodok tersebut kesamping Erza dan membuat Erza benar-benar kaget.
Erza terdiam mematung memegang dadanya yang di rasa berdetak dua kali lebih cepat melebihi saat ia bertemu seseorang yang dicintainya.
"Za kamu gak papakan?" Tanya Naya panik.
Erza langsung menggelengkan kepalanya dan kembali duduk di kursi yang tadi ia duduki bersama Naya.
"Erza kamu kenapa? Maafin aku.." Sesal Naya memeluk Erza dari samping.
"Za! Erza! Erzaaa ngomong dong!" Paksa Naya seraha menarik-narik lengan Erza.
"Aku gak papa." Jawab Erza singkat. Jujur saja saat ini Erza tengah marah pada gadis kecilnya ini.
Erza masih enggan menatap Naya yang tengah menyesal di sampingnya. Erza hanya menatap lurus ke depan memandangi beberapa siswa dan siswi yang tengah berlalu lalang walaupun tidak banyak.
Erza langsung berdiri dari duduknya dan menuntun Naya untuk pergi dari taman dan membawanya ke kantin, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sesampainya dikantin, "Wiih Neneng Naya, sini Nay duduk sama abang Sam!" Seru Samsul dan Erza pun langsung menarik sebuah kursi untuk mempersilahkan Naya duduk di sana.
"Abis darimana Nay?" Tanya Aland.
"Dari taman Kak." Jawab Naya dengan senyum manisnya.
"Gak pesen makan? Za, pesenin dong diem mulu, jutek bener." Ujar Samsul.
Erza hanya diam dan menatap kedepan dengan ekspresi kesalnya.
"Erzaa udah dong keselnya..." Rengek Naya kembali memohon.
Aland dan Samsul dibuatnya bingung.
"Sam, lo kan takut sama cacing, gimana kalo ada seseorang yang ngelemparin lu pake cacing?" Tanya Erza dan sudah Naya ketahui itu menyindir dirinya.
"Erzaaaa..." Rengek Naya menarik-narik baju yang dikenakan Erza.
"Au." Sahut Erza yang kini tengah fokus menunggu jawaban Samsul.
"Wah Za udah abis tuh orang ditangan gua, jir mending ketemu setan Za guemah!" Jawab Samsul yang membuat Erza kini menatap Naya.
"Untung yang kamu jailin itu aku bukan Samsul." Ucap Erza yang membuat Naya mengerucutkan bibirnya.
"Aku kan cuma bercanda Za, gak asik kamu mah!"
"Kamu sayang sama aku?" Tanya Erza pada Naya.
"Iya." Jawab Naya
"Kamu takut kehilangan aku?" Tanya Erza kembali.
"Aku takut banget-banget-banget," jawab Naya menganggukan kepalanya.
"Kalo aku ngilang gimana?"
"Aku bakalan nangis senangis nangisnya, jadi kamu kalo takut sama kodok kamu bakalan nangis?" Tebak Naya polos. Itu membuat Samsul menepuk jidatnya sedangkan Aland ia hanya terdiam menahan tawanya yang hampir saja pecah.
"Udah lupain," ketus Erza yang kemudian berlalu memesan makanan.
"Aku ikuuut Za," pekik Naya yang langsung menggandeng lengan Erza, sedangkan Erza masih dalam mode enggan bicaranya.
"Bu salad sayurnya satu." Pesan Erza.
"Aku gak dipesenin?" Tanya Naya.
"Itu buat kamu." Jawab Erza.
"Tapi aku gak suka." Ujar Naya.
"Aku gak peduli, kakak kamu pernah bilang kalau kamu jarang makan sayur." Sahut Erza yang langsung membawa pesananya itu menuju meja yang terdapat Aland dan Samsul di sana.
"Mau ngasih makan kambing siapa Za?" Canda Samsul saat Erza menyimpan salad sayur tersebut di meja.
"Kambing gue, tuh!" Menunjuk seorang pria.
"Maksud kamu? Aku kambingnya?" Tuduh Naya yang membuat Erza memutar bola mata lelah.
"Liat telunjuk aku! Tuh itu kambing aku." Tekan Erza yang masih belum melupakan kegelianya terhadap kodok tadi, jadi ia tidak memesan makan.
"Ini cuci tangan dulu terus pake sendok." Ujar Erza
"Elaah lagi marah tapi perhatianya gak ilang ilang..! Ciee aheuw romantic banget sih bang!" Goda Samsul begitu saja, sedangkan Aland hanya terdiam menatap Naya yang terlihat ogah-ogahan memakan salad sayur tersebut.
"Iya nih Kak Sam," sahut Naya.
"Kenapa?" Tanya Erza.
"Kamu aneh, haha!" Jawab Naya dilanjutkan dengan tawa.
"Serah kamu." Balas Erza yang langsung pergi dari kantin meninggalkan Naya yang terlihat kaget.