3. Seperti aliran listrik

700 Kata
Nata hari ini bangun sangat pagi. Ini adalah hari libur pertama baginya setelah menjadi seorang office boy. Masa percobaannya menjadi cleaning servicenya belum merasakan waktu untuk libur bekerja. Meski hari weekend sekalipun. Memang ini sudah menjadi peraturan di perusahaan itu bagi karyawan cleaning service baru. Radit yang melihat Nata sedang bersiap-siap dengan mengenakan pakaian olahraga merasa heran. "Tumben kamu mau olah raga pagi, ada angin apa ini, bro?" tanya Radit sambil tertawa. "Tidak ada yang aneh Dit. Gue mau hidup sehat aja. Secara sejak dulu kan gue ini rajin fitnes." jawab Nata sederhana. "Pasti kamu sekarang terasa yah kalau mengerjakan hal yang berat. Kamu pasti merasa cepat lelah, kan?" tanya Radit kembali. "lu benar dit. gue sekarang cepat capek kalau kerja. Jadi gue harus berlatih dan gue harus rajin olah raga gratis. gua gak bisa bayar buat ikut fitnes di club lagi, Dit. Mahal biaya bulanannya. Tukas Adinata kepada Radit. "Seorang Adinata baru saja mengatakan mahal untuk membayar iuran bulanan club fitnest." celoteh Radit sambil tertawa. "Gua kan bukan anak konglomerat lagi, Dit. Wajarlah saat ini gua harus belajar untuk hidup sederhana." jawab Nata merendah. Adinata pun berangkat dan tidak lupa berpamitan kepada ibu Radit. Nata mulai berlari kecil sampai menuju taman. Dimana di sana banyak sekali orang yang melakukan olahraga pagi disaat hari libur. "Gila! Baru berlari kecil beberapa meter saja aku sudah lelah. Aku harus rajin berolah raga ini biar sehat dan tidak mudah lelah." tutur Nata sambil terus berlari. Matahari mulai bersinar terang. Orang-orang semakin banyak berdatangan ke taman itu. Nata mulai melakukan gerakan-gerakan ringan sehabis berlari. Nata merasa haus dan mencari pedagang yang menjual air mineral. "Hai...! kamu senang olah raga juga, yah?" sapa Joya sambil mengejutkan Nata. Tiba-tiba pundak Nata di tepuk oleh seorang wanita yang tidak lain adalah Joya. Nata terkejut melihat Joya yang juga sedang berolah raga di taman itu. Nata memperhatikan Joya secara keseluruhan. 'Astaga! Joya masih terlihat manis walau tanpa riasan wajah sedikit pun. Ditambah body nya yang nampak terlihat indah saat mengenakan celana training yang dipakainya.' Nata terus memandangi Joya yang tampak seksi. Matanya tidak berkedip sekalipun. "Hei..., Nata! Kamu kenapa? Apa ada yang aneh dengan diriku?" tanya Joya sambil melambaikan tangannya kewajah Nata. "Ib-ibu Jo-ya. Wah..., gak nyangka yah kita bisa ketemu di sini?" jawab Nata gugup. "Aku hampir setiap hari sabtu datang ke tempat ini untuk berolah raga." ucapnya. "Sendiri, bu?" "Iya. Sendiri, memangnya kamu lihat aku sama siapa? Dan lagi kamu jangan panggil aku ibu kalau diluar kantorlah" "Lalu aku harus panggil apa?" "Panggil Joya saja. Umur aku dan kamu kan tidak terlalu jauh terpautnya, paling hanya beberapa tahun." "Oke. Baiklah, Joya!" Nata sesekali terus mencuri pandang dan melihat bentuk tubuh Joya. "Nata, kita menyewa sepeda bonceng yuk. Kita jalan putar-putar taman kota ini saja." ajak Joya. Nata terkejut dan mengalihkan pandangannya takut nanti Joya curiga kalau sejak tadi Nata memperhatikan bentuk tubuhnya. "Ayo deh, hitung-hitung olah raga sepeda." jawab Nata sambil kembali meneguk air dalam botolnya. Joya dengan cepat menggengam dan menarik tangan Nata. Seketika jantung Nata berdetak sangat cepat seakan ada getaran listrik yang mengalir dari tangan Joya. Mata Joya sibuk memilih sepeda mana yang akan dia sewa untuk mereka gunakan. "Mas, saya mau sepeda yang berwarna putih ini, ya" ucap Joya sambil menunjuk ke sepeda berwarna putih. Segera pegawai penyewa sepeda itu mengeluarkan sepedanya, lalu Joya memerintahkan Nata yang mengendarainya di depan. Nata mulai mengemudikan dan mengayuh sepeda itu. Joya yang duduk pada kursi bonceng langsung merangkul pinggang Nata. Keringat mengucur deras di kening Nata. Bukan karena lelah mengayuh sepeda melainkan sengatan aliran listrik yang dialirkan dari tangan Joya dan Jantung Nata berpacu semakin cepat. Baru melakukan perputaran sebentar dengan sepeda. Nata memilih untuk berhenti dan menepikan sepedanya. "Loh! Kenapa kita berhenti disini, Nat?" "Aku capek Joy. Rasanya tubuh ku ini meriang." "Meriang? Merindukan kasih sayang kali?" canda Joya yang tidak serius menanggapi Nata. "Aku benaran capek. Aku merasa kamu seperti ada listriknya." Joya merasa geli dan lucu atas alasan yang di buat Nata. "Ha...ha...ha...,sepertinya kamu tidak cocok menjadi OB. Tetapi cocoknya menjadi seorang pelawak!" ucap Joya sambil terus memegang perutnya karena lelah tertawa. Namun tidak lama Nata tiba-tiba pingsan di depan Joya. Wajah Nata nampak pucat pasi. Joya ketakutan dan bingung. Lalu Joya pun berteriak meminta pertolongan kepada orang sekitar. - Bersambung- @caramelarose6

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN