02. Makan Siang

1133 Kata
"Loh. Kenapa kamu yang mengantarkan kopi. Dimana radit apa dia tidak masuk hari ini?" tanya Joya yang masih merasa kesal melihat Adinata atas kelalaian Adinata. Joya yang kala itu hampir terjatuh akibat lantai yang masih basah, bekas pengepelan Nata masih yang tanpa ada tanda pemberitahuan kalau lantai licin. "Radit sedang memfotocopy berkas untuk persiapan meeting nanti siang bu." "Oh begitu. Apakah kopi ini kamu juga yang membuatkannya?" "Benar bu. Kopi ini saya yang membuatnya dan ini spesial saya buat sebagai tanda permintaan maaf saya soal kemarin." "Akhirnya Radit sahabat kamu bisa menasehati kamu ya. Oke, Saya maafin kamu tetapi besok kamu jangan mengulainya lagi. Ingat itu yah!" "Baik bu. Saya akan ingat apa yang barusan ibu katakan. Kalau begitu saya permisi dulu bu." "Tunggu! Sepertinya wajah kamu tidak asing deh. Wajah kamu hampir mirip dengan putra pemilik perusahaan terkenal deh?!" "Ah...masa sih bu? Mungkin ibu salah lihat. Saya orang miskin mana mungkin mirip orang kaya raya itu." "Iya juga sih. Tadinya aku pikir jangan-jangan kamu itu putranya yang beberapa bulan lalu viral. Tetapi itu tidak mungkin?!" "Ibu benar. Tidak mungkin putra konglomerat bekerja seperti saya.Kalau begitu saya permisi dulu ya bu" "Tunggu, saya mau lihat kopi buatan kamu nikmat atau tidak." Joya lalu mulai menyeruput kopi yang disuguhkan oleh Nata. Sruupp....! Ah....! "Kopi buatan kamu nikmat, gula dan takaran susunya sangat pas. Persis seperti yang selalu dibuat oleh radit" "Terimakasih atas pujiannya, bu. Kalau begitu saya permisi dulu" "Baiklah, terimakasih atas kopinya. Mulai besok kamu bukan lagi cleaning service melainkan office Boy. Tugas mu adalah melayani kebutuhan para karyawan termasuk para atasan setiap bagian." "Te-terimakasih bu, atas kebaikan ibu yang menjadikan saya sebagai OB yang satu tingkat lebih tinggi dari cleaning service." "Mulai sekarang kau harus lebih memperhatikan pekerjaan mu. Sebab kau akan melayani beberapa atasan dikantor ini selain saya. Kamu mengerti?" "Iya saya mengerti bu. Permisi saya mau kembali bekerja." Nata segera meninggalkan ruangan Joya. Nata takut nantinya Joya semakin banyak menerka kalau Nata adalah putra dari Harsono Pratama orang terkaya di kota itu. 'Hampir saja identitas ku terbongkar. Masalahnya tempat ku bekerja adalah perusahaan yang juga menjadi konsumen dari perusahaan milik Ayah ku.' Bisik Nata dalam hatinya sambil menenangkan diri. Nata kembali memulai pekerjaan yang lainnya. Sebuah suara dari nada dering Poli phonik terdengar dari ponsel Nata yang berada di saku celananya. "Hallo!  Iya tante Carmen apa khabar? "El baik-baik saja dan sehat. El sedang bekerja jadi agak sibuk tante" "El bekerja sudah dua minggu ini. Sebagai supervisor marketing." "Iya. Tente tenang saja El akan menjaga kesehatan kok. Ya sudah El tutup telepon nya yah!" Nata menutup teleponnya dan terpaksa harus berbohong kepada tante Carmen. Carmen adalah adik perempuan dari Ibunya dan Nata sangat akrab dengan Carmen sudah seperti anak sendiri. Carmen sangat mengenal sifat dari Adinata sebab Carmentlah yang mengasuh Nata sampai berumur dua belas tahun. Carment selalu memanggil Adinata dengan panggilan kesayangannya yaitu El. Carment akhirnya tidak lagi mengasuh Nata karena Carment harus pindah dengan suaminya ke luar kota. Mendengar Kakak nya meninggal dan kehidupan keluarga kakaknya bermasalah. Carment pun memutuskan pindah ke kota tempat keluarga Adinata tinggal. Carment saat ini hidup seorang diri. Sebab suaminya juga telah lama tiada. Carment menghargai keputusan Adinata untuk keluar dari rumahnya. Namun Adinata tidak memberitahukan pekerjaan sebenarnya kepada tante Carment. Adinata yakin bila tante Carment mengetahui kondisi Adinata pastilah Carment merasa khawatir dan bersih keras ingin membantunya. Sebab Carment juga seorang wanita pembisnis dan memiliki perusahaan kecil peninggalan suaminya. *** Siang ini Joya tidak ingin makan siang diluar kantor. Joya membawa makan siangnya yang ada dalam kotak bekal makanan yang dia bawa. Joya lalu pergi ke ruang Pantry pastilah diasana kosong dan tidak ada orang pikir Joya. Lalu Joya bergegas sebelum semua OB kembali dari istirahatmakan siang. Joya terkejut ketika mendapati Adinata berada di dalam ruang Pantry sedang menyantap nasi bungkus makan siangnya. "Ibu Joya. Mari makan siang. Maaf saya makan di Pantry. Saya tidak ingin makan diluar jadi saya beli di warteg di pinggir jalan saja. lalu saya makan di sini. Ibu sedang apa disini?" "Suttt...!! kamu jangan berisik! saya mau makan siang disini. soalnya saya membawa bekal makan siang sendiri." Nata melirik pada kotak makan sederhana yang ada dalam gengaman Joya. Nata berpikir orang selevel manager seperti Joya membawa bekal makanan apakah dia sedang mengirit biaya. Namun Nata tidak berani banyak bertanya mengingat omelan Joya yang pernah disemprotkan kepadanya waktu itu. "Saya akan menutup mulut bu. Saya justru senang ada teman makan siang saya di sini" Senyum Nata kepada Joya. Ternyata pemikiran Nata akan Joya yang terlalu angkuh dan arogan ternyata salah. Joya termasuk orang yang bersahabat menurut Nata walau terkadang sedikit cerewet. "Kamu hanya memakan dua tempe, telor ceplok dan potongan timun serta sambal?" "Memangnya kenapa bu? Ini kan semuanya sehat kaya dengan protein." Joya lalu mulai membuka kotak makan siangnya, dimana terdapat menu Ayam balado, Perkedel kentang ,tumis sayur kangkung dan tidak lupa semur jengkol kesukaannya. "Ib-ibu Joya suka jengkol?" "Iya. Memangnya kenapa? Apakah seorang manager perusahaan tidak boleh memakan jengkol?" "Bu-bukan begitu maksud saya bu. Saya hanya berpikir biasanya wanita cantik tidak senang memakan jengkol karena aromanya." "Terimakasih kamu sudah mengatakan saya cantik. Saya gak takut sama aromanya. Kan ada permen karet pembersih mulut. Lagi pula hari ini sedang tidak ada meeting. makanya aku berani memakan jengkol." "Nanti kalau dapat kiss dari pacarnya gimana bu?" "ih...kamu kalau ngomong nyerempet kemana-mana deh. Saya tuh gak punya pacar dan malas untuk pacaran. Sudah saya mau makan dulu. kamu mau jengkolnya tidak?" "Boleh nih bu. Saya jadi teringat masakan ibu saya" "Memangnya Ibu kamu tidak tinggal sama kamu, Nata?" "Ibu saya baru saja meninggal dua bulan lalu." "Maaf ya Nata. Bukan maksud saya menyinggung kesedihan kamu. Nanti kalau kamu kangen masakan jengkol ibu kamu, tinggal bilang saja sama saya saja yah." Nata merasa nyaman saat bercakap-cakap dengan Joya. Dia merasa Joya sangat humble dan tidak menempatkan dirinya sebagai putri pertama pemilik perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Nata juga tidak menyangka kalau ada wanita yang dapat memasak dengan rasa yang sama seperti masakan ibunya. Nata merasa Joya adalah gadis yang rendah hati dan bersahabat. Joya sudah kembali ke ruangannya dan sebagai ucapan terimakasih Nata atas menu jengkol buatan Joya. Nata menawarkan diri untuk mencucikan kotak tempat makan dan piring bekas joya makan siang. "Semakin lama kalau diperhatikan Ibu Joya terlihat cantik dan manis." Nata tersenyum saat membayangkan senyum Joya dan keramahan joya kepada nya. "Masa sih. Wanita cantik dan pintar seperti ibu joya belum punya kekasih?" Nata terus bertanya-tanya mengapa joya belum juga memiliki kekasih. Pikirnya pastilah banyak para lelaki muda yang ingin menjadi kekasihnya. Radit yang baru saja tiba dari makan siang langsung menepuk pundak Adinata dan membuat Nata terkejut. "Hei...! Nata. lu mau mencuci piring atau mau bengong. Awas nanti piring ditangan lu pecah karena ketularan bengong dari lu." canda Radit kepada Nata. "lu bikin gua kaget aja sih Radit. Gua lagi mikir aja ibu joya ternyata masih single ya?" "hmm...sepertinya lu sudah mulai naksir sama ibu joya yah, tapi lu tidak akan bisa mengabil hatinya. Sebab Joya tidak akan bisa melupakan cinta pertamanya yang sudah tiada."   - Bersambung- @Caramelarose6
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN