58. Malam Mingguan

1502 Kata

Petang itu, Wira menatap Mia yang sedang berdandan. Bagi Wira, ketika pertama kali mereka bertemu, Mia benar-benar terlihat seperti bocah tengil. Bocah yang tanpa aturan menyusup ke rumah kosong. Bocah yang tidak canggung menikah dengan seragam bercorak cat semprot. Terkadang, ia masih tak mempercayai bagaimana takdir mempertemukan mereka. Namun, sekarang Mia terlihat begitu cantik, rapi dan lebih dewasa. Entah sejak kapan ia merasa seperti itu, yang jelas ia selalu suka menatap ke arah istrinya itu. "Om Wira jangan ngeliatin terus," kata Mia canggung. Sejak ia tahu Wira menyukainya, ia jadi was-was ketika mereka berdekatan. Ia berdebar keras jika mereka bertemu tatap. Padahal kini, Wira duduk di atas ranjang sementara ia di depan meja rias. "Siapa yang ngeliatin?" sangkal Wira. Ia berd

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN