Terima kasih

1089 Kata
Setiap hari Arumi akan membuatkan bekal untuk suaminya. Tapi tidak pernah satu kalipun Alvaro akan memakannya dan malah membuangnya di kotak sampah. Ia tak ingin terjerat perasaan dengan wanita yang berbeda jauh umur 22 tahun di bawahnya itu. Tring Tring Tring Suara telepon dari sekolah Nia berdering. Alvaro segera mengangkat dan menjawab teleponnya. "Selamat pagi pak apa saya saat ini bicara dengan bapak Alvaro? " tanya guru wali kelas Nia. "Selamat pagi juga bu. Ini dengan saya sendiri ada apa ya? apa anak saya berbuat kesalahan di sekolah? " tanyanya khawatir. "Maaf pak sebelumnya saya ingin menyampaikan jika anak bapak sudah satu minggu tidak datang ke sekolah. Apa Nia sakit? " Nia tidak sekolah? bukannya selama ini Nia selalu berangkat ke sekolah setiap hari? "Anak saya baik-baik saja bu. Saya akan menegurnya nanti dan memastikan Nia akan berangkat sekolah setiap harinya" ucap Alvaro. "Baiklah kalau begitu saya tutup dulu teleponnya. Terima kasih atas waktunya." "Iya bu sama-sama" Alvaro mematikan teleponnya dengan gusar. Kemana saja Nia selama ini. Dia tak akan segan-segan untuk menyiksa anaknya itu jika berbuat kesalahan seperti dulu lagi. Nia pernah ketahuan clubing sampai mabuk di club. Alvaro sangat marah dan tak segan untuk menyiksanya. Ia segera menelpon anak buahnya untuk mencari keberadaan Nia sekarang juga. "Anton cari keberadaan Nia sekarang juga dan bawa dia pulang kerumah!! " perintah Alvaro. "Baik pak" jawab Anton di seberang telepon. Alvaro mematikan telponnya lalu kembali mengerjakan pekerjaannya. Sementara itu Nia sedang berada di kos kosan temannya.Dia sedang menyuntikkan barang haram di tangannya. Sudah satu tahun ini Nia terjebak dalam dunia hitam untuk mengalihkan pikirannya yang stres akibat perceraian kedua orang tuanya. "Nia lo gak balik kerumah lo? ini udah malem" tanya temannya. "Gak gue males ketemu mama tiri gue!! gue nginep ya disini" jawab Nia yang sudah fly akibat narkoba yang baru disuntikkan ke tangannya. "Jangan make banyak-banyak nanti lo koid!! " tegur temannya sambil mengambil narkoboy yang dipakai oleh Nia. BRAKKK Pintu kosan teman Nia didobrak paksa oleh beberapa orang. Nia dibawa paksa oleh mereka untuk keluar dari sana. "Lepaskan!! lepaskan!! siapa kalian?! saya bisa laporin kalian ke polisi ya!! " ancam Nia sambil memberontak meminta untuk dibebaskan. "Kami suruhan papa kamu!! ayo ikut kami!! " Mereka memaksa Nia untuk masuk ke dalam mobil. Nia tampak ketakutan pasti papanya akan menghukum dirinya sepulang nanti. Sesampainya dirumah Nia dibawa paksa masuk ke dalam menghadap papanya yang sedang duduk di ruang keluarga. "Kenapa kamu gak sekolah satu minggu?! gurumu menelpon papa!! mau jadi apa kamu?! " tanya Alvaro marah. "Bukan urusan papa!! ini urusan Nia!! " jawab Nia tak peduli. "Beraninya kamu bicara seperti itu di depan papa!! " Alvaro ingin melayangkan tamparannya tapi Nia malah berteriak kembali di depannya. "Tampar pa!! tampar!! papa cuma mementingkan perasaan papa!! Nia cuma pengen kita kayak dulu lagi pa!! Nia cuma mau mama kembali kerumah ini!! apa papa tidak bisa memaafkan mama!! mama selingkuh juga gara-gara papa selalu sibuk dengan pekerjaan papa!! Nia kesepian!! Nia butuh mama!! " Alvaro urung menampar anaknya itu dan terdiam mencerna ucapannya. Ia merasa memang ini semua adalah salahnya. Dia jarang ada waktu untuk keluarga sampai keluarganya hancur berantakan. Tapi tetap saja dia tidak membenarkan perselingkuhan yang Nadia lakukan padanya. "Masuk ke dalam kamarmu sekarang!! " perintahnya. Nia langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. Diam-diam Arumi melihat dan mendengar pertengkaran mereka saat membersihkan rumah. Sebagai mama tiri seharusnya dia juga ikut andil untuk mengurus Nia dan anak-anak sambungnya yang lain. Tapi Nia adalah orang yang paling membencinya dirumah ini. Susah sekali untuk mendekatinya. Arumi yang kasihan melihat suaminya mengantarkan minuman teh hangat untuknya. Alvaro sama sekali tidak bergeming di tempatnya. "Arumi duduklah disana ada yang ingin aku katakan padamu" ucap Alvaro. Arumi duduk di hadapan suaminya yang sedang terlihat kalut seperti menyimpan banyak beban pikiran. "Aku minta tolong jaga anak-anakku di saat aku tak berada di rumah. Terutama Nia dan Nara." "Iya mas aku akan berusaha untuk dekat dengan mereka dan menjaga mereka seperti anakku sendiri. Tapi mas boleh aku memberimu saran? " " Katakan saja" "Mas anak-anakmu hanya butuh perhatianmu sedikit saja. Walau sesibuk apapun tanya kabarnya, tanya kesehariannya di sekolah, puji mereka, mereka tidak butuh harta apapun kecuali perhatian darimu" ucap Arumi pada suaminya. Alvaro menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Arumi masih muda tapi pemikirannya dewasa. Padahal umurnya tidak beda jauh dengan Niko dan Nia. "Kamu benar. Terima kasih atas sarannya" untuk pertama kali Alvaro tersenyum pada Arumi. Senyuman itu membuat jantung Arumi berdebar-debar dan perlahan jatuh cinta pada suaminya sendiri. "Aku permisi dulu ke dapur ya mas silahkan diminum tehnya" Arumi beranjak ke dapur karena tak sanggup duduk berlama-lama di hadapan suaminya. Rasanya jantungnya ingin melompat saat melihat ketampanan Alvaro. Esok harinya Alvaro menyapa anak-anaknya saat mereka sarapan pagi bersama. Dia juga bertanya banyak hal pada Nia, Niko, dan Nara. "Nia apa kamu ada kesulitan di sekolahmu? apa papa perlu mencari guru les untukmu? " tanya Alvaro begitu perhatian. "Tidak ada pa" jawab Nia malas. Mereka semua heran dengan perubahan papanya di pagi hari ini. Apa papa mereka terbentur sesuatu sebelumnya. "Niko bagaimana dengan kuliahmu? apa semuanya lancar? " tanya Alvaro lagi. "Iya pa semuanya lancar-lancar saja" jawab Niko lebih ramah dibandingkan Nia. Selesai sarapan Alvaro ingin mengantarkan anak-anaknya sendiri di sekolah. Semua anak-anaknya merasa heran dan membiarkan Alvaro mengantar mereka. Arumi juga ikut untuk mengantar Nara ke sekolah. Sebelum masuk ke sekolah Alvaro mencium pipi Nia sebentar. "Jangan bolos lagi jangan kecewakan papa" ucapnya. "Iya pa" jawab Nia seraya tersenyum melihat perubahan sikap papanya pagi ini. Dia jadi bersemangat untuk kembali ke sekolah. Nia mencium tangan Alvaro lalu berlari masuk ke dalam sekolahnya. Arumi tersenyum senang melihat Alvaro kembali berbaikan dengan Nia. Setelah itu Alvaro mengantar Niko lalu terakhir mengantarkan Nara dan Arumi ke TK. "Papa Nara masuk sekolah dulu ya" Nara mencium tangan Alvaro setelah diajari oleh Arumi. Alvaro senang melihat anak-anaknya menaruh hormat padanya seperti ini. Sejenak Alvaro ragu menilai Arumi yang menjual dirinya demi uang. Tapi bisa jadi wanita itu belum menunjukkan belang yang sebenarnya. "Iya sayang belajar yang rajin ya" ucap Alvaro pada anak bungsunya. "Sip pa!! " ucap Nara. Arumi juga ikut mencium tangan suaminya sebelum dia turun bersama dengan Nara. Baru beberapa langkah mereka berjalan memasuki sekolah Alvaro malah memanggilnya. "Arumi!! " Arumi menoleh saat Alvaro memanggilnya. "Terima kasih" ucapnya baru setelah itu Alvaro pergi menuju kantornya. Arumi malah tersipu padahal suaminya hanya mengatakan ucapan terima kasih. Bagaimana kalau nanti Alvaro mengatakan kata cinta mungkin dia sudah pingsan duluan. "Tante ayo!! " Nara menarik tangannya menuju ke kelasnya. "Iya sayang ayo" sahut Arumi sambil ikut berjalan berdampingan dengannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN