Bab 5. Jadi Wanita Saya!

1062 Kata
Miyabi pun masuk ke ruangan kerjanya Leo. Seketika dia terkejut melihat keberadaan Leo yang sedang memperhatikannya. Bahkan saat ini laki-laki itu menatap ke arah tubuhnya yang basah. Miyabi pun lekas menutupinya. "Eh Pak, maaf, tadi saya baru saja dikerjain oleh para karyawan Bapak. Mereka jahat sekali, Pak. Masa mereka guyur tubuh saya dengan air. Mereka tidak suka sama saya, karena tadi saya tidak sengaja jatuh ke pelukan Bapak. Sepertinya mereka menyukai Bapak!" ucap Miyabi tak tahu malu. Namun seketika bola matanya membulat begitu melihat Leo beranjak. Laki-laki itu berjalan menghampiri Miyabi, semakin mendekat dan mendekat. Miyabi pun menelan ludah susah payah karena gugup. "Apa kamu benar-benar tidak mengingat saya?! Apa kamu sudah lupa, dengan apa yang baru saja kamu perbuat semalam terhadap saya?!" Miyabi menelan ludahnya susah payah. Entah apa yang harus dia jelaskan kepada atasan barunya itu saat ini. "Em, semalam? Memangnya semalam kenapa, Pak? Apa yang terjadi sama Bapak?" tanya Miyabi pura-pura tak tahu. Leo pun menyunggingkan senyuman mendengar itu. "Jangan berpura-pura bodoh! Saya tahu kalau kamu juga pasti mengingatnya. Atau, apa perlu saya mengulanginya lagi sekarang? Supaya kamu bisa mengingat dengan jelas kejadiannya?" Leo tersenyum smrik menatap Miyabi. Miyabi pun bergidik ngeri melihat itu. "Bapak ini bicara apa sih? Saya gak ngerti dengan apa yang Bapak bicarakan. Kenapa Bapak bahas-bahas tentang semalam? Memangnya apa yang terjadi semalam sama Bapak? Saya tidak tahu?" ucap Miyabi acuh tak acuh. Lebih tepatnya, pura-pura tak tahu. Semua itu dia lakukan semata untuk menyelamatkan diri dari tuduhan Leo. "Oh, tidak tahu, ya? Tidak tahu, apa pura-pura lupa? Apa perlu saya ingatkan kejadiannya?" tanya Leo mendekati Miyabi. Miyabi pun sontak melangkah mundur. Hingga pada akhirnya badannya terhenti begitu menabarak tembok. Miyabi pun membulatkan matanya saat tiba-tiba saja Leo menarik tengkuk lehernya dan mencium bibirnya. Miyabi bisa merasakan, benda kenyal milik Leo mulai menempel di bibir indahnya dan melumatnya secara perlahan. Miyabi pun terbawa perasaan. Matanya mulai memejam dan merasakan sensasi aneh yang Leo ciptakan. Bahkan tangan Leo juga mulai terulur mengelus pinggang rampingnya dan terus memutar mengelilingi lekuk tubuhnya. Miyabi bergelinjang. "Pak, Ahh..." nafas Miyabi mulai ngos-ngosan. Namun Leo tak membiarkannya selesai begitu saja. Bibirnya terus bergerak menyapu seluruh wajah dan leher Miyabi. Hingga kemudian kembali meraup bibirnya kembali dan menyesapnya lagi. "Emhh..." Miyabi menggeliat. Tangan Leo terus bergerak mengelus sekujur tubuhnya yang basah. Bahkan dia juga mulai mencopot beberapa bagian kancing kemeja Miyabi. Miyabi pun pasrah. Hingga tiba-tiba, Brandon datang. Dia terkejut melihat kegiatan panas yang dilakukan Leo dengan Miyabi tersebut. Brandon pun bergegas berbalik badan untuk mengalihkan pandangannya. "Brandon! Apa kau tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk?!" tegur Leo kepada asisten pribadinya itu. Brandon pun langsung menundukkan wajahnya. "Maaf Tuan Leo, saya tidak sengaja!" ucap Brandon menyesal. Dia sungguh tidak tahu, kalau dia sudah datang di waktu yang tidak tepat. Miyabi dan Leo bergegas merapikan kembali pakaian mereka yang sudah tak beraturan. Kemudian Leo pun menjauhkan diri dari Miyabi. "Saya tidak mau tahu! Segera ganti pintu saya dengan pintu otomatis. Dimana hanya saya yang bisa memberi akses keluar masuk ke ruangan saya!" Brandon mengangguk. "Segera Tuan Leo!" Leo memberi isyarat kepada Brandon untuk keluar dari ruangannya. Brandon pun lekas pergi dari sana. Begitu juga dengan Miyabi yang hendak beranjak. Namun seketika suara Leo menghentikannya. "Kamu tidak usah! Kamu tetap di sini!" titah Leo kepada Miyabi. Miyabi pun seketika menghentikan langkahnya dan memejamkan mata. Entah apa lagi yang akan dilakukan laki-laki itu kepadanya sekarang. Miyabi hanya bisa pasrah. Leo pun duduk di kursi kebesarannya, lalu kemudian menatap Miyabi. Dia pun menepuk-nepuk pahanya, dan meminta Miyabi untuk datang kepadanya. "Kamu! Kemarilah! Duduk disini," ucap Leo kepada Miyabi. Miyabi pun mengernyit mendengar itu, apalagi melihat gerakan tangan Leo yang memintanya untuk duduk di pangkuannya, Miyabi enggan. "Maksud Bapak, apa? Bapak ingin saya duduk disana?" tanya Miyabi berlaga tak mengerti. Leo pun mengangguk menanggapi itu. "Hm, kemarilah! Duduk disini!" lagi Leo berkata. Miyabi pun menelan ludah susah payah, lalu kemudian berjalan menghampiri Leo. Hingga tiba-tiba, Leo pun menarik tangannya hingga membuat Miyabi jatuh ke pangkuannya. Miyabi hendak beranjak, namun tangan Leo justru malah melilit di pinggangnya dan menahannya. Miyabi terkejut. "Pak! Bapak mau apa? Kenapa saya harus duduk di pangkuan Bapak segala?" tanya Miyabi ketakutan. Leo pun membalikkan tubuh Miyabi supaya bisa menghadap ke arahnya. Seketika pandangan keduanya pun bertemu. "Apa kamu benar-benar tidak ingat sama saya? Jawab dengan jujur! Atau, saya akan membatalkan pekerjaan kamu di perusahaan ini. Kamu pilih mana?" Seketika Miyabi panik. Apalagi mengingat kondisi keuangan keluarganya yang saat ini sangat membutuhkan biaya. Belum lagi keadaan ibunya yang saat ini sedang membutuhkan perawatan. Tentu saja itu membutuhkan uang yang tidak sedikit. Kalau Miyabi tidak jadi bekerja di perusahaan itu, lantas dari mana dia bisa mengumpulkan uang untuk kebutuhannya tersebut. Miyabi pun mengangguk. "Iya, iya, saya mengaku. Saya ingat sama Bapak! Bapak adalah orang yang saya cium semalam pada saat di bar!" Seketika sebuah senyuman pun tersungging di bibir Leo mendengar kejujuran Miyabi. Dia merasa senang karena akhirnya Miyabi mau mengakuinya juga. "Tapi sumpah Pak, itu semua hanyalah taruhan saja! Saya terjebak oleh permainan teman-teman saya yang memberikan saya sebuah tantangan untuk mencium Bapak, karena kebetulan saat itu Bapak yang tiba-tiba saja masuk ke ruangan itu. Jadi mau tidak mau saya pun harus mencium Bapak untuk menyelesaikan tantangannya. Sekali lagi saya mohon maaf Pak, saya mohon Bapak jangan membatalkan pekerjaan saya. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Saya mohon!" pinta Miyabi penuh harap. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca memelas belas kasihan. Berharap kalau Leo mau mendengarkan permintaannya dan menyetujuinya. Leo pun menyunggingkan senyuman melihat itu. "Baiklah, baiklah, saya tidak akan membatalkannya. Saya tetap akan menerima kamu untuk menjadi asisten pribadi saya. Tapi, dengan satu syarat!" Miyabi mengernyit mendengar ucapan Leo tersebut. Dia pun menatap Leo. "Syarat? Syarat apa, Pak?" tanya Miyabi penasaran. Leo pun mendekatkan bibirnya ke telinga Miyabi, kemudian dia berbisik. "Jadilah wanita saya!" Gudubrak!! Miyabi sungguh terkejut mendengar permintaan Leo tersebut. Itu sungguh di luar nalar baginya. "Apa, Pak?! Jadi wanitanya Bapak?! Maksudnya bagaimana?! Saya sungguh tidak mengerti." Miyabi mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan Leo. Namun Leo menahan dagunya dan membuat dirinya kembali menatapnya. "Kamu hanya perlu menyetujuinya saja. Nanti perlahan kamu juga akan mengerti dengan apa yang saya maksud. Saya tahu kalau saat ini kamu sedang membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibumu. Kamu juga harus membiayai adik-adikmu sekolah. Saya bisa mencukupi semua itu, asalkan kamu mau menjadi wanita saya!" Leo menatap Miyabi. Miyabi pun terdiam seolah mempertimbangkan permintaan Leo tersebut. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN