“Halo,” “Iya, Sayang, ada apa?” ujar Beliau ketika menerima telepon yang ada di atas mejanya. “’Loh, kamu ini bagaimana? Alma itu ada di toko kita, ini lagi ada di ruangan Mama.” “Iya, ini, anaknya ada di depan Mama, oke, bay.” Beliau meletakkan gagang telepon berwarna putih itu, kembali pada tatakannya. Kemudian, dengan kedua tangan yang ditangkupkan untuk menopang dagunya. Beliau memandangi wajah Almahyra yang tampak berseri. “Herman,” ungkap Beliau singkat. “Ha? Iya Bu,” jawab Almahyra kebingungan. “Herman yang menelepon barusan. Katanya dia kehilangan kamu, di saat dia tengah membenarkan posisi mobilnya.” “I―Iya, Bu, saya sedang tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa, termasuk Pak Herman.” “Dia itu sangat mencintai kamu, dia bahkan rela melakukan apa pun hanya demi kamu. Apa y