Kebenaran Tentang Brilliant

1324 Kata
“Arumi, sebenarnya Ian itu pernah menikah,” ucap Delian terus terang. “Jadi benar apa yang dikatakan Bella,” ucap Arumi pelan. "Kamu bicara apa Arumi?" tanya Delian karena tak mendengar apa yang dikatakan oleh Arumi. "Tolong bicara yang jelas, kamu tidak usah takut atau sungkan pada saya. Sekarang saya adalah ibumu," ujar Delian dengan tegas memberi tahu kalau iya tak suka jika Arumi bicara pelan padahal ada dia dihadapannya. "Eh iya bu, maaf,” jawab Arumi malu. “Perihal itu, Bella adik saya pernah mengatakannya,” jawab Arumi. "Oh begitu,” jawab Delian. Arumi pun mengangguk dengan yakin. Walau sebenarnya ia sangat penasaran tentang siapa mantan istri Ian dan alasan Ian berpisah dan menjadi duda. "Maaf ya Arumi, saya tidak mengatakannya lebih awal." "Sebenarnya saya tidak mau kamu mengetahuinya, tapi sepertinya akan sangat tidak adil jika kamu tidak mengetahui kebenarannya,” jelas Delian. Arumi memperhatikan apa yang dikatakan oleh Delian. "Jadi begini Arumi.". "Dua tahun lalu Ian pernah menikah dengan Celine. Teman kuliahnya, dan sayangnya Celine meninggal setahun yang lalu,” tambah Delian. "Mulai sekarang kamu akan tinggal di rumah ini dan kamu akan melihat foto Celine di kamar Ian. Saya mohon kamu maklum ya," ucap Delian tak enak hati. "Ian tak mau menurunkan foto Celine walaupun sekarang sudah menikah denganmu. Ian sepertinya belum benar-benar bisa melupakan Celine. Tapi ibu yakin lambat laun dia akan melupakannya karena kehadiran kamu,” jelas Delian. "Iya bu,” jawab Arumi bingung harus menanggapinya seperti apa lagi. "Terima kasih ya Arumi. Ibu sudah membujuk Ian untuk menurunkan fotonya,” ujar Delian. "Iya bu, tidak masalah," jawab Arumi dengan tenang. "Saya memang tak salah memilih kamu menjadi menantu saya. Kamu sangat pengertian," puji Delian. Arumi tersipu. Padahal dalam hatinya Arumi sama sekali tidak peduli dengan Brilliant. "Bu, apa boleh Arumi tetap bekerja?" tanya Delian. "Iya, tentu saja boleh Arumi. Saya tidak akan melarang apa yang ingin kamu lakukan. Tapi, kamu izinlah pada Ian, karena yang berhak atas dirimu kini adalah Ian, suamimu,” jelas Delian. "Baik bu, saya pasti akan izin pada Ian terlebih dahulu sebelum melakukan dan memutuskan apapun,” ucap Arumi sambil tersenyum. "Bagus. Oh iya Arumi, untuk besok, kamu ikut bersama Ian mengantar saya ke bandara ya?" pinta Delian. “Ke bandara?" tanya Arumi. Delian menganggukan kepalanya. *** Brilliant kini sedang duduk di meja kerjanya, ia tengah menatap layar laptop yang menunjukkan foto Celine dan dirinya saat di pantai. Momen saat keduanya honeymoon. "Dulu kita honeymoon, kamu sangat cantik sekali dengan gaun warna putih,"bisik Ian. Saat sedang memandangi tubuh Celine yang dihempas deburan ombak suara ketukan pintu membuat Brilliant melihat ke arah pintu. “Siapa?" tanya Brilliant. “Ini aku Arumi,” jawab Arumi dari balik pintu. "Ish, untuk apa dia ke kamarku?" tanya Brilliant dengan wajah malas. "Masuklah,” jawab Brilliant tanpa melihat ke arah pintu lagi. Pintu pun terbuka dan Brilliant melihat ke arah Arumi yang mengambil koper dari pegawai. Pintu kembali ditutup oleh Arumi dan setelah itu Arumi melihat ke sekeliling kamar Brilliant yang sangat luas. 'Oh, jadi itu mendiang istri Ian,' batin Arumi saat melihat beberapa foto Celine yang terpampang jelas di dinding kamar. 'Cantik dan anggun. Sepertinya dia bertolak belakang denganku kepribadiannya,' pikir Arumi. “Untuk apa kamu ke kamarku?" tanya Brilliant sambil menutup laptop dan menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil melihat ke arah Arumi. "Aku diminta ke sini oleh ibu Delian,” jawab Arumi tanpa melihat ke arah Brilliant. Ia melihat kamar Brilliant yang tertata sangat rapi, berbeda sekali dengan kamarnya yang lebih sering berantakan. "Oke, baiklah. Selama ada ibu kamu bisa saja satu kamar denganku, tapi saat ibu dan ayah tak ada dirumah jangan harap kamu bisa satu kamar denganku,” ujar Brilliant. Arumi langsung melihat ke arah Brilliant. "Oke baiklah,” jawab Arumi santai. “Lagian juga besok ibu akan berangkat kan?" ucap Arumi sambil menyunggingkan senyumnya pada Brilliant. "Kamu tahu ibu akan ke luar negeri?” tanya Brilliant. "Iya. Besok aku juga diminta untuk mengantarnya ke Bandara bersama kamu,” jawab Arumi. Brilliant terdiam. “Ini sudah malam,” ucap Arumi sambil melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. “Aku akan tidur sekarang, aku takut bangun kesiangan,” ucap Arumi sambil menyeret kopernya. "Eh mau dibawa kemana kopermu itu?" tanya Brilliant sambil berdiri. "Aku akan memasukan pakaian ke lemari,” jawab Arumi enteng tetap berjalan kearah lemari 5 pintu yang ada di kamar Brilliant. "Eh tidak tidak!” seru Brilliant. "Enak saja,” ujar Brilliant sambil mendekati Arumi yang sudah berdiri di dekat lemari pakaian Brilliant. “Kamu tak boleh menyimpan pakaianmu disini,” ucap Brilliant sambil berdiri didepan lemarinya, menghalangi Arumi agar tak membuka lemari. "Lalu aku simpan di mana pakaianku?" tanya Arumi. "Ya ampun, kamu dari dulu memang lola ya!” seru Brilliant. "Aku tidak mau kamu sekamar denganku. Jadi jangan pernah menyimpan pakaian di lemari ini!” seru Brilliant. “Besok kan ibu akan pergi, jadi kamu bisa menempati kamar yang lain dan kamu bisa simpan semua barangmu di sana,” jelas Brilliant. "Kamu ngerti kan?" tanya Brilliant sambil mendekati tubuh Arumi. Arumi menganggukan kepalanya. "Oke baik,” jawab Arumi. Setelah itu Arumi mengambil pakaian tidurnya dari koper dan mengganti pakaiannya di kamar mandi. Sementara Brilliant memilih duduk di ranjang. Tak lama setelah itu Arumi keluar dari kamar mandi. "Kamu tidur di sofa,” ujar Brilliant. 'Sudah aku duga,' batin Arumi. Tanpa menjawab perkataan Brilliant Arumi pun melangkahkan kakinya ke arah sofa panjang yang ada di kamar itu. Kamar Brilliant memanglah sangat luas disana ada meja kerja, sofa, lemari pakaian dengan lima pintu bahkan treadmill pun ada di sana. Arumi mendudukan tubuhnya di sofa. "Apa kamu tidak mau memberikanku selimut?" tanya Arumi sambil melihat ke arah Brilliant yang sudah mulai merebahkan tubuhnya di ranjang dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Ah merepotkan sekali!" seru Brilliant yang kembali mendudukan tubuhnya. Brilliant mengambil selimut dari lemari pakaian dan melemparkannya pada Arumi, Arumi menangkap selimut itu dengan tersenyum. "Nah begitu dong,” ucap Arumi. Brilliant kembali ke ranjangnya dan merebahkan tubuhnya. "Oh iya, apa aku boleh tetap bekerja?" tanya Arumi saat Brilliant baru memejamkan matanya. "Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan, aku tak akan mengurusi hidupmu, bahkan jika kamu punya kekasih pun aku tak akan peduli," ucap Brilliant dengan sinis. Arumi memutar bola matanya lalu ia merebahkan tubuhnya di sofa. 'Tak apa lah tidur di sofa. Sofa ini juga luas dan empuk,' batin Arumi sambil tersenyum. Keesokan harinya Arumi dan Brilliant mengantar Delian dan Kenan ke Bandara. “Arumi, semoga kamu betah ya di rumah,” harap Delian. "Mungkin kami akan cukup lama di luar negeri,” tambah Delian kemudian sambil merangkul Arumi. Sementara Brilliant dan Kenan berdiri tak jauh dari keduanya. "Iya ibu, pasti Arumi akan betah,” jawab Arumi dengan yakin, padahal setelah kepergian Delian Arumi harus siap dengan apapun yang terjadi. Delian pun mengangguk. Setelah berbicara dengan Arumi, Delian melihat ke arah Brilliant. "Ian,” panggil Delian. "Iya bu," jawab Brilliant sambil melihat ke arah Delian. "Kemarilah nak," pinta Delian. Brilliant pun berjalan mendekati Delian. Setelah Brilliant berdiri di samping Delian, Delian pun meraih tangan Brilliant dan menyatukannya dengan tangan Arumi. "Sekarang kalian adalah suami istri, semoga kalian bisa adaptasi dengan cepat dan saling menjaga satu sama lain ya,” ucap Delian. Arumi dan Brilliant mengangguk serempak. "Dan Ian," ucap Delian sambil menatap lekat ke arah wajah anak sulungnya. "Ingat kamu sekarang sudah punya istri. Perhatikan istrimu dan jangan terlalu sibuk bekerja jika di rumah,” Delian mengingatkan. "Iya bu,” jawab Brilliant. Arumi memperhatikan bagaimana menurutnya Brilliant pada Delian. 'Ternyata si Ian itu takluk jika dihadapkan dengan ibu,' batin Arumi. Tak lama kemudian Delian dan Kenan pun mulai masuk ke uang tunggu. Sementara Briliant dan Arumi masih berdiri disana. "Sekarang kamu kamu pulang atau kemana?" tanya Brilliant. "Aku mau pulang ke rumah papa,” jawab Arumi sambil melihat ke arah Brilliant. Brilliant berbalik dan meninggalkan Arumi. "Jangan harap kamu bisa pulang ke rumahmu!" seru Brilliant sambil meninggalkan Arumi. "Eh maksud kamu apa?" tanya Arumi sambil mengejar Brilliant.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN