Tidak butuh waktu lama akhirnya ramen kami pun jadi dan kami sama-sama makan, tentu saja terjadi kecanggungan di antara kami berdua namun sebisa mungkin aku membuatnya menjadi biasa saja. kami berdua tidak boleh larut dengan sesuatu yang sedang nya bukan masalah hanya saja Bayu terlalu lebay sehingga Ia datang terus dan meminta maaf kepada aku
Setelah makan kami berdua kembali menonton televisi, kehadiran Bayu di sini juga cukup membantu diriku untuk tidak selalu terbayang-bayang akan adanya Arka setidaknya fokus cukup teralihkan karena kehadiran Bayu di sini
Kami berdua sama-sama menonton televisi dan tiba-tiba bayi memegang tanganku, Aku menoleh ke arahnya mencari tahu maksudnya Kenapa ia memegang tanganku
" kenapa? " Tanyaku kepada Bayu, Aku berusaha menarik tanganku darinya namun semakin ku tarik semakin iya dengan erat menggenggam tanganku
" salah nggak sih kalau aku cinta sama kamu? Lagian sekarang ini kamu pacaran sama Arta pun sepertinya nggak bakal Berujung dia udah punya hidupnya sendiri dan masa iya kamu mau gini gini aja kalau kamu mau aku bisa datang ke rumah kamu buat ngelamar kamu tepat dihadapan orang tua kamu
Aku menatap Bayu dengan Tatapan yang aneh maksudku Bukankah ia sudah pernah ku tolak?
Aku menggeleng cepat kemudian menarik tanganku dari genggamannya " Aku gak mau mundur dulu dari Arta, lagipula Arta minta aku nunggu sampai 6 bulan ke depan dan pasti dia bakal tepati janji Nya" begitu jawabku kepada Bayu
"Kalau semisal Arta nggak datang dan tepati janjinya sama kamu aku boleh ya datang ke kamu dan keluarga kamu aku mau serius sama kamu " ucap Bayu cuma sesaat setelahnya tiba-tiba pintu apartemen berbunyi seperti ada seseorang yang masuk
Kami berdua lantas menoleh kemudian terlihat sosok Arta yang berdiri menatap kami berdua dengan senyum sinis
" Kamu bohong ya ternyata, dan kecurigaanku benar " ucap Artha sembari menatap aku dan Bima bergantian
Aku berdiri kemudian aku menghampirinya Berusaha menjelaskan yang sebenarnya kepada Arta, namun pria itu menolak Ia hanya menatapku dengan tatapan dingin seolah-olah apa yang ia lihat adalah sesuatu yang benar
Arta langsung keluar dari apartemen ia membanting pintu Kemudian pergi begitu saja, aku tidak tinggal diam aku buru-buru mengajarinya guna menjelaskan apa yang ia lihat baru saja
" Arta! nggak lucu ya, kamu tuh salah paham nggak ada yang ngapa-ngapain nggak ada yang selingkuh nggak ada yang nggak ada yang ada yang di pikiran kamu kamu rumah larut sama emosi kamu"ucapku kepada Artha sembari mengejarnya
Itu bahkan tidak menggubris ku hingga ia naik ke atas mobilnya meninggalkanku sendirian yang sedang bercucuran air mata
Sesaat setelah Arta pergi, tiba-tiba Bayu datang untuk menghampiriku dia berusaha menenangkanku dan terus terus meminta maaf kepada aku
"Areta Maaf ya gara-gara aku kamu sama aku jadi berantem" ucap Bayu
Aku menggeleng sebenarnta bukan gara-gara Bayu hanya saja Arta yang terlalu childish
kemudian Bayu Membawaku Kembali ke kamar agar aku tidak mau jadi bahan tontonan oleh orang-orang yang berada di sana
Sesampainya di kamar aku meminta Bayu untuk pulang dulu karena aku ingin sendiri untuk beberapa saat. Bayus akan mengerti kemudian ia membiarkanku sendirian dan ia kembali ke kamarnya
Saat Bayu telah pergi Aku berusaha untuk menghubungi Arta, entah ada berapa ratus kali panggilan yang kulayangkan untuknya namun tidak satupun yang ia angkat aku jadi Geram sendiri, aku buru-buru ke kamar mandi untuk membasuh wajahku dengan air kemudian aku menyambar kunci mobil yang terletak begitu saja di atas meja Iya aku akan datang ke Artha hari ini juga aku sudah tidak peduli dengan Thalia masa bodoh yang jelas aku ingin Arta
Di sepanjang perjalanan aku terus-terusan menangis aku membayangkan kan betapa Lamanya aku pacaran dengan Arta dan jika saja ini berakhir konyol seperti tadi di mungkin semuanya akan membuatku gila, terlebih lagi jika misal tiba-tiba aku melihat Arta di jalan bersama Thalia, Entahlah baru membayangkannya saja membuatku sudah pusing tidak mereka berdua harus bercerai
Sesampainya di rumah Arta, aku buru-buru turun dari mobil kemudian aku bergegas mengetuk pintu rumahnya aku agak lama mengetuk pintu rumahnya atau mau mencet bel tidak satupun yang kulakukan berhasil tidak ada yang membukakan pintu untukku
Sampai aku sendiri kesal, kemudian aku langsung masuk kerumah mereka yang kebetulan sedang tidak dikunci terdengar suara-suara aneh yang kudengar dari atas Aku penasaran suara suara apa itu?
Perasaanku mulai tidak enak banyak sekali kecurigaan di kepalaku aku menaiki satu persatu anak tangga kemudian berhenti di depan sebuah kamar bercat putih
Baru saja aku hendak mengetuk pintu kamar itu tiba-tiba Arta keluar dari sana, Arta keluar dari sana dengan keadaan setengah telanjang aku sedikit mengintip ke dalam dan ternyata Thalia bahkan belum mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya
Air mataku langsung bercucuran menatap Artha yang baru saja melakukan tugasnya sebagai seorang suami, rasanya terlalu sakit melihat Arta menyentuh perempuan lain
Arta menatapku dengan Tatapan yang datar Sebentar aku Sudah menangis tersedu-sedu, dia bukan Arta yang ku kenal Arta yang ku kenal selalu memelukmu ketika aku menangis di depannya
Arta dihadapanku ini malah diam diam menatapku seakan-akan aku ini hanyalah orang bodoh yang masuk ke rumah mereka
"Kamu udah gila ya " ucapku kepada warta sembari menatap tajam kedua bola matanya
Ia menggeleng dengan cepat
" Ini semua diluar ekspektasi kamu " ucap apa yang mungkin sudah sadar akan kehadiranku di sini
"Ekspektasi apa yang kau maksud? Kamu udah sah jadi suami dia karena kamu udah menyentuh dia, kamu bohong sama aku Kamu bilang sama aku waktu itu kamu nggak bakal nyentuh dia sampai 6 bulan lamanya kamu bakal kuat nahan diri kamu kamu bakal sama aku terus tapi nyatanya kamu bohong kamu nggak bisa nahan diri kamu sendiri aku kecewa banget sama kamu! Ucapku kepada Artha
" semuanya nggak gitu kamu salah paham ini semua nggak yang seperti yang kamu pikirin " Jawab Arta dengan panik
"Omong kosong banget kamu ngapain keluar dengan keadaan setengah telanjang Thalia di dalam juga masih dalam keadaan telanjang, Kamu pikir aku bodoh? nggak! Kamu nggak usah bohong tanpa kamu jelasin pun aku udah tahu kalian habis ngapain sumpah Ya ini yang kamu ingkar janji sama aku"
Tiba-tiba Thalia keluar dengan sebuah handuk yang melilit di tubuhnya
"Kamu kenapa marah kalau Arta nyentuh aku? Dia kan suami aku" ucap Thalia dengan Tatapan yang seolah-olah ia mengejekku
Arta tidak menjawab Ketika istrinya menghinaku seperti itu
"Areta tolong ya keluar dari rumah kami jangan bikin kegaduhan di sini urusan kamu sama suami saya tolong urus di luar rumah rumah ini terlalu Suci untuk orang yang tidak menghargai pernikahan seperti kalian berdua" ucap Thalia kemudian ia meninggalkan kami