“Gue mau cerai 6 bulan dari sekarang” Jawab ku, mata Bastian langsung membulat
“Gila lo, kenapa emang?” Tanya Bastian , lagi
“Gue masih suka sama Areta, gimana?” Jawabku
“Tapi lo belum pernah kan ngapa – ngapain bini lu” Ucap Bastian
“Semalem, kita making love without love. Ahh gak sengaja Bas, udah ah muak gua ceritainnya, intinya gak sengaja” Jawabku yang sukses membuat bastian melongo sendiri karenaku.
“Lo gila? Kok lo muak padahal lo making love sama bini lo sendiri? Lo kenapa sih? Kenapa lo mau – mau aja di nikahin sama bini lo sekarang kalau lo aja gak srek sama dia? Lo sadar ga ta kalau lo itu udah mainin hati anak orang, kalau – kalau aja dia naksir sama lo gimana? Kalau – kalau aja dia bunting gimana? Mampus kan gak bisa cerai. Lagian cerai – cerai, lo ini nganggap pernikahan sebagai suatu hal yang sepele banget ya? Lo kira lo nikah atas ucapan janji suci, lo nikah karena Allah ta. Lo ngerti ga? Lo ngambil tanggung jawab atas Bini lo dari orang tua nya. Dan lo malah gampang nya bakal ceraiin dia? Wah dunia emang suka ngada – ngada ya” Bastian kini berdiri, tepat di hadapan ku, mondar – mandir seperti orang yang kelimpungan sendiri.
“Ya lo bisa ngomong gitu karena lo gak ada di posiis gua, seandainya lo yang ada di posisi gua sekarang, gua gak yakin kalau lo bakal mau juga selamanya sama orang yang gak lo suka. Bayangin dah lo bakal serumah sama orang yang ga lo suka sampai lo tua, gimana jadinya?” Ucap ku sembari menatap Bastian yang sedang berdiri dan bersandar di tembok sembari melipat kedua tangannya di dada
“Iya bener kata lo ta, gak bisa. Tapi se gak bisa nya lo, kenapa malah nyentuh dia juga”
“dia yang mancing gua”
“Lo gak inget Areta dong berarti pas ngelakuin itu?” SKAKMAT!. Bastian berhasil membungkamku dengan pertanyaan nya. Iya benar, saat itu aku melupakan Areta. Dan aku baru mengingat kekasihku itu di saat semuanya telah berakhir.
“Gue balik deh , thanks ya bro wejangannya.” Ucap ku sembari merogoh kunci mobil di kantong celana ku
Bastian menggeleng
“Wejangannya belom selesai lo malah main kabur aja, sini dulu” ucap Bastian namun aku tidak peduli dengannya lagi, aku melambaikan tangan kemudian pergi dari tempat itu.
AUTHOR POV
Areta terbangun dari tidur lelapnya tepat pada pukul sebelas siang, entah apa yang membuatnya tidur hingga selama ini, namun saat bangun ia merasa kurang enak badan. Beberapa kali ia merasa masuk angin namun sepertinya semua itu adalah efek dari datang bulannya yang sebentar lagi akan benar – benar merusak mood Areta. Sudah mendekati tanggal nya ternyata.
“Ahh pengen di kerokin” ucap Areta kepada dirinya sendiri. Mengingat dulu saat Arta masih satu atap dengannya, jika keadaannya sedang begini, kondisi Areta menjelang datang bulan, pasti Arta selalu siap sedia memijat punggung Areta, atau jika Areta minta punggung nya di kerok, pasti Arta akan senang hati melakukan itu untuk kekasih nya tersebut.
“Andai aja Arta ada disini, pasti udah di kerokin nih” Ucap Areta , lagi.
Tiba – tiba bell pintu Apartemennya berbunyi, Areta langsung berlari menuju pintu tersebut, ia mengira yang datang adalah Arta, tapi dugaannya salah. Yang datang adalah Bayu dengan berbagai makanan di tangannya.
“Kamu kenapa deh? Bau minyak angin banget. sakit ya ta?” Tanya Bayu, Areta mengangguk
“Iya nih, mau datang bulan. Biasalah” Jawab Areta. Bayu kemudian mengangguk
“Masuk gih” Ucap Areta, lagi. Bayu mengikuti Areta masuk ke dalam Apartement nya, menyimpan makanan yang ia bawa di atas pantry. Kemudian Bayu mendekati Areta yang sedang duduk , di sofa depan televisi sembari mengangkat kedua kaki nya.
“Mau obat?” Tanya Bayu
Areta menggeleng
“Terus gimana biar sakitnya hilang?” Tanya Bayu , lagi.
“Kerokin” Jawab Areta. Bayu mengangkat bahu nya sembari mengangguk pertanda setuju. Kemudian Areta bangkit dan setelahnya ia kembali dengan sebuah koin seribu rupiah beserta minyak angin kesukaannya. Ia memberikan kedua benda tersebut kepada Bayu.
“Kerokinnya gimana ta?” Tanya Bayu.
“Biasa aja, masa iya zigzag” Jawab Areta , kemudian kedua nya tertawa renyah. Sedetik setelah nya Areta membuka baju, benar – benar membuka baju nya hingga ia bertelanjang d**a. Andai saja ia tidak membelakangi Bayu, mungkin Bayu akan melihat Areta dengan tampilan yang begitu polos saat itu.
“Bayu buruan” Ucap Areta yang berhasil menyadarkan Bayu dengan lamunannya.
Pelan – pelan, Bayu mulai menuangkan sedikit demi sedikit minyak angin di tangannya kemudian mengoleskannya ke punggung Areta. Sebagai lelaki normal tentu saja Bayu sedikit merasa terpancing karena keberanian Areta membuka atasannya hanya karena ingin di kerok seperti ini. Tangan Bayu mulai dingin karena menahan sesuatu dari dalam diri nya. Areta menyadari perubahan sikap Bayu, ia kemudian membalikan tubuh nya, menerjang Bayu hingga lelaki itu terjatuh di atas sofa panjang.
“T..ta, k…Kenapa?” Tanya Bayu, ia menelan ludah karena melihat penampilan Areta saat ini.
“Menurut kamu gimana?” Tanya Areta yang seakan ia sengaja memancing Bayu. Bayu merasa terpancing karena perilaku Areta. Ia dengan sigap mendorong gadis itu sehingga kini gadis itu telentang di atas sofa.
“Bay… mau ngapain? Heyy I’m just kidding. Lepasin!” Ucap Areta sembari mendorong tubuh kekar milik Bayu, namun usahanya sia – sia, tentu saja ia kalah karena badan Bayu jauh lebih besar dibanding badannya.
“Kamu yang mancing, kamu yang selesaiin” Ucap Bayu sembari terus menciumi Areta.
*****
“Lo udah gila bay” Ucap Areta sembari memakai satu per satu baju nya yang berserakan di lantai depan televisi. Sementara Bayu menatap Areta dengan tatapan yang penuh dengan rasa sesal.
“Apapun yang terjadi sama kamu, kasih tau aku, aku bakalan tanggung jawab. Sorry karena udah ngelecehin kamu, aku berhak dapat sanksi apapun kalau kamu mau ngasih aku sanksi” Ucap Bayu dengan nada yang penuh rasa penyesalan di setiap kata nya.
“Kamu ngomong apasih Bay…” Ucap Areta , saat ini ia tidak tahu harus apa. toh semua ini adalah salah nya. Biar bagaimana pun juga, semua ini terjadi karena ia yang memancing – mancing Bayu. Ya walaupun dengan niat bercanda, tapi ya manusia mana yang tidak terpancing jika di pancing seperti itu.
“Aku tanggung jawab ta, ada atau engga kenapa – kenapa nya kamu, aku tanggung jawab” Ucap Bayu, sekali lagi Areta terdiam. Kenapa dia se-serius ini? Tanya Areta dalam hati.
Mereka berdua kembali terdiam, larut dengan pikiran mereka masing – masing. Bayu memakai pakaiannya, kemudian beranjak pergi dari tempat itu tanpa sepatah kata pun. Sementara Areta, Areta masih tetap pada pikirannya yang entah sudah kemana – mana.
ARETA POV
Gilaaa, gilaaa. Semalam aku bikin kesalahan yang fatal banget. gak tau gimana setelah ini tapi yang jelas Arta gak boleh tau, kalau – kalau aja Arta tau. Mati. Kami berdua udah, selesai. Bener – bener selesai. Aku langsung berdiri dari tempatku setelah Bayu benar – benar keluar dari apartement. Aku panik, padahal tadi aku terkesan biasa – biasa saja. Aku panik nelfonin sahabat aku, tapi dia gak angkat. Jadilah aku diam sendiri di apartement, tenggelam dengan penyesalan ku sendiri.
“Ta… lo bego banget kenapa sih” Ucapku kepada diri sendiri
“Please, please, jangan sampai Arta tau”
“Semoga gak hamil” Ucapku lagi sembari menatap diriku sendiri di dalam cermin.
Masih di posisi yang sama, Bayu kembali. Kali ini tampilannya sudah tidak acak – acakan lagi, baju nya sudah ia ganti , rambut nya bahkan masih basah , pertanda ia telah selesai mandi.
“Ta” Panggilnya, kami berjarak beberapa meter, Bayu seperti tidak berani mendekati ku.
“Kenapa? Kok bisa masuk? Pintunya ga ketutup rapat ya?” Tanyaku
Bayu mengangguk. Sial, sangking panik nya, aku nutup pintu aja gak bisa rapat.
“Aku tanggung jawab ta” Ucap bayu, dari mata nya dia benar – benar panik, padahal, ini bukan kali pertama ku melakukan hubungan yang sejauh itu, tapi melihat Bayu panik. Aku jadi sedikit baik – baik saja, padahal sebelumnya jika mengingat Arta. Aku akan kalut dengan perasaanku sendiri.
“Kita bisa bicarain itu baik – baik” Jawab ku”
“Baik – baik bagaimana ta? Aku laki – laki yang gak seharusnya berbuat seperti itu ke kamu. Kamu bukan istri aku. Aku malah terpancing astaga. Ta! Aku bakal tanggung jawab, sumpah ta” Ucap Bayu lagi, aku semakin keheranan melihatnya
Seriously? Dia sepolos ini?
“You know that I’m not virgin anymore, right?” Tanya ku kepada Bayu, ia lantas mengangguk dengan cepat. Wajah nya bahkan terlihat pucat , benar – benar sangat pucat dan lebih pucat di bandingkan yang tadi.
“Yaudah, kamu gak ada kewajiban dong, udahlah Bay. Kamu kayak gitu malah bikin aku makin panik. Udah deh , kamu gak usah ba bi bu. Yang jelas Arta gak tau aja, udah.” Ucap ku yang tidak di balas apapun oleh Bayu
Lama kami berdua sama – sama diam, hingga akhirnya Bayu kembali membuka percakapan di antara kami berdua. Jarak kami masih sama. Masih sama – sama berjauhan. Hanya saja keadaannya sudah tidak se-tegang tadi.
“Ta, aku rasa aku bener – bener bakal tanggung jawab. Aku bukan tipe pengecut yang mau aja berdosa kayak tadi. Maksud ku, Ta. Please, izinin aku buat tanggung jawab atas kamu. I don’t care and I never care if you still virgin or nah. Yang jelas. Kita udah sama – sama berbuat, kita dosa” Ucap Bayu. Aku memandangnya dengan tatapan yang aneh.
“Bay… I don’t love you anymore. Gimana bisa aku nikah sama kamu sementara hati ku masih sama Arta?”
“Aku udah ngapa – ngapain kamu. Dan aku mau tanggung jawab “
“Gak peduli Bay, lagian aku gak kenapa – kenapa . kamu gak ada kewajiban buat tanggung jawab. Just shout up your mouth please, jangan sampai Arta tau”
*****
Hari itu, setelah Bayu benar – benar keluar dari apartement ku, aku baru sadar kesalahan fatal yang Bayu perbuat. Iya dia mengeluarkannya di dalam, sementara aku sedang dalam masa subur ku. Aku sedikit panik, bagaimana jika aku hamil? Bagaimana dengan rencana ku bersama Arta kedepannya? Apakah semua akan berakhir konyol seperti ini?
Aku beberapa kali menelfon Arta dengan perasaan yang kalut, tidak , tidak , aku tidak akan memberitahunya perihal masalah ini. Yang aku mau sekarang adalah, aku ingin mendengar suaranya. Namun sial nya Arta tidak menjawab sama sekali, entah sejak pagi dia mendiami ku. Ku pikir pasti ada masalah lagi di