Jupiter masih duduk di sebelah Jelita yang murung di kafe tempat mereka bertemu beberapa saat lalu. Jupiter meninggalkan konvensi di tempat ia seharusnya menjadi seorang pembicara. Namun demi menemani Jelita, ia pergi begitu saja meninggalkan asistennya yang kelimpungan tertimpa akibat dari perilakunya. Tanpa kasihan, Jupiter bahkan mematikan ponsel agar asistennya Demian Rhodes tak meneleponnya lagi. “Apa kamu akan terus diam saja?” tanya Jupiter kemudian. Jelita terlihat hanya menaik dan menurunkan kantung teh yang ia pesan. Jelita tak suka kafein jadi ia tak minum kopi. Sedangkan Jupiter memilih kopi yang bisa menghangatkan tubuhnya di musim gugur seperti ini. “Aku sedang sedih,” jawab Jelita masih menatap meja kopi mereka dengan tatapan kosong. Jupiter mendengus tersenyum. “Apa kamu